Halaman

Jumat, 23 April 2021

tinggal dibunyikan, tidak perlu analisa mbulet

tinggal dibunyikan, tidak perlu analisa mbulet

Praktek diri selaku makhluk sosial, harus modal sabar hati apalagi sabar kata. Lingkungan tempat versi KPR-BTN. Masuk generasi ketiga sejak kami huni 1986. Heterogentitas warga menjadi dinamika unik. Pergaulan harian bervariasi plus rentan konflik ringan. Bukan antar tetangga.

 Efek gempuran agresi pandemi covid-19, bermula dengan pola lock-down alias karantin wilayah. Akses ke lingkungan dibatasi. Pintu masuk utama hanya di depan, dijaga 24 jam. Pintu masuk belakang atau jalan tembus ke kampung, ditutup bagi semua pengguna jalan. Jalan tikus hanya untuk pejalan kaki.

 PSK dan pedagang makanan bebas masuk. Pelanggan nasi goreng, mi rebus masih kebagian. Gojek berubah fungsi jadi antar santapan. Perputarn uang skala RW dengan adanya UMKM. Garwo jauh waktu sudah kelola market-place lintas teritorial. Pengetahuan, pengalaman kelola jaringan TIK kementerian PUPR plus koneksi, relasi jejaring pemasok, produsen barang dan atau jasa. 

Persaingan karena pihak lain peka dengan aktulisasi penampakan Rp. Maunya ambil alih demi kebutuhan warga. Persaingan usaha karena Rp bukan sekedar mempertemukan penjual dengan pembeli bak pasar tradisional. Menjaga perasaan pebutuh segala status sosial ekonomi. Merasa pembeli adalah raja. Tidak mau tahu pasokan bukan pengecer atau bak warung rakyat, kelas RT. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar