Halaman

Senin, 25 Maret 2019

olok-olok politik lebih kejam daripada fitnah

olok-olok politik lebih kejam daripada fitnah

Éfék domino propaganda, promosi, provokasi penguasa, terlebih untuk mempertahanan dan atau melanjutkan kekuasaannya, terasa sampai tepi pinggiran luar Nusantara. Bersyukur, masih banyak rakyat yang kadar keimanannya tak goyah oleh aneka ujaran kebodohan, unjuk pandir diri, pamér bégo pihak loyalis penguasa.

Sampai pihak pengganda berita bohong, disinformasi menjadi kewalahan sendiri. Tidak menduga malah menjadi senjata makan tuan. Mau ditindak, konco dw. Menjaga wibawa negara di kancah politik dunia. Jangan sampai dinyatakan NKRI masuk peringkat atas pelaku intimidasi politik, teror kata dengan segala cara.

Maka dari itu, Polri siap tindak hoaks dengan UU antiteror. Dikarenakan UU ITE sudah tidak manjur. Atau kian membuktikan bahwa aksi teror kata datangnya dari atas. Bukan produk lokal di akar rumput.

Sisi negatif manusia tampak nyata di pelaku olok-olok politik maupun pelaku aneka ujaran dimaksud. Ironis binti miris, kian cerdas akademik maka berbanding lurus dengan produktivitas produk penistaan.  

Gugus kendali mutu aneka ujaran penistaan, ujaran kebohongan, ujaran kebodohan dari manusia bebas. Dipelihara oelh negara dan sah secara konstitusional. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar