Kolom Tamu Dibaca :354 kali , 0 komentar
Apa yang Kau Cari Parpol Islam?
Ditulis : Herwin Nur, 03 Oktober 2012 | 11:01
Lomba Korupsi
Menteri Sekretaris Kabinet (Menseskab), Dipo Alam, merilis data yang menampilkan peringkat pejabat negara dan angota DPR
terkorup berdasarkan latar belakang partai politik induknya. Dari data
yang dirilis Menseskab terungkap bahwa kepala daerah/wakil kepala daerah
dan anggota DPR dari kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menduduki
Peringkat Empat (17 orang atau 3,97%) tertinggi keterlibatannya dalam
berbagai kasus dugaan korupsi dan tindak pidana umum. PPP tidak menampik
kebenaran data itu, namun justru akan menjadikannya sebagai bahan
evaluasi internal (KabarNet, 30/09/2012).
PPP
sebagai pemain lama (5 Januari 1973) di panggung politik, tertempa
dalam kawah Candradimuka di zaman Orba. “Prestasi” PPP diraih malah pada
saat era Reformasi, ketika Ketua
Umum DPP PPP, H. Hamzah Haz (hasil Muktamar IV 1998 dan Muktamar V
2003) dilantik jadi wakil presiden RI di tengah periode 1999-2004,
tepatnya 23 Juli 2001-20 Oktober 2004.
Regenerasi Bangsa
PPP
mungkin telah menciptakan kemampuan kompetitifnya, sekaligus menjaga
daya kompetitifnya sehingga berkesinambungan antar periode pemilu, antar
generasi, antar pemeritahan, alias bertahan lama. Keunggulan
kompetitif adalah mewariskan muatan politik kepada generasi selanjutnya.
Warisan politik diutamakan berbentuk kecerdasan politik yang bermanfaat
untuk dirinya sendiri (walau hanya sekedar sebagai simpatisan),
masyarakat dalam arti luas ataupun internal parpol.
PPP
mempunyai tanggung jawab dan beban moral dalam mengaktualisasikan
instrument demokratisasi yang diterjemahkan menjadi pendidikan politik.
Warisan politik parpol Islam tidak sekedar parpol bebas korupsi, atau
tindak pidana lainnya, wajib difahami dan disemangati sebagai sebuah
Amanah Regenerasi. Amanah Regenerasi berangkat dari makna :
“Dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS An-Nisaa’ : 9)
Kinerja
dan kiprah parpol Islam tidak sekedar diukur dalam perolehan jatah
kursi di legislatif, eksekutif dan yudikatif; banyaknya pengurus sampai
tingkat kecamatan atau masuk kategori parpol bebas korupsi, tetapi lebih
diukur pada peningkatan rakyat sejahtera.
Alergi Politik
Sistem
politik melalui pesta demokrasi, kiat menjadi kutu loncat antar parpol,
mendirikan parpol sebagai ikhtiar formal bagaimana merebut,
mempertahankan dan sekaligus melanggengkan kekuasaan. Lima tahun ke
depan, nasib rakyat seolah sudah tergadaikan. Kalkulasi politis
menjadikan kehidupan berpemerintahan, berbangsa dan bernegara sudah
dikapling secara sistematis. Siapa jadi apa, siapa dapat apa sebagai
pertimbangan utama dalam pembagian kekuasaan.
Syahwat
politik diekspose media massa menjadikan rakyat apatis, alergi, dan
antipati terhadap gerakan politik para wakil rakyat., atau para kader
parpol pada umumnya. Wakil rakyat lebih dahulu mensejahterakan dirinya,
baru urusan rakyat diurus nanti-nanti.. Oknum anak bangsa menggunakan
kendaraan politik untuk mencari kekuasaan, kekayaan dan kekuatan.
Ritual Politik
Musuh
dalam selimut atau tantangan nyata di depan mata parpol Islam hanya
satu, yaitu ketika ulama atau tokoh umat Islam tidak mengurus umatnya,
malah merecoki urusan negara. Urusan negara sebagai fungsi politik,
halal dan haram menjadi satu, hak dan batil berjalan beriringan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar