Halaman

Senin, 12 April 2021

sanksi di dunia ketimbang

 sanksi di dunia ketimbang

 Bagi rakyat, penduduk atau sebutan senasib, maka pelayanan masyarakat dapat berdampak kerugian dan atau aneka nasib sial atau bahkan jiwa raga, kalau tidak mau disebut taruhan nyawa. Bagi pihak “melayani masyarakat” tanggung jawab, tanggung gugat, tanggung renteng berupa sanksi ringan sampai sanksi berat. Plus sanksi moral kemasyarakatan sampai pada aspek hukum. Lain pasal, mirip kasus, sanksi yang diberikan tergantung pada berat ringannya pelanggaran.

 Bagi umat manusia yang melanggar hukum agama dan atau bahkan melawan hukum Allah SWT.

 Masih masuk akal atau di luar akal sehat manusia. Seyogyanya, manusia jangan mengakali fakta. Sadar diri memanipulasi fakta agar bebas dari sanksi kehidupan berketuhanan YME. Padahal secara awam, logic dan nalar orang awam, sudah tahu untuk apa tangan kanan dan fungsi tangan kiri.

 Belajar dari ternyata manusia seolah tidak berdaya menolak status pe-sakit-an. Gempuran agresi pandemi covid-19 berlanjut tanpa terdeteksi keberakhirannya. Ikhtiar vaksinasi global, percepatan masuk babk akhir. Pelajaran, pembelajaran andalkan terapan asas hak asasi manusia. Hikmah per-sakit-an.

 Paling mendasar, betapa makna hidup sehat lebih mahal, harga tidakk ternilai daripada anggaran kesehatan negara. Lanjut sebagai cobaan, ujian kehidupan untuk ingat siapa yang menentukan hidup mati manusia. Pengetahuan diri meningkat bahwasanya rasa ke-sakit-an akibat ulah diri sendiri secara mandiri. Salah sendiri tanpa campur tangan pihak lain.

 Secara umum berilmu kedokteran spesialis, pendekatan medis, klinis bahwa semua fakta angka curva, berke-sakit-an menjadi sarana menuju Yang Maha Pencipta. Babak berikutnya atau tanpa urutan. Dosa ringan umat manusia diampuni, dihapus lewat kasih sayang-Nya, dengan “rasa sakit” di dunia yang seolah tak terobati. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar