Halaman

Jumat, 18 Februari 2022

mutilasi wawasan kerakyatan vs déprésiasi nasionalisme kebangsaan

 mutilasi wawasan kerakyatan vs déprésiasi nasionalisme kebangsaan

Tidak pakai lama waktu. Tepatnya 12/17/2021 9:13PM tersimpan di personal laptop judul “celah dalil tewasbang, menyalahkan pihak lain yang berbuat benar”. Manusia bukannya secara sengaja mau menampakkan wataknya. Pola hidup terbetuk oleh asas menyalahkan keadaan. Cerdas diri merasa hidupnya diatur oleh waktu. Waktu adalah kehidupan. Semakin cakap mendaur ulang kesalahan harian, makin merasa telah berlaku lurus-lurus saja. Kena semprit pinalti atau dapat kartu kuning, dianggap konsekuensi logis.

4 (empat) tahun silam, tepatnya 2/18/2018 8:59PM tersimpan di personal laptop judul “musuh rakyat vs sahabat pejabat”. “Musuh negara” adalah pihak orang dalam, konco dw, lingkar pertama, relawan, partisan, simpatisan, bolo dupak, loyalis total jenderal yang merongrong wibawa negara. Soal tindak ulah orang luar, bagian dari konspirasi, skenario dari investor politik negara lain, hanya dianggap rekanan. Tidak masuk pasal menghina kepala negara.

Timbal balik pemerintah atau penguasa ke rakyat, adalah rakyat mendapat stigma permanent underclass, uneducated people, bernasib kurang beruntung. Ritual demokrasi hanya menghasilkan kedaulatan ada di tangan penguasa, pemenang pesta demokrasi. Semakin jauh dari rakyat, Pancasila mengalami degradasi secara sistematis, berkelanjutan. Semakin meninggalkan rakyat di landasan, Pancasila akan mrotoli, mrètèli, mrutuli, mritili. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar