Halaman

Kamis, 30 April 2020

bak Indonesia di bawah tempurung politik nusantara

bak Indonesia di bawah tempurung politik nusantara

Berdasarkan kebijakan pemerintah dalam Undang Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, Indonesia membutuhkan sekurang-kurangnya satu penyuluh untuk setiap desa potensi. Kesenjangan hasil panen pertanian (persentase hasil panen sebenarnya dibanding hasil panen potensial) pertanian.

Indonesia memerlukan perencanaan yang multiaspek untuk menetapkan dan menerapkan pola produksi, distribusi dan konsumsi berkelanjutan.  Memanfaatkan pluralisme kearifan tradisional, kecerdasan lokal, tradisi moral dan lembaga adatnya. Pengembangan konstitusi secara lebih luas sebagai titik kritis didayagunakan melalui pelibatan seluruh pemangku kepentingan. Kontribusi nyata jejaring keagamaan dan gerakan lintas keagamaan.

Niat tulus Indonesia terhadap masa depan dengan mewujudkan akses universal yang aman dan layak terhadap lingkungan dan layanan dasar perkotaan termasuk perumahan, sanitasi dan pengelolaan limbah, dan transportasi yang rendah karbon.

Indonesia sibuk mencari formulasi kesetaraan segi tiga samakaki, lingkaran demit:  pemberdayaan ekonomi nasional, penyehatan keuangan negara dan penciptaan kemakmuran rakyat. Plus mereka ulang keseimbangan pembangunan di masa kini dan masa datang.  Skala prioritas menjaga stabilitas kepentingan penguasa.

Dengan telah memahami wawasan nusantara dan nilai-nilai bela negara diharapkan dalam menghadapi perubahan lingkungan pada zaman sekarang sudah dapat memilah dan memilih perubahan lingkungan yang seperi apa yang cocok dan sesuai dengan nilai-nilai dasar generasi pemilik masa depan.

Indonesia merupakan wilayah pertemuan tiga Lempeng bumi yang bergerak aktif, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik serta dilalui oleh jalur pegunungan aktif dunia yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania.

Degradasi nilai luhur warsian leluhur bangsa Indonesia berdampak pada sikap nasionalisme, patriotisme dan cinta tanah air.  bagi warga negara dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Sebagai negara berkembang antar periode, Indonesia merupakan negara yang sibuk dengan praltik demokrasi.

Dukungan dan atau sumber daya manusia dengan proporsi terbesar datan dari generasi pewaris bangsa. Patut diingat, sebagai bangsa yang memiliki potensi luar biasa, kewaspadaan nasonal harus tetap dijaga mengingat bentuk ATHG (ancaman, tantangan, hambatan, gangguan) bersifat dinamis. Ancaman Belum Nyata dapat berubah menjadi ancaman nyata ketika kepentingan nasional dan kehormatan negara terusik. [HaéN]

covid-19 wujud hantu kopat-kapit loyalis

covid-19 wujud hantu kopat-kapit loyalis

Artinya semakin tinggi seseorang mengaplikasikan pemahaman agamanya, internalisasi nilai-nilai agama dalam diri seseorang atau aspek religiusitas maka akan semakin tinggi pengaruhnya terhadap perwujudan akhlak mulia.

Pelaksanaan dimensi religiusitas pada aspek kehidupan bermasyarakat Islam nusantara. Terbukti sarat simbol kearifan, kecerdasan lokal sekaligus wujud praktik nilai ajaran Islam sebagai rujukan.

Adalah .dimensi penghayatan sampai akhir hayat atau disebut eksperiensial. Fakta menerus pada masyarakat Islam nusantara di aras lokal, sudah mengarah bahkan lebih merefleksikan bahwa baik atau buruk;  benar atau salah; betul atau keliru; bagus atau buruk berdasarkan akal sehat. Tentu butuh pihak lain sebagai bahan, lawan banding, sanding, tanding.

Dimensi lain berupa pengamalan atau konsekuensial. Praktik kehidupan sosial bermasyarakat masyarakat Islam nusantara, mengandalkan tradisi kerukunan, kesetaraan, sama rasa sama rata. Semangat atau spirit menegakkan ritual menjadikan spiritualisasi atau penjiwaan. Suasana kejiwaan atau aspek kebatinan manusia unggul.

Jangan berasumsi melihat kulit luar, langsung berujar bahwa meskipun aras lokal telah mengakar kuat, menyatu padu pada kehidupan individu masyarakat Islam nusantara. Terjadilah  serapan aspek manusiawi  tersebut tetap menetap pada acara ritual, formal. [HaéN]

replikasi dua periode, penyakit politik vs demokrasi ekonomi


replikasi dua periode, penyakit politik vs demokrasi ekonomi

Disparitas penegakan hukum. Sesuai UUD NRI 1945 yang baru empat kali mengalami perubahan. Tersurat dan tersirat, kurang apa wewenang pihak penegak hukum. Apalagi mereka yang sebagai ujung tombak, berhadapan langsung dengan rakyat. Episode tragedi “Buaya vs Buaya” tak bisa dianggap ada dualisme, duplikasi, tumpang tindih atau adu kuat kewenangan antar penegak hukum.

Sejauh iseng, penulis belum secara tak sengaja melihat rumusan “pemufakatan jahat”. Apa karena masuk ranah ‘penyakit politik’, efek domino kejahatan politik yang masuk kategori ‘dipelihara oleh negara’. Sang legislator dan atau usulan pemerintah, sama-sama jaga wibawa.

Paribasan Jawa, begini tulisannya : si gèdhèg lan si anthuk. Maksud niat arti adalah,   wong loro kang wis padha kangsèn tumindak ala bebarengan; wong-wong sing padha sekongkol.

Biaya politik, ongkos perkara politik untuk operasi dan pemeliharaan pemerintah yang sah sesuai hasil akhir pesta demokrasi, jelas non-budgeter. Semakin membengkak, menanjak jika penguasa belum jatuh tempo sudah curi start. Terjadilah yang seharusnya tidak yerjadi, yaitu wong bener tenger-tenger.

Budaya bangsa memang menggariskan patuhilah pimpinan, wakilmu selama masih bener lan pener. Ketika sang penguasa semakin keblinger, wajib diingatkan. Tindak keblinger sampai klimaksnya, membuat rakyat nek, mblenger, perlu tindak turun tangan.

Rakyat, yang merupakan permanent underclass, uneducated people serta warga negara yang kurang beruntung. Masuk kategori kelompok elit (ekonomi sulit). Plus stigma yang seolah wajib diayomi oleh penguasa. Kendati selalu ‘tertinggal di landasan’, rakyat tetap tekun, rukun melakoni kehidupan dan penghidupannya. Sesuyai tradisi moral bermasyarakat. Menu harian dinikmati tanpa niatan protes. Bersyukur walau tak tahu besok sarapan atau tidak. [HaéN]

Rabu, 29 April 2020

faktor ABCDE, efek domino di rumah saja


faktor ABCDE, efek domino di rumah saja

Mata rantai pandemik covid-19, yang mana dimana rumah tinggal menjadi kubu, beteng pertahanan paling diandalkan. Status sementara bertajuk ODP (ora duwe penghasilan) tak bikin kendur semangat. Bisa praktik kreativitas dan produktivitas. Hobi yang tersisa, didaur ulang dengan rekam jejak.

Kode etik, etika kerja, SOP di tempat mencari nafkah, membelengu kinerja fitrah diri. Mengaca dan mengacu judul olah kata “dilema protokol kemanusiaan, patuh karena butuh vs taat karena niat”. Kendati pakai istilah ‘kemanusiaan’ tak otomatis masuk ranah serba manusia. Bebas ranah atas ketertarikan masing-masing pihak yang merasa masih manusia.

Menjadi manusia banyak aturan. Rambu-rambu berbasis simbol universal kian membuktikan bahwa manusia buta aturan main. Maunya serba bebas tanpa aturan. Terlebih saat sibuk dengan kegiatan menyendiri, mandiri tanpa interaksi dengan pihak mana pun.

Kontribusi positif kawanan loyalis penguas berkat kerajinan tangan liwat ujung jari tangan. Efektivitas protokol kesehatan, menampilkan jati diri manusia dari semua aspek kehidupan.

Adalah mereka, memang terjaga fitrahnya. Sikapi efek karantina rumah sebagai hikmah kumpul keluarga 24 jam. Gaya hidup kembali ke alam menjadi pelipur lara. Manfaatkan waktu sesuai tradisi religiusitas keluarga. Optimalkan realisasi Ahli Ibadah. Menyesuaikan diri dengan kebijakan pemerintah, bijak tampil selaku Ahli Masjid.

Kebiasaan selaku manusia sosial. Lanjutkan aksi lingkungan berupa Bakti Sosial. Ketua RT mendadak sibuk dengan urusan daya belanja warga. Menjadi perpanjangan tangan terakhir pemerintah daerah. Jaga jarak sosial karena warga merasa senasib. Jenuh di rumah, nimbrung di kumpul keluarga. Penyemprotan lingkungan.

Jika semua warga melakukan hal yang sama untuk lingkungan. Muncul penggaya modal Cakap Kata. Tampak sibuk dengan ujaran pengisi waktu. Tak ada yang minta apalagi ditunjuk untuk menjadi juru penerang. Pandai-pandai memposisikan diri. Terlebih jika diliput masuk WA group RT.

Karena usia, alasan bau tanah, pilih aksi Duduk Manis. Memang ikut aksi lingkungan tanpa reaksi berlebih. Sesuai kadar umur. Mau buka mulut, takut melantur karena lidah sudah lentur. Mulut tak canggung dan tanggung-takut ketika masuk sesi santap hidangan. Di rumah, gaya klasik baca surat kabar terbitan terbatas. Menyimak acara layar kaca untuk memperlambat proses penuaan.

Evaluasi Mandiri setelah PSBB atau 14 hari pertama liwat. Abaikan pasal mudik, pulang kampung, lebaran di tanah kelahiran. Utamakan langkah diri pasca agresi covid-19. [HaéN]

generasi dirumahkan, menapak tanah vs bau tanah


generasi dirumahkan, menapak tanah vs bau tanah

Salah satu komponen budaya yang tak lapuk oleh zaman, tak usang oleh waktu, terdapat pada hampir semua kebudayaan suku-suku bangsa di Indonesia adalah upacara tradisional. Kapan bayi mulai menapak, injak tanah alias tedhak siten, mudun lemah. Sampai adat memuliakan manusia dan atau orang  nusantara yang sudah bau tanah.

Singkat kata. Pencari nafkah, wanita karier, pekerja/buruh atau karena profesi bisa berangkat jelang pagi pulang pasca petang, malam hari. Berangkat gelap pulang gelap. Di jalan jarang jumpa sinar matahari. Rumah tinggal hanya untuk menumpang tidur. Kalau pulang cepat, bisa dianggap sakit, guru rapat.

Bagaimana kehidupan alat negara tentang perumahan. Menjadi episode tersendiri, khusus plus tak berkesudahan. Karier identik dengan perpindahan tempat tinggal. Bersama dengan keluarga atau tidak, menjadi bumbu kehidupan. Konsekuensi logis berjodoh, menjadi keluarga keamanan dan atau pertahanan negara.

Pandemi covid-19 berimbas pada semua aspek penghidupan bangsa dan negara. Jaga sehat diri dan keluarga dengan pola dirumahkan. Rumah menjadi multifungsi, minimal sesuai peruntukkannya. Sigap 24 jam. Siklus, sirkulasi kehidupan harian terasa lama dan menjemukan. Bergerak antar kamar. Keluar rumah untuk keperluan yang penting.

Kelahiran penghuni baru, disambut ala kadarnya. Bisa-bisa lahir di rumah. Kepergian anggota keluarga ke perisitirahatan terakhir. Bisa-bisa meninggal di rumah. Diproses secara sederhana dan tidak pakai lama. Tidak ada doa bareng. Apalagi sampai 3 hari berturut-turut.

Sifat ketradisionalan menggugah sifat dasar kemanusiaan, bagaimana merawat, meruwat bumi beserta langit sebagai sistem, satu kesatuan tanah-air. Jika Ibu Pertiwi terusik. Dampak nyata pada rasa gusar penguasa langit. Fenomena seperti  aneka penyakit ringan, badai, curah hujan tinggi, anomali musim menentukan program/kegiatan pembangunan. [HaéN]

anomali adab nusantara, perubahan sosial vs peremajaan politik


anomali adab nusantara, perubahan sosial vs peremajaan politik

Bagaimana intrelasi, hubungan timbal balik antara sosial dengan politik. Secara formal berbangsa dan bernegara,  kita simak UU RI Nomor 7 tahun 2012 tentang Penangan Konflik Sosial. Agar tidak sekedar tahu saja merasa sudah tahu.  Perdalam simak pasal, lanjut ke:

Pasal 5
Konflik dapat bersumber dari:
a.            permasalahan yang berkaitan dengan politik, ekonomi, dan sosial budaya;
b.            perseteruan antarumat beragama dan/atau interumat beragama, antarsuku, dan antaretnis;
c.            sengketa batas wilayah desa, kabupaten/kota, dan/atau provinsi;
d.            sengketa sumber daya alam antarmasyarakat dan/atau antarmasyarakat dengan pelaku usaha; atau
e.            distribusi sumber daya alam yang tidak seimbang dalam masyarakat.

Hanya terjadi di bumi Pancasila bahwasanya bangsa adalah akumulasi dari kaum, rumah tangga, keluarga maupun penduduk, warganegara, masyarakat, suku atau sebutan semaksud lainnya. Pasal lain menyuratkan plus menyiratkan predikat manusia sosial, manusia ekonnomi, manusia politik masuk narasi yuridis formal.

Banyak ahli dan ahlinya menguraikan apa itu ‘perubahan sosial’. Namanya uraian, malah ada yang semakin mengkusutkan agar tampak ilmiah. Minimal tampak sebagai hasil perenungan atau kesimpulan pengalaman hidup.

Setiap manusia dan atau orang penghuni, pemukim tanah-air nusantara. Asumsi pengalaman keluarga. Perubahan keluarga dirasakan mulai kelahiran anak pertama. Lanjut  pertambahan anggota keluarga, khususnya anak kandung. Tantangan dan kebutuhan zaman terasa sejalan pertumbuhan umur anak.

Evektivitas globalisasi dan pasar bebas dunia ternyata mampu merasuk sampai tatanan rumah tangga keluarga. Bumbu dapur yang bisa dipetik dari halaman rumah atau dibeli di pasar tradisional. Ternyata ada yang ‘rasa asing’ kualifikasi mutu impor.

Akhirnya, manusia diperbudak oleh barang/jasa buatannya sendiri. Gadget, produk unggulan TIK plus media massa mainstream dan sisanya. Menjadikan anak bau kencur cepat matang luar. Pihak lain, generasi bau tanah menua lambat merayap.

Standar moral Pancasila pada praktik demokrasi multipartai, lebih merefleksikan bahwa baik atau buruk;  benar atau salah; betul atau keliru; bagus atau buruk berdasarkan demokrasi adalah ditentukan suara terbanyak, mayoritas. Secara aklamasi, voting atau adu suara. Terlebih untuk kuasa politik. Bukan sesuai ketentuan agama, norma, tradisi moral yang berlaku di masyarakat. [HaéN]