wis uzur malah sangsaya demen gawé udur
Waktu adalah kehidupan. Rumus ekonomi harian pas:cukup:kurang memacu memicu manusia berperhitungan. Kreatif untuk urusan yang tidak-tidak. Sensitif plus responsif terhadap agresi baca plus tuiis. Kemasan literasi digital mampu mengkonstitusionalkan ujaran kebencian.
Tidak pakai rumus mentalan: “aku mengko dadi opo?”. “0o, kowé pèngin dadi menko . . . “. Serba kasihan. Itulah politik negara republik monarki. Semangkin lama, semangkin tinggi manusia politik sibuk menentukan nasibnya, maka akan berbanding lurus dengan pertambahan daya pikun politiknya.
PR besar bangsa, adalah membiarkan generasi cepat terdegradasi. Tergelincir dan terjerat oleh lidah sendiri. Terperosok oleh galian tangan sendiri dengan tulisan yang menistakan diri sendiri. Sesuai judul. Semakin sisa waktu menyusut surut. Semakin berlomba membuat kesempatan dan peluang final di jalan-Nya. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar