Halaman

Senin, 28 Februari 2022

berita miring resmi dari corong pelantang penguasa

 berita miring resmi dari corong pelantang penguasa

 Jubir Usman di era ‘nasakom’. Sehari-hari omong kosong, versi ‘Pancasila Sakti’. Dua periode Jokowi, lain lagi. [HaéN]

lakukanlah sebagaimana kelak akan kau lakukan

lakukanlah sebagaimana kelak akan kau lakukan

 Ketika penumpang berada di gerbong penumpang, memakai hukum lokal, bawaan kereta api. Ketentuan hindari kontak langsung dengan dunia luar saat kereta melaju. Kecepatan sudut pada jarak tertentu, menentukan “nasib”perjalanan.

Arah perjalanan Timur-Barat dengan arah sebaliknya di jalur yang sama. Fakta atau temuan yang terjadi bisa bertolak belakang. Kasus khusus, berangkat start pagi sampai di tujuan masih pagi.

Betapa dengan hukum lokal, bawaan psawat terbang. Ketika manusia meninggalkan serta menanggalkan derajat kemanusiaan di darat. Hukum rimba belantara nusantara, masih selaku acuan. Akal sehat manusia terdistorsi secara politis androgogis. [HaéN]

kesrimpet benang bundet demokrasi politik nusantara

kesrimpet benang bundet demokrasi politik nusantara

Anak bangsa nusantara berketurunan, sangsaya paham dengan sebutan koalisi partai politik pemilih presiden. Untung sebagai pegiat literasi digital politik belum dengar baca kata, lema ‘koasi’. Ikatan semu antar kawanan sekoalisi. Perjuangan kebutuhan individu anggota kawanan, terlebih di periode pertama, sarat kalkulasi politik Rp. Kalkulasi politik récéhan sudah membuktikan bahwa asas “notonegoro” tak berlaku untuk menerawang syarat utama bakal calon presiden dan/atau wakil presiden.

Seperti sebagaimana kata ahlinya, yang dikenal sebagai pemegang kedaulatan dalam sistem kekuasaan bernegara ada Tuhan (theos), Raja (monarch), Hukum (nomos), atau Rakyat (demos). Konsep yang menganggap Tuhan sebagai pemegang kedaulatan atau kekuasaan tertinggi disebut teokrasi. Konsep kedaulatan atau kekuasaan tertinggi oleh hukum disebut nomokrasi. Terakhir, konsep kedaulatan di tangan rakyat disebut demokrasi.

Praktik atau yang terjadi di lapangan bahkan istana, yaitu kedaulatan adalah kekuasaan menjalankan negara dan berada di tangan penguasa. Rakyat sudah melimpahkan hak kedaulatan ke tangan wakil rakyat, wakil daerah, kepala daerah, kepala negara meliwati pola pemilihan langsung.

Kendati rakyat tapak tanah berpengalaman memilih atau menggunakan hak pilih di hari-H pesta demokrasi, tetap tak akan bisa menebak bagaimana modus pilihannya. Apakah sesuai harapan berdasarkan janji kampanye. Atau malah akhirnya mengusap dada dan tepuk jidat. [HaéN]

asma dan mata sama-sama masih berat

asma dan mata sama-sama masih berat

44 menit jelang azan subuh, terbangun. Agak kaget. Bukan waktu masih lama. Niatan sahur puasa Senin. Bertepatan 27 Rajab 1443H Isra Mi’raj nabi Muhammad SAW. Menu sahur, rendaman biskuit+oatmeal utuh. Mempercepat kunyahan. Tutup dengan secangkir hangat kopi 3 merek plus susu 2 merek.

Pengalaman, usai perut diisi, apalagi minum hangat, seperti mendesak isi perut. Urusan beres jika BAB tuntas. Pagi tadi, usai dua rokaat pertama tahajud, langsung buas gas besar. Ledakan. Mau tidak mau, ke km/wc. Meringankan tubuh seringan-ringannya. Lanjut ke masjid 7 menit jalan cepat. Tuntaskan witir.

Jamaah itikaf dan sholat malam di masjid sambut Isra Mi’raj, beberapa lanjut subuhan. Shaf terdepan langganan, tidak lengang. Sesampai di rumah terasa tidak telalu lama di masjid. Suasana tanggal merah kedua. Niat buka laptop, urung. Sudah terbersit  dua tema. Malah judul ini mendadak muncul. Lewat beberapa waktu  rebahan pemulihan diri nafas dan mata. Jadilah, pasca dzuhur tayang. [HaéN]

Minggu, 27 Februari 2022

ora perlu ngétok, sing pokok isih kuat nggetok

ora perlu ngétok, sing pokok isih kuat nggetok

 Sebutan ‘getok tular’, dari mulut ke mulut atau moda angkutan lain, informasi terdistribusikan sampai ke telinga yang berhak. Hambatan teknis menyebabkan reduksi fakta, tidak masalah. Zaman TIK mampu salip  kecerdasan  penggunanya. Berlaku hukum propaganda. Berita miring resmi dari corong pelantang penguasa, akhirya dianggap lurus plus. Diluruskan malah patah berantakan. 

Lebih dua tahun silam, date modified 2/5/2020 5:50 AM, di personal laptop tersimpan judul “koalisi pantat dandang nusantara, gedhé rumongso vs cilikan atén“.Sejarah merupakan fungsi waktu, berdasarkan sistem kolaborasi pasti antara bumi-matahari-rembulan. Rotasi, trayek dan jalur edar matahari, menimbulkan paham bahwa selalu akan terjadi perulangan sejarah. Periwayatan agama pun juga menampilkan berita masa lampau maupun masa depan sebagai pelajaran. [HaéN]

fisik loyal dukung terapi bugar diri

 fisik loyal dukung terapi bugar diri

 Bakda dzuhur, cuaca mendung berangin. Modal linggis, cangkul, garu dan mangkok. Gali tanah urug di ruang terbuka pojok kiri, halaman depan. Belum setahun usia urugan, yakin sudah padat alami. Tampungan cucuran air hujan dari 4  (empat) atap rumah. Kedalaman sesuai tebal urugan, pakai kiat khusus.

Singkat hikayat. Ritual awal sampai sinyal fisik bunyi, habiskan waktu 50 menit. Kinerja pelopor besok lanjut memperdalam. Volume jogangan asal bisa tampung sampah dapur beberapa bulan. Tikus terprovokasi.

Sesi berikutnya. Agenda bebas. Ingat hari ini  belum push up. Rentang waktu antar push up, berkisar  24  jam. Kemarin push up siang hari di lapangan. Yakin diri tinggal atur nafas, jalan santai ke lapangan sambil  meregangkan otot jari tangan. Paksakan diri. Alat kelengkapan anggota badan terbiasa kontribusi aktif. Jangan abaikan. Terbukti walau hanya sanggup penuhi kuota 75%. Tidak masalah. Nafas belum memburu, posisi masih gigi 2. [HaéN]

oportunis panas adem, ndremis vs ngemis

oportunis panas adem, ndremis vs ngemis

 Suasana keharuan politik nusantara beririsan, berbauran dengan invasi virus vs investasi vaksin. Efek intervensi tirani minoritas di semua lini bermasyarakat, berbangsa, bernegara. Pandemi utawa panas ngademi ikut terbawa arus pendek. Tangkringan plus tongkrongan oknum ketum, spesialis némpél penguasa, mèjèng numpang bekèn, nongol nanging aja nonjol.

Nyaris 4 (empat) tahun silam. Tepat catat date modified 4/28/2018 9:44PM. Judul “méntal loyalis, durung ditakoni wis ngarani”. 

Modal minimal tapi ingin raihan, rayahan, tadahan maksimal. Bisa terjadi. Modal abab, waton sulaya bisa sukses. Blantik, makelar, pialang politik atau sebutan lainnya, akhirnya menjadi berkelas dalam bentuk politik transaksional. Praktik demokrasi di NKRI adalah siapa yang suara terbanyak, itulah si juara umum. Ditarik mundur, ternyata ada rekayasa perolehan suara, manipulasi penggelembungan hitungan. Atau aksi bandar, investor politik yang menentukan skore. Skenario berlapis. [HaéN]