Halaman

Selasa, 31 Juli 2018

trisuksés Asian Games XVIII 2018, uber sponsor vs raih medali vs wibawa negara


trisuksés Asian Games XVIII 2018, uber sponsor vs raih medali vs wibawa negara

Omong-omong, termasuk iming-iming, soal menu politik dalam pesta olahraga Asia utawa Asian Games XVIII yang serba 8. Jakarta, Palembang, Bogor, Bekasi terbilang sebagai lokasi kejadian perkara laga, tanding, tarung. Mewakili negara, atlet akan mempertimbangkan bagaimana menjunjung rasa sportivitas, nasionalisme sekaligus menghormati tuan rumah yang haus, dahaga.

Katakana apa adanya. Jelas, prestasi yang sudah diraih tuan rumah adalah target sponsor melebihi rencana. Entah dalam hitungan Rp saja atau valas. Pasca AG XVIII langsung anak bangsa Indnesia sport sukses tahun politik.

Jelang pukul gong seremonial grand opening, presiden keenam sudah sport jantung. Sebagai petahana, penjawat atau sebutan lainnya, yakin diri mendaftarkan diri ikut pilpres 2019.

10 besar menjadi harapan bangsa dan negara. Atlet terbebani, bisa sebagai pemacu, pemicu, pelecut maupun stimulan. Bonus yang dijanjikan bagi peraih medali emas, memang menjanjikan. Bulan ibarat sapi pedati, gerobag yang di depannya tergantung seonggok pakan favoritnya. Moncong maju duluan, untuk bersegera meraih dan melahapnya. Semakin kaki melangkah, target ikut bergerak.

Langkah politik penguasa, antara mati langkah vs mati angin vs mati kutu.

Mau ambil langkah seribu, takut didakwa syahwat politiknya menggebu. Mau ambil langkah aman, takut dikira pamèr bégo. Mau blusukan takut malah ketahuan belangnya.

Populasi rakyat miskin sudah berkurang drastis. Utang luar negeri buat apa lagi. Bangunlah jiwanya . . . [HaèN]

apa arti 1 (satu) detik waktu dunia


apa arti 1 (satu) detik waktu dunia

03:42:46 sms ke isteri tercatat di pesan terkirim. Ujaran tertulis, standar harian: “tahajud”. Garwo sedang dinas luar, waktu sholat lebih cepat 20 menit. Pagi pertama. Dering HP belum usai, seperti berlanjut.

03:42:47 sms dari garwo terbaca di kotak masuk. Satu kata, jawaban atas sms saya semalam:”Menur”. Artinya, rasa silaturahmi lebih kuat, lebih pilih menginap di rumah kakak, di bilangan RSJ. Ketimbang menikmati lelap di hotel. Acara utama memang di hotel.

Ikhwal kejadian di atas, hal wajar, biasa, lazim dalam keluarga. Pasutri saling jaga, saling mengingatkan. Bukan saling menggurui. Pasal yang ditetapkan dalam surat dan ayat agama Islam.

Kebijakan adat, tata krama, norma kehidupan ber-rumah tangga, berkeluarga, di dalam rumah tangga, semakin memperkokoh. Apalagi kondisi kami kembali berdua. Saya sudah 10 tahun menikmati usia pensiun.

Akankah hati pasutri semakin menyatu di hari tua. Tergantung niat awal dan proses. Semua pasutri sudah tahu dan lebih dari tahu. Ilmu yang didapat turun-temurun. Sebagai pelajaran atau malah merasa menjadi kelumrahan, seperti nasib orangtuanya.

Kepala keluarga yang tidak egois dengan status ‘pencari nafkah dan pemberi nafkah’. Isteri yang dari tulang rusuk mampu menjadi tulang punggung. Bukan mendikotomi, wanita karir vs ibu rumah tangga.

Ketika Rasulullah saw, dalam khotbah sholat gerhana bulan, menuturkan bahwasanya neraka banyak di huni kaum hawa, wanita, perempuan. Sahabat bingung dengan tutur beliau. Ternyata, bukan karena masalah ibadah atau hubungan dengan Allah swt. Ada faktor lain . . . .

3 (tiga) malam sebelumnya, 28 Juli 2018, terjadi gerhana bulan total.

1 (detik)’waktu bumi, sangat beda dengan waktu akhirat. Lebih lama. [HaèN]

Senin, 30 Juli 2018

angka kemiskinan semakin turun, maka ULN semakin naik


angka kemiskinan semakin turun, maka ULN semakin naik

Judul di atas, memang bahasa statistik. Hasil survei bukan ala modus lembaga survei pesta demokrasi. Miskin adalah keluarga di bawah garis kemiskinan resmi.  Rentan adalah mereka yang hidup di antara garis kemiskinan dan 1,5 kali garis itu.

Masyarakat miskin, rumah tangga miskin (RTM), keluarga miskin atau pra-sejahtera serta atribut lain. Masyarakat miskin sudah didudukperkarakan oleh BPS sebagai masyarakat kurang beruntung. Semua ini, plus komunitas, kelompok lainnya masuk kategori termarginalkan.

Efek domino perokok aktif dari RTM adalah secara tak sadar telah mengorbankan biaya untuk pendidikan anak, kesehatan diri sendiri maupun keluarga serta gizi keluarga. Selain faktor kadar dan daya edukasi sang perokok, ditambah, diperparah bahwa mereka atau RTM menjadi sasaran empuk kampanye industri rokok. Pariwara suara maupun gambar bahwa ‘rokok dapat membunuhmu’ malah membuai sebagai anjuran untuk merokok secara terang-terangan. Membuat adrenalin kejantanan tertantang hidup-hidup.

Kembali ke wajah miskin bangsa. Secara politis muncul stigma uneducated people. Kelompok ini muncul di medsos sebagai loyalis buta penguasa. Bahasa yang dipakai menunjukkan isi perut dan kadar otaknya.

Stigma permanent underclass diterakan pada masyarakat yang tak mau diajak main bersama. Lokasi yang semakin sulit dijangkau, kendati ada tol laut. Buat susah negara.

Lingkaran setan kemiskinan di negara multipartai, semakin kesetanan. Tergantung setan yang sedang kontrak politik. Setan lokal, sudah tak ampuh lagi. Mudah ditebak kemana arah gocekan bola di kakinya. Setan impor, menjadi andalan dan primadona.

Program dan kegiatan penurunan angka kemiskinan, diformat sesuai skenario. Justru kalau masih miskin bisa untuk meningkatkan utang luar negeri. Jika angka kemiskinan turun nyata tiap tahun anggaran, tahun kalender, maka akan berbanding lurus dengan terlunasinya ULN.’[HaèN]

presiden RI kedelapan bukan satria piningit


presiden RI kedelapan bukan satria piningit

Anak bangsa pribumi selalu yakin diri dengan asas “noto negoro” saat mau memilah dan memilih bakal calon presiden periode mendatang. Mulai presiden pertama sampai presiden keenam, otak-atik rumus buntut tadi dianggap cocok, jitu.

Kendati nama oknum presiden ketujuh, jelas-jelas nama wong Jawa. Karena di pangku Ibu Pertiwi, menjadi ahli penurut yang tak banyak menuntut. Karakter atau makna nama dan terkait dengan logika “noto negoro”, menghasilkan goro-goro.

Siapa jadi apa sampai siapa lagi yang akan, bisa dimangsa, menjadi menu politik penguasa 2014-2019 berbasis revolusi mental serta loyalitas total kopral. Mégaéféknya sampai bumbu dapur`rakyat harus impor.

Kali ini, relawan yang belum mendapatkan remah-remah pesta demokrasi, berharap dengan segala sisa asanya. Bau surga dunia saja tak sempat mencium. Mengalirnya bukan ke tempat ke paling rendah. Kebalikannya. Daya sedot tinggi ada di puncak piramida penyelenggara negara.

Memang, ada masyarakat yang cukup beruntung. Naik kasta dan dengan segala modusnya berupaya tak tergelincir ke tempat semula. Diuntungkan dengan adanya kontradiksi kepentingan politik vs kekuatan ekonomi. Sama-sama main. Sama-sama merasa diuntungkan.

Akhirnya, presiden kedepalan RI akan mendapat beban ganda, bertumpuk, sisa peninggalan periode sebelumnya. PR bangsa semakin mangkrak. Ditunda demi kepentingan umum tapi minoritas. Minoritas tapi mayoritas dalam hal daya beli, daya belanja, daya borong.

Efektivitas, kemanfaatan nilai tukar presiden ketujuh RI, semakin dijabarkan, dibeberkan malah semakin memperjelas mana yang penuh tambal sulam. Mana yang sudah usang, uzur, minimal jatuh tempo. [HaèN]