Indonesia sarat ujaran
sia-sia
Perjuangan diplomasi bermodal kata-kata. Perjuangan
tanpa senjata, mejadi pertarungan semu antara media masa arus utama melawan
media massa umum. Ajang bebas adu ujaran, baku hujat dan saling maki. Tidak ada
wasit karena banyak pihak merasa diuntungkan. Kamus bahasa ketinggalan zaman
peradaban.
Pelaku tak tergantung umur, gender, pendidikan,
status sosial maupun harga diri layaknya manusia nusantara. Tata krama tak berlaku
di medan laga lagak kata. Tak perlu pakai rasa malu. Kalau tak tega maka akan
ditegai. Jangan mau disalip oleh muka baru. Saling libas sesama satu aliran kesesatan, sesat kata
menjadi hal biasa.
Akhirnya nusantara tampak nyata dari tumpukkan kata
demi kata. Masalah waktu.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar