lidah ajukan mosi tak percaya goyang ganda
Adalah lidah manusia. Walau tak bercabang – tetap tak
bertulang – mendominasi indra perasa. Wajar bin lazim, jika lidah sebagai alat
bantu mulut untuk: bahasa lisan, tindak tutur, ragam ujaran, aneka ucap maupun
model modus cuap. Ybs tak merasa. Tahunya hanya ‘buka mulut’ sesuai asupan gizi
dan suplemen rohani.
Di periode 2014-2019, produk sampingan progam kemandirian
dan ketahanan mental anak bangsa pribumi Nusantara. Format propaganda, promosi,
provokasi yang diatur oleh pasal produk hukum. Aroma irama mistis lokal maupun
olok-olok politik pejurus mabuk.
Akhirnya BPS sesuai fakta dan data lapangan, merilis
hasil survei tanpa survei. Yang mana
dimana bagaimana disebutkan. Muncul generasi tanpa identitas. Over melek produk
TIk. Pengguna aktif ITE. Sejumput ujaran kebodohan penguasa, bisa digoreng dan
digandakan.
Berkat penggembala yang mampu menabur dan menebar berita
memutarbalikan ajaran agamanya. Kisah pewayangan. Betara Guru, yang dewanya
para dewa, mempunyai anak di muka bumi. Anaknya, muncul sebagai tokoh wayang versi
teritorial kedaerahan.
Kisah yang belum sempat terkisahkan. Betapa lidah manusia
mampu mengendus, melacak nikmat dunia. Atribut religi ditinggalkan dan atau
ditanggalkan. Sigap malu diri, lebur berjibaku di kubangan lumpur. Merasa sebagai
logam mulia, batu mulia. Diblusukkan di mana saja, tetap ‘mulia’.
Bersyukur, lidah tak pernah. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar