berharap waktu luang satu menitnya, tunggu garwo sahur dan
tahajud
Pukul 01:22 kamis. Terjaga karena jam tidur standar >66
tahun sudah layak. Malas bangun, rasa ke belakang kuat mendera. Hujan ringan
belum menyejukkan suhu ruang. Keluar liwat ‘pintui kiri’, pamit ke isteri. Mau ke
WC dan pindah inap ke kamar pojok.
Tak ada respon. Ternyata kasur bumilo kosong. Isteri sudah
eksodus. Malam harinya baru ada info dari ybs. Hujan, ambil jemuran dan lanjut
lelap di kamar pojok.
Bagi saya, tak masalah. Sudah ada niat tahajud. Buka laptop
berolah kata dan adu reka kalimat. Sambil menyeruput oplosan susu, kedelai dan
jahe merah. Ronde kedua, air kopi rendaman semalam. Hangat.
Bukan kebetulan saya pemulihan rematik punggung, bawah
pundak kiri. Bisa dijangkau oleh tangan kanan maupun tangan kiri sendiri. Selain
minum obat dalam. Lokasi sakit diolesi. Sebisa-bisa tangan memijat diri.
Usai tahajud. Jelang pkl 4am. Bangunkan isteri, saya
langsung mandi. Bakda mandi, masih belum pakai kaos. Berharap minta tolong
isteri, main oles. Biar merata sesuai petunjuk. Isteri sibuk santap lesehan di dapur. Sambil jemur handuk saya berucap minta tolong
main oles.
Kunyah jambu biji. Mata mengantuk wajah terantuk-antuk, jawab isteri ringan
mengangguk: “Makan dulu, nanti
setelah tahajud”. Tahu kalau saya siap ke masjid. Logika saya, butuh waktu
semenit untuk main oles. Tanpa reaksi.langsung saya pakai kaos merah sponsor. Kenakan
hem putih. Langsung pamit ke masjid. Minum obat dalam mendadak malas.
Nyeri rematik saya atasi dengan jalan siang pukul 13an. Ke
pemangkas rambut plus bonus pijat. Pulang kepala menjadi ringan. Nyeri tetap
setia. Terselamur karena fokus puasa sunnah. Jadi. Untuk sembuh, berdoa
kepada-Nya. Minum obat atau pakai obat yang tak ribet diri. Apalagi merepotkan
orang lain. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar