Halaman

Rabu, 27 Maret 2019

dilema janji kampanye, memupuk émpati vs menumpuk antipati


dilema janji kampanye, memupuk émpati vs menumpuk antipati

Menu politik ini sarat aneka perasa buatan, jenuh segala pewarna buatan. Dimungkinkan bebas pengawet. Tidak juga. Justru ‘diawetkan’ sebagai barang bukti memberatkan / meringankan. Atau ‘diawetkan’ agar bisa dibuktikan sedikit demi sedikit.

Menjadi penyakit politik di negara berkembang tanpa kempis. Siapa saja pihak pelakunya. Dalih dan dalil yang mendasari tampaknya konstitusional, legal bahkan bermartabat. Bagi petahana, pakai ramuan propaganda, rumusan promosi, adonan provokasi yang menghalalkan segala modus.

Saat praktik, bisa diimprovisasi secara dinamis. Ditambah bumbu penyedap tanpa dosis agar atraktif. Menggusur pariwara produk yang tak dibutuhkan, tak diperlukan. Perkuat dengan bahasa tubuh atau mimik berhiba-hiba.

Saking hafalnya, jika didebat, tangkis pakai jurus berkelit, berkilah. Memang bukan untuk diperdebatkan. Karya seni politik yang satu ini menjadi obat perangsang.

Masalahnya, justru orang dalam akan memanfaatkannya sebagai tagihan. Kalau ybs sukses. Kalau apes, tagihan lain tetap mengalir. Bersyukur, belum ada satgas, densus pemantau. Belum ada lembaga sebagai juru tagih. Paling-paling ada berita pengkabaran 100 hari pertama. Disamarkan dengan sibuk bagi-bagi kursi.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar