Halaman

Jumat, 30 April 2021

radar diri menterjemahkan tiga sentuhan-Nya

 radar diri menterjemahkan tiga sentuhan-Nya

 Bincang soal bisikan hati, detak hati maupun suara hati, kata hati memang sewajarnya berhati-hati di tepi sebelah kiri. Itupun bukan jaminan aman cegatan. Terlebih lawan bicara adalah pengguna aktif otak besar, pemanfaat akal sehat. Bahkan dengan oknum yang merasa beda dengan makhluk sederajat.

 Salah-salah mendapat stigma pemercaya bisikan setan, sambil terpingkal kesetanan.

 Lepas bebaskan diri dari tindak merugikan diri sendiri. Apalagi zaman edan kebablasan bebas aksi tanpa rambu lalu lintas, hingga sampai terjebak gang buntu. Kembali ke judul. Pemanasan jangan memacu memicu kobaran bara terpendam. Tersebut, hari ini, Jumat, 30 April 2021 bareng dengan 18 Ramadhan 1442H. Percepatan 3 (tiga) kejadian. Tepatnya terbiasa tepat waktu, seolah mendapat ganjaran untuk ganti kesibukan. Sudahi yang sedang dilakoni. Seperti diingatkan untuk ganti dan lanjut aktivitas berikut.

 Pertama. Usai dhuha, sejenak berdoa. Keutamaan jumat, perbanyak shalawat. Getaran hati kalah dengan dengung telinga. Bersegera jumat jam kerja truck sampah lewat. Sudahi doa. Bangkit keluar kamar. Pas di teras truk lewat. Bergegas ambil beberapa kantong plastik kresek isi sampah dapur. Petugas sampah tahu diri, menunggu pakai keranjang kosong. Isteri muncul bawa tentengan.

 Kedua. Sibuk diri dengan laptop. Biasanya jumat, tutup laptop. Kejar jumlah judul bulanan. Jujur saja, Terbersit untuk mengolah “pertama” di atas. Cuma belum bunyi. Boro-boro tangan mendukung. Mata tergerak melihat jam di sudut bawah kanan monitor. Jelang start ke masjid, jumatan. Kebut mandi, sambil cari inspirasi, tidak pakai menyanyi atau berlagu. Bakda mandi bergegas ke masjid. Rambut belum kering.

 Ketiga. Rasanya waktu berlalu lebih lambat ketimbang waktu tunggu azan maghrib. Rindu tarweh dan jumpa jamaah lima waktu. Memanfaatkan waktu tunggu dengan merebus air. Untuk merendam beras. Nyala api agak ditambah sesuai sisa waktu. Mata malah tertambat tera tanggal beli di tabung gas 3kg, tersurat 06.IV. 2021. 2 minggu terpakai. Bisa-bisa bisa pas jatuh tempo. Kendati tidak tercium bau gas jelang habis. Kancingkan busana, terdengar suara dengusan gas. Letupan api mati pelan. Gas habis, jauh waktu dari air mendidih. Kirim sms ke garwo. Dipesankan gas ke tetangga. [HaéN]

generasi sandwich vs kursi susun

 generasi sandwich vs kursi susun

 Pemilikan sekaligus peruntukan sebuah partai politik yang identik badan usaha politik milik kelurga bukan pasal tabu, nista, aib. Jelas maksudan, pemaknaan generasi sandwich jika sesuai dalil banding, sanding, tanding dengan dinasti politik, trah silsilah anak cucu ideologis, sistem pewarisan kekuasaan. Antar generasi membuktikan adanya benang merah bagi-bagi kursi alias arisan.

 Praktek demokrasi lewat format multipartai perlu dukungan pedoman hidup gizi politik seimbang. Khususnya mengantisipasi, terapkan asas mitigasi agresi, agitasi serapan unsur politik global. Pola ‘nasakom’ tidak akan punah ditelan zaman. Walau zaman tampak berubah drastis.

 “di atas kursi masih ada kursi”, status simpan 2/18/2020 6:56 AM. Di  kolong langit, di atas hamparan nusantara. Analog keterbalikan 180 derajat. Di balik amanat rakyat, seperti ada peluang, kesempatan pihak terpercaya untuk ambil sikap tindak bebas. Bisnis politik menjadikan pihak pembeli kepercayaan, merasa berhak menentukan nasib bangsa.

Maka daripada itu, panduan konsumsi gizi politik harian plus berperilaku waras berdasarkan prinsip konsumsi anekaragam pangan. Gaya hidup merakyat, tampilan diri menujukkan isi perut, aktivitas fisik bebas keringat diri.

 Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. (pasal 33 ayat (3), UUD NRI 1945, tidak mengalami Perubahan). Tersitat masih ada pihak yang menguasai negara secar défacto dan atau déjure.

 Melihat subur hijaunya tanah air ibu Pertiwi. Mentahnya saja sudah lipat untung. Lipatam kulit bumi bernilai finansial fantastis. Apalagi kalau diciduk, dikeduk, dikeruk lapisan demi lapisan. 7 turunan keceh duit. Sejarah yang akan bersaksi. Aksi jarah nasional diilhami kongsi VOC lanjut pemerintah Belanda memindahkan kekayaan nusantara ke negerinya. [HaéN]

4 sehat 5 sempurna 6 boros

4 sehat 5 sempurna 6 boros

 Bukan masalah daya ingat diri. Saat mau memulai melangkahkan tangan menarasikan judul. Muncul rekaman diri yang dipacu niatan mau beli beras, pagi nanti. Akhir April 2021. Pakai rute dimaksud, pikir-pikir sekalian beli. Sekali jalan 2-3 pembelian tercapai. Masalahnya bukan itu. Ingat entah kapan kejadian. Jelas sebelum tragedi agresi pandemi covid-19. Sibuknya penjual menakar beras merah tunjukkanku. Emak-emak tapi cukup satu emak, busana daster motof dan warna tidak jelas. Cukup beli 1 lt beras senilai 8.500 Rp.

 Kasus lain, beda pihak. Kaidah makn sehat sesuai hari. Diet sehat ikuti pasang surut daya bugar diri. Pola pilah pilih pangan produk lokal. Sehat dikunyah mentah. Aneka buah diblender terpadu. Rasa di lidah tidak masalah. Demi jaga sehat fisik, bisa tangguh sehari semalam. Oplosan, campur baur, kanibal sesuai kelas dan daya cerna perut.

 Ternyata perut punya cerita lain. Seolah bingung kinerjanya diremehkan. Daya serap usus sesuai fungsinya terbaikan. Digelontor curah tuang bebas. Alih-alih berenergi. Energi terpakai untuk menahan aksi BAB yang tak kenal waktu. Perut tidak mau dikendalikan secara mekanisme internal. 

Pemborosan terjadi akibat menentukan menu selaku antisipasi atau obat atas efek serapan. Daya dorong perut bak tabung reaksi, menjadi rutinitas tak terduga. Supergizi yang tak terserap atau seharusnya sekali pakai, malah tertimbun. Menjadi biang penyakit yang belum ada namanya. Lebih daripada itu, tubuh seolah butuh bantuan nafas buatan, pacu jantung atau penahan nafsu panggilan perut. [HaéN]

spekulasi berita kapal selam tenggelam muncul dimana-mana

 spekulasi berita kapal selam tenggelam muncul dimana-mana

Ketika suatu kejadian terjadi di negara berkembang, memacu memicu kejadian berikutnya. Serba multi, momentum penguasa untuk membangkitkn opini. Mengalihkan perhatian bangsa atas kasus bernegara yang sedang naik daun. Bedanya, jika kawanan atau oknum kawan partai tidak ada yang komen. Wajar. Jika rangkaian kejadian ditarik ke depan, dicari biang segala biang. Membuka aib dan borok lama.

  Antara fakta dengan pengkabaran adu nyali. Analisa pengganda plus penebar dan penabur berita adu taktik strategi mengendalikan kesempatan. Opolosan, kanibal, daur ulang sampah berita menjadi layak saji. Media massa arus utama sampai arus pendek, berebut peminat penikmat sensasi tanpa basa-basi. Rumus matematis tidak berlaku. Kalkulasi politik lebih menentukan bentuk kebenaran.

 Hebatnya tata niaga perkabaran, penerangan, olah berita nusantara, lebih kencang dibanding arus informasi dan komunikasi global. Desakan internal dari arah manapun serta tarikan magnet eksternal global. Ramuan mental politik kian membuktikan. Melenyapkan barang bukti hingga sampai merekayasa barang bukti. Lebih daripada itu “melenyapkan” tersangka agar tidak menjadi “penyanyi”.

 Akhirnya yang bengkok tampak lurus, sesuai sudur pandang. Sebaliknya, yang lurus-lurus. [HaéN]

Kamis, 29 April 2021

cicak tergencet rak piring, di pojok meja dapur

 cicak tergencet rak piring, di pojok meja dapur

 Kejadian alami dialami cicak. Ybs dimaksud adalah binatang punya catatan sejarah tersendiri. Di tanah Jawa, cicak selain menjadi lagu anak-anak memang berlagu. Ahli merayap sehingga hingga bisa berada dimana saja, kapan saja. Laboratorium kriminal alat negara bersebut tahi cicak lebih dari sekedar kotoran.

 Kaitan dengan religiusitas berketuhanan anak bangsa nusantara, khususnya riwayat nabi Ibrahim a.s dan Rasulullah Muhammad SAW. Ada anjuran untuk membunuh cicak sekali pukul. Kronologisasi sunah ini masih menjadi berlanjut.

 Agar mudah diserap masyarakat awam dengan daya paham seadanya, maka ramuan mistis, mitos, klenik menjadi daya tarik atraktif. Suara cicak selaku sinyal, pratanda, kode etik, gejala alam yang berlapis. Kamus dan bahasa politik, antusias menjabarkannya. Muncul konflik politik “buaya vs cicak”.

 Sebelum menutup olah kata, cicak dimaksud masih hidup bergerak-gerak bebas, tidak mampu membebaskan diri. Masih menempel di kusen jendela kamar pojok. Tergencet tunggu nasib. [HaéN]

krisis kritis + kritik vs kriminalisasi

 krisis kritis + kritik vs kriminalisasi

 Praktek kriminalisasi varian, subversi nusantara. Bukti empiris, menerus bahwa hukum menjadi alat penguasa. Lebih daripada itu, proses legislasi merupakan kompromi multipihak. Mengakomodir kepentingan internasional termasuk lembaga keuangan global. Terima pasal pesanan, pesan jadi, lelang pasal, titipan bahkan ombyokan, glondongan. Itu karena negara berdasarkan hukum.

 Tak perlu pakai heran atau ingat dengan asas “ojo gumunan”. Memangnya hukum menjadi urusan yang berwajib, berwenang saja. Padahal hukum di tangan ahlinya, menjadi alat serba komersial. Efektivitas bagaimanan proses usulan sampai penetapan. Format berkemanfaatan untuk satu periode sekaligus jalur pengaman jika ganti warna politik.

 Tak perlu pakai ramuan heran versi awam, jika kawanan politisi sipil merasa lebih aman, nyaman terjebak OTT KPK. Terlebih jika alat negara yang merasa pengayom masyarakat. mereka pikir, bisa “nyanyi” jika terpaksa berhdapan dengan hamba hukum. Minimal partai politik pengusung akan operasi senyap. Termasuk “melenyapkan” tersangka agar tidak menjadi “penyanyi”. 

Jadi, ternyata pihak penguasa takut bayang-bayang sendiri. [HaéN]

Rabu, 28 April 2021

fragmen laku simpang, konsekuensi politik vs tekanan ekonomi

 fragmen laku simpang, konsekuensi politik vs tekanan ekonomi

Kondang mana antara penjahat dengan penjahit. Jelas masih kalah beken dengan pelaku, manusia politik. Di balik kedigdayaan negeri multipartai. Tepatnya di atas petugas partai masih ada petugas partai yang lebih eksis. Tanpa partai politik, kutub tirani minoritas, wujudan manusia ekonomi. Menjadi penentu nasib bangsa dan negara.

 Semula ikhwal membelakangi kebenaran hanya karena ketidaktahuan akan hakikat ‘benar’. Setelah tahu makna kebenaran, terjebak pasal benar karena sekedar benar-benar benar tidak tahu. Kian diberi tahu, hati kian kuat menolak. Akhirnya masuk peringkat mengingkari kebenaran dengan keyakinan penuh.

 Skema diri yang ada di tubuh manusia politik meluputi: rasa mandiri, aspek kepribadian, sifat keakuan, pola kedirian, konsep diri sendiri, harga diri, mawas diri dan diri-diri yang masih dalam penyelidikan. Ternyata bentukan sistem politik nusantara tidak menghargai manusia sebagai manusia penuh (full human). Oplosan, kanibal aneka aliran dan arus politik global hingga regional.

 Kadar rasa malu anak bangsa pribumi primitif, tak bisa disamaratakan dengan bahan baku malu pada umumnya orang Indonesia. Bakat malu tampak tersipu-sipu, yang lebih malu lagi kalau dibuat malu. Misal, kalau ada orang lain membuka aibnya. Salah duga kawan. Ybs malah bangga sembari tepuk dada. Promo plus tenar gratis. [HaéN]

bahasa tubuh siratan tata sombong diri

bahasa tubuh siratan tata sombong diri

 Gaya lelap seseorang bisa menampakkan rasa sombong yang terpendam. Ganti posisi tetap pada alur sombong yang seolah bagian integral jadi diri. Terlentang, terkapar menjadi posisi dan atraksi total tanpa adegan rekayasa. Suara dengus hidung dan atau mulut, bagian skenario pembagusan, pembenaran.

 Ajar ujar budi pekerti subversi kaum bangsa Jawa masih utuh rasa njawani tanpa oplosan. Semakin ditelusuri kian tampak bahwa unsur pembentuk rasa sombong, tidak jauh-jauh dari konsep hakikat hati. Pendekatan dari bawah, mulai dari sikap jujur menerima fakta diri secara aktif. Perubahan adalah hasil budi daya pemberdayan jiwa yang tenang, terkendali. Memperkuat landasan kekuatan percaya diri, peduli diri atas perubahan yang sudah terstruktur.

 Pendekatan dari atas selaku podoman peubah diri. Manusia bebas di jalur lurus, justru kian butuh petunjuk-Nya. Kehati-hatian memilah dan memilih langkah demi langkah. Merasa memilik seperangkat kelengkapan akal sehat yang teruji secara silsilah. Lebih daripada itu, eksistensi anggota tubuh dirasa jadi andalan harga diri. Komplit aneka bumbu alami pengendali wujudan sombong. 

Ditarik mundur, ironis binti sinis jika rasa keakuan – tahu diri betapa nilai diri – menjadi pembiak virus sombong. [HaéN]

luncur naik mbokdé mukiyo, dudu lancar mulut plus lincir mulut

luncur naik mbokdé mukiyo, dudu lancar mulut plus lincir mulut

Agar supaya gagal paham tidak semakin kian nyata. Buka kamus bahasa adab manusia berkecakapan. Tapi kiranya, manusia memang suka menyempalkan diri dari sistem. Tampil beda dengan akal kediriannya.

 Tukang teror kata, lewat kemasan peolok-olok politik. Naik peringkat menjadi kawanan maupun oknum pendengung. Daya buta hati terhadap fakta diri, tertampak pada lagak membabi buta. Anomali diri yang haus ilmu, dibuktikan dengan ungkapan isi perut. Yang mana seharusnya keluaran ujar bebas berupa kentut, malah mendorong bukaan mulut tanpa kontrol.

 Ucap kriminal tidak bersenjata beririsan dengan fenomena lingkar bayang-bayang angkaramurka. Pasca sewa utama serapan ilmu entah-berantah. Bangsa ini diurai berai, dipecah belah, diusut surut, dilibas tuntas tanpa ampas sesuai taat asas, sesuai pasal skenario kontrak politik multipihak.

 Beda pasal, kejahatan akibat konsekuensi politik dengan kejahatan karena tekanan ekonomi. Nilai jual tersangka menenttukan jalan tegaknya hukum. Bayang-bayang angkaramurka tanpa tatap muka sigap melibas 24 jam. [HaéN]