trilogi wajah polesan anak pribumi Nusantara: kalem, aleman, geleman
Bukan gaya hipotésis, postulat, asumsi politis, survei
tanpa survei, otak-atik matuk. Namun demikianlah bunyinya atau fakta lapangan. Terlalu
kurang mewakili. Tepatnya fakta diri putra-putri asli daerah. Termasuk pemirsa.
Ingat lagu anak-anak. Simak pada lirik: “mata sipit siapa punya”. Oplosannya menjadi “perut buncit siapa punya”. Diperkaya lirik “ekor kuda siapa punya”. Disesuaikan kondisi terkini, menjadi “pengekor penguasa siapa saja”. Asal jangan pada lagu perjuangan yang digubah asal
menjadi “ayo bung
rebutan kursi”.
Lagu anak-anak atau lagu zaman kita masih anak-anak. Sekarang,
dominasi anak bangsa yang berlagu menghias media pengkabaran. Yang seharusnya
karena usia sudah bau tanah, malah aktif pasang gaya belingsatan bak cacing
kepanasan.
Berasa umur, usia panjang lebat berkat ramuan ajaib:
rendaman otak kadal, kulit buaya, taring serigala, sisik ular, ingus monyet
tanpa ekor. Kemasan formal dengan label ramuan politik asli Nusantara. Kandungan lokal 100% total.
Kemanjuran bisa kita buktikan nanti di pemilu serentak
Rabu, 17 April 2019.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar