Halaman

Rabu, 06 Maret 2019

trilogi wajah polesan anak pribumi Nusantara: kalem, aleman, geleman


trilogi wajah polesan anak pribumi Nusantara: kalem, aleman, geleman

Bukan gaya hipotésis, postulat, asumsi politis, survei tanpa survei, otak-atik matuk. Namun demikianlah bunyinya atau fakta lapangan. Terlalu kurang mewakili. Tepatnya fakta diri putra-putri asli daerah. Termasuk pemirsa.


Ingat lagu anak-anak. Simak pada lirik: “mata sipit siapa punya”. Oplosannya menjadi “perut buncit siapa punya”. Diperkaya lirik “ekor kuda siapa punya”. Disesuaikan kondisi terkini, menjadi “pengekor penguasa siapa saja”. Asal jangan pada lagu perjuangan yang digubah asal menjadi “ayo bung rebutan kursi”.

Lagu anak-anak atau lagu zaman kita masih anak-anak. Sekarang, dominasi anak bangsa yang berlagu menghias media pengkabaran. Yang seharusnya karena usia sudah bau tanah, malah aktif pasang gaya belingsatan bak cacing kepanasan.

Berasa umur, usia panjang lebat berkat ramuan ajaib: rendaman otak kadal, kulit buaya, taring serigala, sisik ular, ingus monyet tanpa ekor. Kemasan formal dengan label ramuan politik asli Nusantara. Kandungan lokal 100% total.

Kemanjuran bisa kita buktikan nanti di pemilu serentak Rabu, 17 April 2019.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar