Minimalisasi Efek Dan
Dampak Mudharat Dari Ibadah Kita
Manusia wajib berusaha, perkara hasil menjadi hak prerogratif Allah.
Manusia merencanakan masa depan dan perjalanan hidupnya sesuai perjalanan
waktu. Sasaran yang ingin diraih, target yang ingin dicapai, harapan yang ingin
diperoleh, kondisi yang ingin diwujudkan,
ada yang terukur (biasanya di bidang pendidikan, bekerja, berkeluarga) atau
sesuai perkembangan, tuntutan dan tantangan zaman. Kata-kata bijak Bung Karno :
"Gantungkan cita-citamu setinggi langit!
Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara
bintang-bintang.", artinya,
betapa proses hidup adalah fungsi cita-cita.
Saat melakoni hidup, untuk urusan dunia maupun urusan akhirat, di atas
kertas kita sudah mempertimbangkan berbagai kemungkinan. Teori yang akan kita
pakai dan terapkan sudah teruji oleh orang lain. Bahkan ilmu yang mendasari
tindakan kita, masuk bilangan ilmu mutakhir. Namun, kita sebagai manusia
tempatnya lupa, lalai, alpa, bahkan khilaf. Kita tak punya ilmu mengevaluasi
diri sejak dini. Bahkan deretan gelar akademis, di depan/di belakang nama, bisa
lebih panjang dari nama kita, tidak ada jaminan kita bisa melakukan “ngilo
githoke dhewe” (bahasa Jawa, arti harafiah : bercermin pada tengkuk
sendiri). Ungkapan ini mengajarkan agar setiap orang mau mawas diri, tepatnya
mau mengevaluasi diri sejak dini.
Secara matematis manusia
tidak bisa mengkalkulasi apa saja perolehan hari ini, apakah raihan sesuai
rencana, apakah kualitas hidup hari ini lebih baik daripada hari kemarin.
Secara manusiawi, bahkan tidak menyadari apakah segala tindakan dan ucapannya
malah menambah argo dosa atau di sisi keyakinan apakah gerakan ritualnya
bisa-bisa bisa menggerogoti saldo amal.
Kita sebagai hamba Allah, saat-saat sibuk urusan
dunia, sesekali tentu dalam hati ingin melihat ke belakang, khususnya pada apa
saja yang telah kita lakukan. Rasulullah SAW bersabda :
“Orang yang
beruntung adalah orang yang menghisab dirinya serta beramal untuk kehidupan
setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa
nafsu serta berangan-angan terhadap Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR
Turmudzi).
Hadits
di atas menyiratkan urgensi muhasabah (evaluasi diri) dalam menjalani kehidupan
di dunia ini. Hidup di dunia merupakan rangkaian dari sebuah skenario besar
seorang hamba, dalam menggapai Ridho dan Rahmat-Nya. Dalam menjalankan skenario
besar tersebut, seseorang tentunya harus memiliki visi (ghayah),
perencanaan (ahdaf), strategi (takhtith), pelaksanaan (tatbiq)
dan evaluasi (muhasabah). Hal terakhir sebagai fokus utama yang
dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadits ini. Bahkan dengan jelas, Rasulullah
mengaitkan evaluasi dengan kesuksesan, sedangkan kegagalan dengan mengikuti
hawa nafsu dan banyak angan.
Diperlukan
ilmu, metoda dan adab dalam menghisab diri. Kita tidak perlu menunggu waktu
baik, bulan baik untuk evaluasi diri, atau setelah ada kejadian yang tidak
sesuai harapan, mengalami peristiwa yang tidak diinginkan, kenyataan hidup
berkata lain, baru sadar. Hubungan kerja, interaksi sosial, reaksi lingkungan,
sampai tahapan persaingan bebas bisa menjadi sarana untuk evaluasi diri.
Untuk urusan dunia, fiman Allah yang berlaku sepanjang zaman, diabadikan dalam Al-Qur’an [QS Huud (11) : 15] : “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan
dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan
mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.”
Jadi, bukan salah bunda mengandung, jika
sampai sekarang masih ada manusia bekerja untuk meraih kenikmatan duniawi,
merasakan surga dunia. Banyak jalan dan cara untuk mewujudkan cita-cita dan
ambisi pribadi. Keberhasilan hidup diukur dari perolehan duniawi. Sukses dunia
didaulat sebagai hasil kerja kerasnya.
Uraian di atas, bukan berarti kita punya
cita-cita relijius. Ibadah rutin harian sampai ibadah sekali selama seumur
hidup, kita lakukan secara total. Menghadapi puasa Ramadhan, kita sibuk
mempersiapkan diri. Terlebih untuk menyambut akhir Ramadahan atau 1 Syawal.
Sebagai mustahik, menabung setahun, saatnya untuk berqurban seekor kambing.
Menabung, seumur-umur agar bisa memenuhi panggilan Allah dan sebagai tamu-Nya.
Sebagai orang tua menyiapkan anaknya sebagai ahli masjid. Menjadikan rumah
tinggal sebagai sekolah dan madrasah pertama dan utama.
Sejauh yang kita lakukan, yang kita
kerjakan, sejauh langkah kita, nampaknya situasi aman-aman saja, jalan lurus-lurus saja, suasana
adem-ayem, tidak ada masalah yang timbul. Kita terjebak, terkecoh oleh
lingkungan. Kita tak merasa telah memasuki daerah abu-abu atau memasuki perkara
syubhat. Atau kita tak sadar telah menyalahgunakan, telah
memplesetkan makna hadits, sabda
Rasulullah : ”wa antum a’lamu bi amri dunyakum,“ (“dan kamu
sekalian lebih mengetahui urusan-urusan duniamu” (HR Muslim). Untuk urusan
dunia kita berlakukan pasal bebas aktif, pasal hantam kromo, pasal babat habis,
pasal kuras tuntas.
Kisah Fir’aun (Fir'aun adalah
gelar bagi raja-raja Mesir purbakala. Menurut sejarah, Fir'aun di masa Nabi
Musa a.s. ialah Menephthah (1232-1224 S.M.) anak dari Ramses) yang diabadikan
dalam Al-Qur’an, menyuratkan sekaligus menyiratkan bahwa Fir’aun sebagai raja
bukannya tanpa prestasi bagi bangsanya saat itu. Bahkan kinerja Fir’aun masuk
bursa sejarah peradaban dunia.
Kisah Fir’aun menambah wawasan kita bahwa iman dan perbuatan baik atau buruk seseorang
tidak tergantung kepada iman dan perbuatan orang lain, walaupun dalam ikatan suami-isteri,
seperti isteri Fir’aun. Di kondisi lain, Allah berjanji kepada orang mukmin, tersurat di [QS At Taubah (9) : 71] : “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain.” Artinya, dalam urusan akhirat, lelaki dan perempuan mempunyai
kedudukan, peran, wewenang dan tanggung jawab yang setara.
Ibadah yang kita tegakkan, tanpa ilmu
agama, setelah sekian tahun, sekian periode, atau setelah kita tiada, bisa-bisa
meninggalkan efek dan dampak mudharat (mudharat sekecil apa pun). Mudharat bagi
diri sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan atau bahkan bisa bagi sistem.
[HaeN]