igauan malam plus
bahasa tubuh, aplusan jin penunggu
Kendati tata
cara peradaban jelang lelap malam sudah dipenuhi secara adat. Masih saja ada
anak bangsa pribumi nusantara yang susah pejamkan mata. Tapi di siang hari, rasanya
mata cepat berat seimbang. Setara antara mata kanan dengan mata kiri.
Bunga tidur bisa
diformat sebelum naik peraduan. Sesuai hari, alternatif dan cadangan atau rekam
jejak hari ini. Memperbaiki diri pulih diri dengan istirahat malam. Tak kurang
yang tak bisa bau bantal. Begitu badan rebah, langsung argo politik berdetak. Lebih
laju ketimbang degup jantung.
Banyak yang tak
ikhlas dengan kejadian yang terjadi sejak bangun pagi. Ada saja yang menambah
pikiran. Walau saat sibuk, sang pikiran jarang diajak main. Spontanitas. Kehidupan
berjalan seperti biasanya. Normal-normal saja. Pakai asas kondisi business
as usual’ dalam arti tanpa perubahan apapun.
Makanya, atau
sebelum di akhiri. Merasa bersih diri. Tanpa ganti busana, langsung pulas. Atau
dengan ritual tertentu, baru bisa mendusin. Kalau sudah begini, ada saja
kelakuan diri yang tampak, tampil malah saat ‘tidak sadar diri’. Bebas hukum Allah
swt.
Mana yang lelap
dengan hati tertambat pada ridho-Nya dan sisanya. Bukan angan-angan untuk besok
hari mau apa. Perasaan yakin diri selama imdra mata libur. Tak akan ada gangguan
dari pihak manapun. Semua terkoordinasi. Semua peluang, celah untuk masuk sudah
terjaga.
Namanya manusia.
[HaéN]