pasca pemilu serentak 2019 vs bubaran bal-balan
Anak bangsa pribumi, bumiputera, putra-putri asli daerah
akan merasa bernyali, jika kumpul dengan kawanan senasib dan sealiran pemikiran
politik. BK cukup butuh beberapa oknum untuk goncang dunia. Sekarang, oknum
penguasa ahli ujaran nista, mampu mendegradasi peradaban bangsa.
Kebersamaan yang bukan gotong royong. Sinergi kebersatuan
daya imajinasi, fanatisme sebagai loyalis total maupun loyalis abal-abal. Mendukung
kesebelasan kebanggaan, pujaan hati. Rasa keakuan tersalurkan secara heroik. Libas
tuntas lawan yang melintas.
Demi berhala politik, tak ada batas kasta, sekat strata. Sama-sama
terjebak di kubangan media sosial, media dalam jaringan atau sebutan semaksud. Modal
ujung jari tangan, mampu bersandiwara di bawah tempurung. Pilih tanding, semua
lawan jenis.
Ketika manusia dan atau orang Nusantara tak mampu
mengetahui siapa dirinya. Melihat ke atas, yang tampak garang, dianggap mewakili
kebebalannya. Semakin girang jika mampu mengulang, mendaur ulang sampah politik.
Bangga melampaui daya pikir diri.
Rakyat bersyukur tidak terjebak arus politik yang lebih
utama, lebih mulia ketimbang agama. Pihak tertentu tahu persis bahwa oknum
ketum sebuah parpol koalisi pro-penguasa tidak memiliki kewenangan untuk
mengurus secara langsung yang berhubungan dengan jabatan-jabatan ternetu di
K/L. Namun karena asas tahu sama tahu, sesama loyalis jangan saling menjegal
dan atau menjagal. Maka bursa jabatan karir ada tarifnya. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar