Halaman

Jumat, 01 Maret 2019

berharap waktu luang satu menitnya, tunggu garwo sahur dan tahajud


berharap waktu luang satu menitnya, tunggu garwo sahur dan tahajud

Pukul 01:22 kamis. Terjaga karena jam tidur standar >66 tahun sudah layak. Malas bangun, rasa ke belakang kuat mendera. Hujan ringan belum menyejukkan suhu ruang. Keluar liwat ‘pintui kiri’, pamit ke isteri. Mau ke WC dan pindah inap ke kamar pojok.

Tak ada respon. Ternyata kasur bumilo kosong. Isteri sudah eksodus. Malam harinya baru ada info dari ybs. Hujan, ambil jemuran dan lanjut lelap di kamar pojok.

Bagi saya, tak masalah. Sudah ada niat tahajud. Buka laptop berolah kata dan adu reka kalimat. Sambil menyeruput oplosan susu, kedelai dan jahe merah. Ronde kedua, air kopi rendaman semalam. Hangat.

Bukan kebetulan saya pemulihan rematik punggung, bawah pundak kiri. Bisa dijangkau oleh tangan kanan maupun tangan kiri sendiri. Selain minum obat dalam. Lokasi sakit diolesi. Sebisa-bisa tangan memijat diri.

Usai tahajud. Jelang pkl 4am. Bangunkan isteri, saya langsung mandi. Bakda mandi, masih belum pakai kaos. Berharap minta tolong isteri, main oles. Biar merata sesuai petunjuk. Isteri sibuk santap lesehan di dapur. Sambil jemur handuk saya berucap minta tolong main oles.

Kunyah jambu biji. Mata mengantuk wajah terantuk-antuk, jawab isteri ringan mengangguk: “Makan dulu, nanti setelah tahajud”. Tahu kalau saya siap ke masjid. Logika saya, butuh waktu semenit untuk main oles. Tanpa reaksi.langsung saya pakai kaos merah sponsor. Kenakan hem putih. Langsung pamit ke masjid. Minum obat dalam mendadak malas.

Nyeri rematik saya atasi dengan jalan siang pukul 13an. Ke pemangkas rambut plus bonus pijat. Pulang kepala menjadi ringan. Nyeri tetap setia. Terselamur karena fokus puasa sunnah. Jadi. Untuk sembuh, berdoa kepada-Nya. Minum obat atau pakai obat yang tak ribet diri. Apalagi merepotkan orang lain. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar