wong bebal demen pamér bégo vs wong cerdas ngising waé
cerdas
Siapa pun yang terpilih jadi RI-1 dan RI-2 2019-2024, ‘sing rugi’ tetep kucing. Beda dengan anjing yang setia dengan
tuannya. Bedanya pada protokeler BAB. Pembaca lebih paham. Ingat lagu, “diam-diam,
kukunci kamar, kuberjongkok tanpa bergoyang . . . “
Masih ingat olahkata saya yang menandaskan. Begini kisah
nyatanya. Si Yuli penguni depan rumahku. Masih sebagai peserta didik SD masuk
siang. Tugas antar jemput oleh mbah-nya. Pasca ortunya berangkat kerja bareng
goncengan. Maka segala urusan si Yuli berada di tangan mbah-nya. Tampak akrab. Tidak
ada yang lain, Cuma berdua.
Pas si anak sedang main sendiri. Suara montor berhenti di
depan rumahnya. Ucapkan salam. Karena ada orang dan dikenal, tanya sang tamu: “Yuli,
mbah mana?”. Tidak dijawab. Cek ke dalam rumah.
Keluar rumah, Yuli menjawab dengan cekatan: “Mbah sedang
béol . . .” Tanpa merasa bersalah kata. Setelah tamu pulang, simbah kakung
berujar agak setengah marah: “Yuili, jangan bilang mbah sedang béol, bilang
sedang di KM!”. Yuli cuma diam dalam kebengongannya. Faktor ajar.
Beda kisah dengan bapak si anak. Ada salam. Yang berkunjung
ketua RT setempat. Jauh lebih sepuh ketimbang bapaknya. Dengan sigap, tanpa
menjawab salam, malah bertanya cuek: “Apaan?”. Sambil memonyongkan dagunya. Untung
ketua RT tahu diri dan cerdas diri. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar