belum-belum sudah
menyesali masa depan
Jadi, perlu bulat tekad vs tekad bulat, siapa, pihak mana yang (merasa) wajib
menangani generasi masa depan. Diserahkan ke alam. Jangan sampai malah menjadi
generasi yang lemah segala aspek kehidupan. Menjadi anak mama sampai yang
terbiasa disuapi. Sampai gedhè pun terbiasa dibisiki. Baru bertindak, action, bergeming
setelah diiming-imingi. Bujuk rayu seklas apapun tak akan mempan. Jangan asal
malah masuk tanggungan dan atau beban negara.
Metode penanganan cikal bakal generasi pemilik masa depan. Ingat akan pola
memajukan seekor babi. Didorong pantatnya agar berkemajuan. Malah pasang
kuda-kuda, jaga gengsi, tetap tegak di tempat. Merasa aman dan nyaman, dimana
pun bumi dipijak, diinjak. Sebaliknya, ekor ditarik agar mundur selangkah. Karena
ada penguasa mau liwat. Malah berniat maju selangkah. Agar tampak menonjol.
Perkuatan keluarga, rumah tangga, lingkungan hunian sudah menjadi bidang
garap kawasan perumahan dan permukiman. Meloncat ke skema pendidikan politik. Sejak
dini anak cucu ideologis sudah dicekoki bahan ajar politik. Bukan salah
politik. Cuma daya dan gaya manusia politik selaku penyuka semua kursi.
Lain berita, cerita, beda derita. Manusia sebagai makhluk politik. Berlaku
rumusan: besok siapa lagi yang akan dimakan. Kebutuhan dasar manusia politik, mulai dari
mengambang tergantung sentimen pasar sampai skenario politik global sesuai
konspirasi makro. Mirip nasib Golkar menjadi kendaraan politik penguasa tunggal
Orde Baru.
Generasi pemilik masa depan cetakan utama gen manusia politik, produk
unggul warga binaan pendidikan politik, jelas bukan masuk kategori penduduk
kurang beruntung, masyarakat berpenghasilan rendah, rumah tangga miskin,
keluarga pra-sejahtera, warga termarginalkan serta unecucated people, permanent
underclass atau predikat lainnya sesuai permartabatan Pancasila.
Kisah sukses dunia manusia politik – bedakan dengan pejuang ideologi zaman
doeloe – minimal yang masuk elit partai. Bingung membelanjakan uangnya. Semakin
beruang semakin merasa miskin. Jadi, jalur politik membuat percepatan
pembentukan generasi pewaris masa depan. Bangsa Indonesia merasa lega jika
penerus praktikkan Pancasila, berada di tangan yang berhak.
Mau tak mau, berkat sentuhan tangan manusia politik, generasi pemilik, penerus,
pewaris masa depan “siap menjadi apa saja”. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar