Halaman

Selasa, 03 Desember 2013

Ketika Lutut Generasi Muda Menghitam

Humaniora     Dibaca :580 kali , 0 komentar

Ketika Lutut Generasi Muda Menghitam

Ditulis : Herwin Nur, 10 Desember 2012 | 08:07

Filosofi Lutut

Kenapa lutut manusia ditekuknya ke depan, bukan ke belakang seperti ayam. Fakta ini merupakan bentuk kesempurnaan penciptaan-Nya untuk melaksanakan perintah ruku’ dan sujud.

Lutut sebagai bemper yang rutin beradu dengan tempat shalat dan mendapat impak benturan jelang sujud menyebabkan kulit mengeras, biasa disebut kapalan. Tanpa tutup atau busana terkena radiasi matahari kulit lutut semakin menggelap.

Diriwayatkan, bahwa Rasulullah saat hendak melakukan sujud, meletakkan kedua lututnya terlebih dahulu sebelum kedua tangannya. Setelah meletakkan kedua lutut, beliau kemudian meletakkan kedua tangan, lalu kening, lalu hidung. Dan ketika beliau bangkit, maka beliau mengangkat kedua tangan sebelum mengangkat kedua lututnya.

Bagi kaum hawa lutut kapalan bisa mengganggu penampilan, mengurangi rasa percaya diri. Atau bahkan takut dianggap sebagai pramuwisma yang tugasnya melantai, mengepel lantai dalam posisi bertekuk lutut, tidak pakai tongkat pel.

Sebagian ulama berpendapat bahwa aurat sesama lelaki – baik dengan kerabat atau orang lain – adalah mulai dari pusar hingga lutut. Pendapat jumhur (mayoritas) ulama menyatakan bahwa aurat lelaki sesama lelaki adalah antara pusar hingga lutut. Artinya pusar dan lutut sendiri bukanlah aurat. Aurat secara anatomis dan biologis. Wallahu a’lam.

Tanda Sujud

Sebagai rukun shalat, sujud merupakan ibadah istimewa dalam Islam, karena dilakukan dengan cara meletakkan tujuh anggota badan di atas hamparan (muka, dua telapak tangan, dua lutut, dan dua ujung kaki), dengan tumpuan secara seimbang dan merata. Jadi, tidak ada satu anggota sujud yang mendapat beban lebih dari yang lain. Sujud sebagai tanda bukti keimanan seorang Mukmin, sebagai simbol ketundukan dan ketaatan kita kepada Allah SWT.

Kita mengacu sabda Rasulullah, “Aku diperintah untuk sujud di atas tujuh tulang”. Posisi demikian mencerminkan sikap merendah di hadapan-Nya. Allah menegaskan, disuratkan dalam terjemahan [QS Al ‘Alaq (96) : 19] : “…….; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)”. Sujud merupakan  momen interaksi paling intim antara seorang hamba dengan Tuhannya. “Sesungguhnya saat yang paling dekat antara seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika ia sedang bersujud.” (HR Muslim).

Tanda ahli shalat tidak bisa diidentifikasi secara ragawi pada jidat yang hitam, walau jidat dibenturkan ke hamparan sebagai tanda keriusan dan penyerahan diri. Nampak pada air muka yang memancarkan keimanan dan kesucian hati. Akhlak ahli shalat bisa dirasakan pada perilakunya. Misal pada tutur kata, karena ucapan merupakan resultan dari pemikiran dan perasaan, cerminan hati. Bahkan kecerdasan, pengetahuan, kedewasaan seseorang dapat diukur dari ucapannya.

Tanda hitam di dahi Muslim adalah salah satu ciri bahwa dia sering melakukan shalat. Namun, bekas sujud yang dikehendaki Allah adalah sikap tawadhu, kelembutan, kepedulian, dan kasih sayang yang dipancarkan wajah setiap Muslim. (“Bekas Sujud”, Prof Dr KH Achmad Satori Ismail, Republika, Senin, 18 Juli 2011).

Langkah Religius

Sejak usia wajib shalat, generasi muda mengalami pengalaman religius yang universal ataupun individual, rutin, sporadis, sesuai do’a maupun yang tak terduga.
Antar generasi muda berlutut kapalan (ahli shalat) sudah ada benang merah, tinggal bagaimana mensinergikan potensi ukhuwahnya. Generasi muda diikat dalam satu pemikiran berdasarkan ketetapan dan keteguhan hati yang sama, jiwa mereka kokoh dan kebal terhadap berbagai intervensi pemancing perselisihan dan barisan mereka tidak tersentuh oleh benturan budaya.(Herwin Nur/Wasathon.com)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar