jaga raga di awal Ramadhan 1442H
Ujar sambut hari pertama tarawih, Ketua DKM masjid kawasan perumahan KPR-BTN: “Warga, jamaah kurang PD untuk tarawih . . . “. Waktu saya datang niat isya’, kerumunan pemuka masyarakat, pejabat teras masjid memenuhi ruang di depan pintu utama masjid. Tidak perlu heran, suasana dalam masjid tipikal. Sempat dapat shaf pertama, bak langganan.
Lantai dua diperuntukkan anak-anak atau jamaah susulan. Masuk witir, suasana normal. Anak-anak tanpa komando balik ke rumah, tidak ada iseng main di halaman. Bakda witir, tafakur sejenak. Ikuti kata hati muhasabah diri. Langkah awal di langkah besar berikutnya. Kebiasaan jamah tarawih, bangkit bak tunggu aba-aba. Membentuk beberapa komunitas kecil di depan pintu masjid. Kangen-kangenan jarang jumpa di tempat yang sama.
Terbiasa sigap diri 1 jam jelang azan subuh. Beda pada wajib sahur. Menu rendaman crackers plus biji otas utuh. Ditutup tegukan kopi susu oplosan. Tidak ada hingar-bingar warga bangunkan sahur. Jaga malam rutin pukul tiang listrik tiap jam. Usai tahajud, perut terasa berisi. Bergegas santai ke masjid. Suasana lingkungan mirip harian. Setiba di masjid berharap ada semarak subuh pertama. Sepertinya biasa-biasa saja. Alhamdulillah, pulang masjid tampak jamaah perempuan jalan.
Alinea keempat tentang hasil niatan
dzuhur 11:57 berjamaah. Plus sholat ghoib buat salah satu pendiri masjid, wafat
bukan karena covid-19. Di depan masjid parkir ambulance. Aneka tampang ahli masjid
sibukan diri. Ironis binti miris, senyap jamaah 14 menit jelang azan. Usai dzuhur,
imam umumkan bagi yang tadi belum ikut sholat jenazah pukul 11:00an. Ayo bangkit
tegakkan sholat ghoib. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar