mengatasanamakan derita dan keringat rakyat
Keseringan duka rakyat menjadikan hidup terasa ringan. Kedalaman
nestapa rakyat kian mendalami makna kehidupan berbangsa dan bernegara. Seolah rakyat
sudah tak berhak setetes pun untuk meneteskan air mata.
Air mata buaya sudah menjadi trade mark penguasa
dari kalangan kaum hawa. Bukan juga. Suara berhiba-hiba muncul dari wajah
garang, merasa prihatin dengan nasib negara. Mendaur ulang ramuan mental. Merasa
bisa menhgatur negara jika diberi kuasa.
Kewajiban rakyat secara total kopral sudah ditangani oleh
wakil rakyat. hingga tingkat pusat. Agar bertaji dan cespleng, diperkuat
perwakilan daerah. Kurang apa lagi. Kurang sajén. Biaya politik ikut andil,
bahkan menentukan nasib manusia politik.
Pendanaan luar negeri masih dibutuhkan untuk percepatan
perwujudan rakyat sejahtera. Jargon adil makmur, hanya bisa terjadi jika
mengalir dari atas. Jika syahwat ekonomi golongan atas ke atas tercukupi sampai
tujuh turunan.
Betapa harga jual kursi wakil rakyat, sesuai tingkatan. Modus
serangan fajar menjadi pasal tak tertulis. Tarif dasar untuk pemula. Maju ke
periode kedua, penyesuaian tarif sesuai
deret ukur. Tenaga dalam, di atas kertas sudah tampak banyak lubang, kedodoran.
Khusus kursi kepala negara sesuai dengan nilai tukar Rp. Kurs tengah atau sentimen
pasar gelap.
Betul, Nusantara masih butuh wakil serdadu dan polisi di MPR. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar