Halaman

Senin, 26 April 2021

sangka(l) sang pengakal

sangka(l) sang pengakal

 Titik temu, bidang bersama, ruang beririsan antara manusia banyak akal dengan orang kehabisan akal. Terjadi di lokasi kasat mata maupun dimensi khayal. Namun, bagi tersangka maupun hak sangkal, sudah mendapat stigma terhukum. Jauh dari ketetapan hukum yang sudah berketetapan tetap. Barang siapa berada di tempat dan pada waktu yang tak lazim bagi umum. Bisa pura-puta tidak melihat, fokus ke pekerjaan, sibuk ketawa-ketiwi sendiri berkat jasa gawai hingga sampai kegiatan menyendiri .

 Berkat bantuan pancaindra, maka potensi otak dapat didayagunakan, dimandragunakan secara optimal. Survei membuktikan, ternyata persentase penggunaan akal oleh manusia hanya ringan, kecil. Ada yang sebut masih di bawah sepertiga. Tapi digunakan untuk memikirkan yang besar-besar. Jauh di atas jangkauan potensi diri. Potensi bawaan manusia adalah mengakali.

 Pasal yang menyebutkan tak masuk akal, tak bisa ditampung akal sehat, akal-akalan. Apa beda dengan pasal ‘tanpa akal’. Tentu, kalau berpikir adalah proses berbasis potensi otak. Bisa terjadi atau apakah cara berpikir, pola tindak, gaya ucap sebagai refleksi daya otak. 

 Dunia pendidikan nasional nusantara, lebih mengandalkan kinerja otak kanan maupun otak kiri. Bukannnya tidak mengundang dan mengandung masalah. Semakin orang berakal maka akan berbanding lurus dengan kebingungan menoptimalkan akal sehatnya. Akal sehat dijaga, dirawat plus diruwat dengan asupan gizi religi. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar