Halaman

Jumat, 29 Maret 2019

mengatasanamakan derita dan keringat rakyat


mengatasanamakan derita dan keringat rakyat

Keseringan duka rakyat menjadikan hidup terasa ringan. Kedalaman nestapa rakyat kian mendalami makna kehidupan berbangsa dan bernegara. Seolah rakyat sudah tak berhak setetes pun untuk meneteskan air mata.

Air mata buaya sudah menjadi trade mark penguasa dari kalangan kaum hawa. Bukan juga. Suara berhiba-hiba muncul dari wajah garang, merasa prihatin dengan nasib negara. Mendaur ulang ramuan mental. Merasa bisa menhgatur negara jika diberi kuasa.

Kewajiban rakyat secara total kopral sudah ditangani oleh wakil rakyat. hingga tingkat pusat. Agar bertaji dan cespleng, diperkuat perwakilan daerah. Kurang apa lagi. Kurang sajén. Biaya politik ikut andil, bahkan menentukan nasib manusia politik.

Pendanaan luar negeri masih dibutuhkan untuk percepatan perwujudan rakyat sejahtera. Jargon adil makmur, hanya bisa terjadi jika mengalir dari atas. Jika syahwat ekonomi golongan atas ke atas tercukupi sampai tujuh turunan.

Betapa harga jual kursi wakil rakyat, sesuai tingkatan. Modus serangan fajar menjadi pasal tak tertulis. Tarif dasar untuk pemula. Maju ke periode kedua, penyesuaian  tarif sesuai deret ukur. Tenaga dalam, di atas kertas sudah tampak banyak lubang, kedodoran. Khusus kursi kepala negara sesuai dengan nilai tukar Rp. Kurs tengah atau sentimen pasar gelap.

Betul, Nusantara masih butuh wakil serdadu dan polisi di MPR. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar