Halaman

Minggu, 12 April 2020

demi, karena dan untuk negara koq itung-itungan


demi, karena dan untuk negara koq itung-itungan

Malah justru harus demkian. Kalau tidak, bisa dianggap menyalahi kodrat, melawan hukum alam. Negara yang sudah ratusan tahun merdeka, bahkan punya resep yang lebih canggih. Manusia politik nusantara sudah tahu itu. Praktik demokrasi nusantara, jika di negara pasca berkembang, sudah tahu apa itu seluk-beluk HAM.

Setiap hajat rakyat bernama pesta demokrasi daripada Soeharto. Sambil berpolitik belajar politik secara manusiawi. Itu saja sudah cukup. Tak perlu embel-embel malah membuka gémbél diri. Oleh karena itu ramuan, adonan lokal politik nusantara masuk kategori “siapa saja bisa menjadi apa saja”. Tak pakai lama. Bebas bisa pesan paket asal kantong kuat dan bebas ongkir.

Grafik etape perjalanan nasib, karir anak manusia tak selamanya mulus, lurus, datar. Pasang surut, kembang kempis, timbul tenggelam bahkan maju mundur menjadi bumbu kehidupan. Pada saat kehidupan terasa sempit, orang lebih menerima fakta, ulet, tahan, sabar dan menjadi pemacu pemicu. Merapat ke atas setiap saat.

Walhasil, asumsi sejarah semakin meyakinkan bahwa kelompok minoritas di NKRI bukan yang lemah, miskin, bodoh. Kalah jumlah tapi menang kaya, kuat, kuasa. Minimal dengan faktor kaya finansial, keuangan, ekonomi mampu menjadikan anak bangsa pribumi, sukabumi, kaum bumiputera, putra-putri aseli daerah nusantara menjadi apa saja. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar