trisuksés Asian Games XVIII
2018, uber sponsor vs raih medali vs wibawa negara
Omong-omong,
termasuk iming-iming, soal menu politik dalam pesta olahraga Asia utawa Asian
Games XVIII yang serba 8. Jakarta, Palembang, Bogor, Bekasi terbilang sebagai
lokasi kejadian perkara laga, tanding, tarung. Mewakili negara, atlet akan
mempertimbangkan bagaimana menjunjung rasa sportivitas, nasionalisme sekaligus
menghormati tuan rumah yang haus, dahaga.
Katakana
apa adanya. Jelas, prestasi yang sudah diraih tuan rumah adalah target sponsor
melebihi rencana. Entah dalam hitungan Rp saja atau valas. Pasca AG XVIII
langsung anak bangsa Indnesia sport sukses tahun politik.
Jelang pukul
gong seremonial grand opening, presiden keenam sudah sport jantung. Sebagai
petahana, penjawat atau sebutan lainnya, yakin diri mendaftarkan diri ikut
pilpres 2019.
10
besar menjadi harapan bangsa dan negara. Atlet terbebani, bisa sebagai pemacu,
pemicu, pelecut maupun stimulan. Bonus yang dijanjikan bagi peraih medali emas,
memang menjanjikan. Bulan ibarat sapi pedati, gerobag yang di depannya
tergantung seonggok pakan favoritnya. Moncong maju duluan, untuk bersegera
meraih dan melahapnya. Semakin kaki melangkah, target ikut bergerak.
Langkah
politik penguasa, antara mati langkah vs mati angin vs mati kutu.
Mau ambil
langkah seribu, takut didakwa syahwat politiknya menggebu. Mau ambil langkah
aman, takut dikira pamèr bégo. Mau blusukan takut malah ketahuan belangnya.
Populasi
rakyat miskin sudah berkurang drastis. Utang luar negeri buat apa lagi. Bangunlah
jiwanya . . . [HaèN]