olok-olok politik lebih kejam daripada fitnah
Éfék domino propaganda, promosi, provokasi penguasa,
terlebih untuk mempertahanan dan atau melanjutkan kekuasaannya, terasa sampai
tepi pinggiran luar Nusantara. Bersyukur, masih banyak rakyat yang kadar
keimanannya tak goyah oleh aneka ujaran kebodohan, unjuk pandir diri, pamér bégo
pihak loyalis penguasa.
Sampai pihak pengganda berita bohong, disinformasi
menjadi kewalahan sendiri. Tidak menduga malah menjadi senjata makan tuan. Mau ditindak,
konco dw. Menjaga wibawa negara di kancah politik dunia. Jangan sampai
dinyatakan NKRI masuk peringkat atas pelaku intimidasi politik, teror kata
dengan segala cara.
Maka dari itu, Polri siap tindak hoaks dengan UU
antiteror. Dikarenakan UU ITE sudah tidak manjur. Atau kian membuktikan bahwa
aksi teror kata datangnya dari atas. Bukan produk lokal di akar rumput.
Sisi negatif manusia tampak nyata di pelaku olok-olok
politik maupun pelaku aneka ujaran dimaksud. Ironis binti miris, kian cerdas
akademik maka berbanding lurus dengan produktivitas produk penistaan.
Gugus kendali mutu aneka ujaran penistaan, ujaran kebohongan,
ujaran kebodohan dari manusia bebas. Dipelihara oelh negara dan sah secara
konstitusional. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar