Halaman

Minggu, 03 Maret 2019

saatnya sejarah Nusantara mencetak ulama bangsa


saatnya sejarah Nusantara mencetak ulama bangsa

Bumi tempat hunian sementara, selain berputar pada porosnya (rotasi) sekaligus bergerak mengelilingi matahari (revolusi). Ketaatan matahari saat melaksanakan tugas, fungsi dan kewajiban. Tidak diimbangi oleh manusia. Mungkin tidak pada makhkuk lainnya.

Watak, daya kompulasi (perbuatan tidak logis yang dilakukan secara sadar) ‘sang penghuni sementara’. Berkat daya akal, olah otak, reka logika, bina nalar, manusia mampu main waktu.

Perjalanan dan pergantian waktu. Setiap sejarah melahirkan tokoh dan atau setiap tokoh mencetak sejarahnya. Banyak orang berilmu, wong pintar, jenderal tenanan, gelar akademis ‘aspal’, tokoh karbitan, sosok boneka, bangsawan kiloan, jawara jarak dekat atau sebutan lain yang susah penyebutannya, masuk bursa sejarah Nusantara.

Sedikit mencermati, mencerna hakikat kepemimpinan nasional, ketauladanan umat. Sejak awal kejadian, terjadi sesuai fakta sejarah, memang menjadi satu-kesatuan. Tautan, tangkupan dua sisi mata uang logam.

Universalisasi agama Islam di Nusantara tidak serta merta meminggirkan, memojokkan atau mentelantarkan sistem ketuhanan yang sudah menjadi tuan rumah. Manusia politik mengamalkan laku modus manusia ekonomi. Tidak ada jamuan makan siang terakhir yang gratis. Setiap langkah berbayar. Setiap ayunan tapak tak gratis.

Biaya politik bisa merubah siapa saja. Ybs, sigap mencari dalil pembenaran diri. Kuasa dunia sanggup membalik arus lalu lintas peradaban. Kian disangkal, kian dikhayal. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar