Halaman

Rabu, 13 Maret 2019

niat menulis karena memang ingin bungkam kata


niat menulis karena memang ingin bungkam kata

Potensi niat sedemikan potensial, energik. Menjadi sumber energi ibadah maupun tindak amalan. Disinyalir masuk kategori sumber energi spiritual. Menjadi kawan dekat dari bahasan SQ (spiritual quotient). Salah langkah memancing masalah yang menepiskan ilmu.

Bagaimana tindak lanjut niat, tergantung kebiasaan diri. Untuk hal yang biasa, rutin harian kita lakukan. Tetap perlu diawali dan dukungan niat. Membuka dan sekaligus mengarahkan tindak. Hati tinggal melangkah menapak dalam kepastian. Kerja borongan bisa kita kerjakan di waktu yang berhimpitan.

Sama halnya dengan ikhwal mencari keringat berolah kata. Merangkai, mereka kalimat enak disimak. Serahkan diri kepada-Nya. Mohon digerakkan hati ini. Radar diri mendeteksi senyap dan sayup alam. Pengalaman hidup menunjang daya penterjemahan. Himpun sampai saatnya. Masih ada tahap négosiasi diri. Kapan akan mengakhiri tulisan.

Salah satu modus menulis adalah dengan cara hitung mundur. Tema yang melintas tampak utuh. Kembali ke radar hati. Kejadian sehari-hari manusia, dikemas dengan bahasa manusia. Bukan ragam harian. Bahasa simbol yang sarat makna. Terkadang ambigu, tergantung sikon, sentimen.

Biarkan aneka tema melintas. Karena terpikirkan, tema tadi menjadi manja. Skala manusia, itulah sebenarnya kejadian peristiwa. Bukan potret fakta, barang bukti. Ada pihak lain yang butuh pengakuan. Target kehidupan berlapis, tanpa bingkai waktu.

Menterjemahkan kejadian yang tampak oleh mata. Akan menumpulkan radar hati. Tak ada dalil sebab-akibat pada kejadian. Suatu kejadian juga tak akan berdiri sendiri atau terjadi dengan sendirinya. Babakan kehidupan manusia, sudah ditetapkan oleh-Nya  di dalam Lauhul Mahfuzh.

Sejatinya manusia tidak hanya sebagai pelaku tunggal, aktor, bintang utama. Merangkap penulis skenario kehidupan dirinya. Nyaris semua tugas dan fungsi. Saat senggang menjadi pemirsa setia. Jadi, kalau kita tidak belajar dari “penayangan” masa lalu dan atau masa depan diri.

Manusia diciptakan oleh Allah swt untuk menjadi khalifah di bumi. Dimulai menjadi khalifah untuk dirinya sendiri. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar