dilema janji kampanye, memupuk émpati vs menumpuk
antipati
Menu politik ini sarat aneka perasa buatan, jenuh segala
pewarna buatan. Dimungkinkan bebas pengawet. Tidak juga. Justru ‘diawetkan’
sebagai barang bukti memberatkan / meringankan. Atau ‘diawetkan’ agar bisa
dibuktikan sedikit demi sedikit.
Menjadi penyakit politik di negara berkembang tanpa
kempis. Siapa saja pihak pelakunya. Dalih dan dalil yang mendasari tampaknya
konstitusional, legal bahkan bermartabat. Bagi petahana, pakai ramuan
propaganda, rumusan promosi, adonan provokasi yang menghalalkan segala modus.
Saat praktik, bisa diimprovisasi secara dinamis. Ditambah
bumbu penyedap tanpa dosis agar atraktif. Menggusur pariwara produk yang tak
dibutuhkan, tak diperlukan. Perkuat dengan bahasa tubuh atau mimik berhiba-hiba.
Saking hafalnya, jika didebat, tangkis pakai jurus
berkelit, berkilah. Memang bukan untuk diperdebatkan. Karya seni politik yang
satu ini menjadi obat perangsang.
Masalahnya, justru orang dalam akan memanfaatkannya
sebagai tagihan. Kalau ybs sukses. Kalau apes, tagihan lain tetap mengalir. Bersyukur,
belum ada satgas, densus pemantau. Belum ada lembaga sebagai juru tagih. Paling-paling
ada berita pengkabaran 100 hari pertama. Disamarkan dengan sibuk bagi-bagi
kursi.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar