Halaman

Kamis, 17 Februari 2022

semut dapur, pura-pura mati vs nyawa rangkap

 semut dapur, pura-pura mati vs nyawa rangkap

 Pepatah “ada gula ada semut”. Tidak berlaku bagi semua jenis semut. Tidak semua gula atau yang manis disukai semut. Ambil sampel di dapur rumah tangga. Rontokan nyamikan, sisa makanan di piring,  sampah masakan bahkan air putih  di gelas. Sudah ada penggemar masing-masing.

Semut besar dan semut kecil, dengan tenang beroperasi di lokasi saya racik minuman. Tidak  pakai antrian maupun rute angkutan. Disruput di tempat ramai-ramai. Punya selera. Kopi 2 jenis dioplos di satu wadah. Susu 2 merek dioplos disimpan di stoples kaca.

Pembagian rezeki. Yang menetes dari sendok adukan. Menjadi jatah semut ukuran besar. Semut kecil ahli panjat, mengerubungi sendok.  Ikut protokol kebugaran, hindari penggunaan gula. Susu bubuk punya kandungan rasa manis buatan. Semut suka atau sadar diri kalau ketipu. Kebanyakan pengantar.

Kerumunan semut sibuk rebutan tetesan kopi-susu saya tutup dengan tutup gelas. Bagi habis  tanpa sisa. Terkadang lupa angkat tutup telas. Semut terpaksa puasa sesuai jadwal.  Tutup gelas kuangkat.  Langsung ada yang ngibrit, tinggal gelanggang colong playu. Sisanya dalam posisi dan pose bak bangkai. Acap terjadi dengan kasus serupa. Biarkan beberapa lama. Merasa aman. Diam-diam bangkit. Tanpa kode  langsung  hengkang. Masih simpan energi oplosan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar