Halaman

Minggu, 31 Maret 2019

bom waktu dua periode SBY, simpul harmoni sosial vs titik konflik politik


bom waktu dua periode SBY, simpul harmoni sosial vs titik konflik politik

Tingkat sosial manusia Indonesia menjadikan dirinya pada ambang bawah, akar rumput, rakyat melarat. Kebalikannya, mendongkrak diri masuk kasta super kaya. Orang kaya sejak sebelum dilahirkan. Agar kekayaan keluarga tak keluar orbit, sesama orang kaya berbesanan.

Walhasil, memang sudah sejarah peradaban dan berkemajuan. Manusia ekonomi menjadi penentu nasib suatu bangsa. Mereka tak perlu berkeringat jadi pegawai, angkatan atau bahkan derajat terhormat yaitu wakil rakyat. Sentimen dan persekutuan mereka masuk jajaran klas dunia.

Pergerakan politik anak bangsa, terasa dengan terbentuknya NKRI. Pejuang ideologis yang meletakkan dasar jiwa merdeka, membangun pondasi persatuan dan kesatuan. Geliat umat Islam untuk selalu menjadi manusia merdeka. Terpaksa kalah pamor dengan gerakan aksi nyata, radikal maupun operasi senyap manusia politik.

Partai politik Islam atau yang berlabel Islam. Gaya heroisme religi karena berorientasi pada nikmat dunia. Dalih memperjuangkan agama liwat kekuasaan formal, kekuataan konstitusional. Cuma jadi tukang parkir, kurang menggigit. Bahkan sanggup bangun infrastruktur ke surga.

Interaksi, integrasi yang bermodal saling, masih terasa praktiknya di manusia politik. Gotong royong, kerukunan, rasa guyub, toleran maupun tepo sliro praktiknya menjadi menu harian wajah lugu.

Akhirnya, bangsa ini baru sadar setelah terkapar. Juga tidak kawan. Mitigasi bencana politik diperbarui tiap lima tahun sekali. Penyakit politik kian menambah khazanah, alternatif dinamis. Pembangunan demokrasi sesuai selera juara umum pesta demokrasi. Efek domino sentralisasi kekuasaan mutlak di geografis tertentu.

Politisi sipil dari periode ke periode, membentuk watak jago kandang. Pihak yang layak kembali ke barak. Malah turun gunung. Imbalan politik mengguncang stabilitas karier sipil. Habis manis datang tagihan. [HaéN]

dikotomi golput 2019, melek politik vs cerdas ideologi


dikotomi golput 2019, melek politik vs cerdas ideologi

Salah satu parpol pro-penguasa, lanjutan dari kendaraan politik penguasa tunggal Orde Baru. Cara dasar memeriahkan pemilu legislatif Rabu, 17 April 2019, pakai modus senyap ‘serangan fajar’.

Singkat kata, suara rakyat di Dapil Jawa Tengah II dihargai dengan uang pecahan Ro 20 ribu dan atau Rp 50 ribu. Kemungkinan, rakyat pemegang hak pilih bisa menerima ‘serangan fajar’ dari beberapa parpol. Kalau hanya dari koalisi pro-penguasa, jelas merendahkan nilai demokrasi.

Lebih runyam lagi, beban ganda dalam arti pilih capres yang didukung parpol dimaksud.

Omong-omong. Kemuakan rakyat yang selama ini terpinggirkan secara akurat. Membuat pilihan berganda. Apa itu atau itu apa.

Faktor pengalaman akan menentukan pilihan capres. Asumsi nalar, capres 01 dimungkinkan akan mendulang suara rata-rata nasional di atas kuota menang. Kehendak anak bangsa berstatus milenial terjadi regenerasi. Oleh karena itu cawapres 02 akan menjadi pilihan utama.

Patut diduga, hasil perhitungan manual di TPS, surat suara capres akan terdapat 2 (dua) lubang coblosan. Soal sah atau tidak. [HaéN]

manusia memang tidak kuasa mengatur dirinya


manusia memang tidak kuasa mengatur dirinya

Mengikuti alunan dan rayuan rasa kantuk, kapan pun, di mana pun, kondisi bagaimana pun, kalau dinikmati. Betapa nikmatnya nikmat lelap sesaat. Betul. Mengikuti cita-cita mata, lebih sehat dan menyehatkan. Masih berbasis rasa kantuk. Beda arah pilihan. Manusia merebahkan diri dengan seksama. Di tempat yang jauh di atas standar layak. Mata tak mau diajak kompromi.

Lelah fisik, capai otak, letih psikis belum jaminan untuk mampu segera pulas. Dalih, mengisi ulang energi dan emosi yang terkuras sehari. Bisa-bisa, perjuangan untuk mengistirahatkan diri di malam hari. Menguraskan cadangan jiwa besok pagi. Utang pada dirinya kian menjulang.

Jalan tengah, jalan keluar maupun jalan keluar dari kasus susah tidur. Menyebabkan dunia kedokteran, medis, klinis, farmasi dan sejawatnya diuntungkan. Menjawab tantangan dan peluang.

Pola, sistem, tata niaga komando, kontrol, kendali diri bermarkas di otak. Asah otak agar tak cepat pikun, malah membuat manusia merasa tak berakal. Alat bantu rekam daya ingat, sarana percepatan kerja daya otak serta wahana peningkatan kapasitas otak. Kalau mata diajak memirsa yang tidak-tidak. kuat melek.

Padahal, tubuh manusia mampu memproduksi hormon untuk menyelaraskan diri dengan jam tidur. Dijadikan malam oleh-Nya untuk istirahat. Kebangkitan harian ditandai kemanpuan diri bangun sebelum fajar berkibar. [HaéN]

Sabtu, 30 Maret 2019

gawé ati mak plong mbokdé mukiyo, dudu plonga-plongo


gawé  ati mak plong mbokdé mukiyo, dudu plonga-plongo

Kejadian nyata saat plonco SMA. Nama plonco yang dibuat aneh, nyleneh namun terasa pas dengan karakter ybs. Sebut saja, Mursidi, entah latar belakang atau alasan politis apa diberi nama “mlongo”. Beda nasib dengan Mujiran. Mendapat nama makanan “cotot”. Penulis, karena tampilan diri mendapat gelar “grafik”. Tidak tenar.

Teman yang akhirnya bergelar Dr (doktor) di ITB, dapat julukan plonco “bayi”. Saking pas, sampai sekarang ada yang dipanggil sesuai nama plonco. Atau sebagai tambahan nama belakang. Antara lain, Harry Wibisono yang lebih komersial dengan celukan ‘Hari mangap’. Teman lebih ingat nama plonco ketimbang nama asli, nama diri ybs.

Plonco masuk PTN. Memang pakai nama plonco. Tapi tak terberkesan dengan sewaktu SMA. Lebih terekam akan gojlokan fisik. Fakultas yang didominasi kaum adam, jelas betapa rasa plonco.

Pengalaman isteri jelas beda. Karena tahun pertama kuliah, mahasiswa dicampur. Belum ada penjurusan. Akhirnya sampai sekarang, teman satu angkatan tetap solid. Kian akrab karena beda jurusan. Menunjang pekerjaan, profesi, hobi dan silaturahmi.

Sama-sama masuk belum tentu wisuda tetap sama-sama. Seleksi alam terjadi. Bahkan tahun kedua sudah ada yang rontok. Banyaknya mahasiswa di satu jurusan tertentu, yang tak sampai wisuda bisa sama dengan jumlah mahasiswa jurusan lain.

Kembali ke nama plonco. Nama yang satu rumpun, satu karakter. Memang bisa memancing emosi maupun rasa haru, geli. Asal usul ybs, profil, anatomi tubuh menjadi bahan pertimbangan.

Masuk ke zaman atau dunia nyata pasca wisuda. Gelar akademis hanya menjadi syarat administratif. Manusia politik pegang peran kunci menentukan nasib tanah air selama periode lima tahunan.

Dinasti politik, sistem famili, asas kronimisme atau sejenis. Sukses mencetak kader karbitan, kader orbitan, kader jenggot. Babakan baru, lama yang diperbarui, adalah pemain bayaran. Boneka politik. Pasar bebas politik dalam negeri, memungkinkan investor politik global tanam saham.

Akhirnya, macam petugas partai, di tempat yang sesuai skenario, di waktu kontrak. Karakter andalan diri adalah. [HaéN]

kinerja rumput liar vs solidaritas semu adonan beton


kinerja rumput liar vs solidaritas semu adonan beton

Secara yuridis teknis, campuran proporsional adukan homogen semen, pasir, kerikil dengan air. Mampu menghasilkan bahan buatan yang lebih masif ketimbang batu alam. Tentunya tingkat kekerasan batu alam yang santai dan ringan badan.

Kemajuan peradaban daya guna waktu, pakai campuran kimiawi tertentu. Mempercepat proses kejadian beton. Khususnya pada konstruksi beton bertulang.  

Conblock, batako atau fungsi teknis cetak di tempat, familiar di tingkat rakyat. Hadir dengan aneka kualitas dan seni. Batako kian ramping konsisten dengan ruang kosong. HET conblock lokal terjangkau dengan umur teknis tidak sampai satu periode.

Jalan tol pun mulai melirik kemanfaatan dan efektivitas beton bertulang. Jalan lingkungan lebih pilih hamparan conblock. Termasuk perumahan menengah atas. Ada sponsor, jalan lingkungan dilapis ulang dengan beton cor.

Tutup saluran di pinggir jalan yang model angkat tutup. Menjadi tempat parkir mobil. Umur teknis cepat uzur. Tergusur atau mengalami nasib di luar skenario. Belum diresmikan sudah teruji.

Singkat kata. Tekanan beban ganda atau berlapis. Kerikil, kerakal, split atau batu pecah terurai secara sistematis. Keanekaragaman rumput liar yang menghijau bersaing hidup di atas hamparan conblock. Jika dicabut, serta merta bak mengelupas lapisan atas. Dipangkas gundul, kian bercabang. Atau akar membiak menggusur penghuni asli.

Akankah alam mempercepat degradasi mutu beton. Bukan kecelakaan pasca konstruksi.

Di mata awam, tak bisa dikaitkan sebagai pratanda. Analog dengan harga jual tiket pesawat sigap membubung. Kalau sudah terbang lupa mendarat. Lupa daratan. [HaéN]