pengorbanan ulama dunia, memfokuskan pilihan umat
Hanya ada di Nusantara dengan Pancasila-nya. Pemilu
serentak antara pemilu legislatif dan pemilu presiden, Rabu 17 April 2019. Gaung,
gema, gebrakkan bakal calon wakil rakyat dan utusan provinsi kalah pamor dengan
propaganda, promosi, provokasi capres petahana.
Pengulangan capres 2014, yang muncul lagi di pilpres
2019. Bukannya tanpa hikmah. Catur politik guliran capres petahana, mulai
terdeteksi babak akhirnya. Audisi pencarian bakat cawapres. Rakyat sudah
langsung tahu isi hati dan niat tulus sang capres. Betapa kawanan parpol
pengusung membulatkan tekad diri, selamat dan menyelamatkan kursi.
Pemilih pemula maupun berpengalaman pada pemilu 2014 dan
pilkada serentak. Lebih baik pilih diam menanti waktu yang tepat. Generasi tanpa
batas usia dan atau umur, tepatnya sebagai korban produk TIK dan apa itu ITE. Pertarungan
sejatinya pada pemilih.
Pemilih yang terjebak pada dalil tanpa batas jarak tempat
maupun tak kenal sekat waktu, peran batin. Sentimen positif pemilih menengah ke
atas, sudah tampak orientasi kecerdasan diri.
Peolok-olok politik menjadi bumerang, senjata makan tuan
pada sistem kesadaran umat. Keyakinan bukan sekedar pada melek religi. Anak bangsa
yang gemar merenungi nasib diri sambil nangkring nongkrong di jamban. Aroma jati
diri yang tercium, menyadarkan siapa diri sejatinya.
Organisasi kemasyarakatan berbasis agama yang lebih tua
ketimbang NKRI. Strategi modus politiknya lebih berorientasi duniawi. Predikat ulama
dunia, julukan ulama istana kian membaiat diri siap duduk manis. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar