Halaman

Minggu, 30 November 2014

"BOM" BULELENG, BANK BNI, BAHOROK, ...

Beranda » Berita » Opini
Selasa, 11/11/2003 15:57

"BOM" BULELENG, BANK BNI, BAHOROK, .....

Berkah puasa Ramadhan masih membara walau di sana-sini sudah menyurut orang berebut. "Perut boleh kosong, asal kantong jangan melompong", begitu kira-kira kiat Bung Amien Rais pada kesempatan berikutnya menjelang Pemilu 2004.

Pertama, "bom" Buleleng berbasis arogansi politik semasa Orde Baru meledak di daerah yang santun. Dua parpol raksasa penguasa negara unjuk kuasa tanpa perlu kampanye siapa akan mengalahkan siapa. Korban tak kuasa dielakkan oleh aparat keamanan.

Kedua, "bom" Bahorok berbasis kepentingan politik tertentu menelan korban jiwa rakyat jelata dan turis mancanegara. Saling menyalahkan di tingkat pusat / departemen. Tinggal siapa akan menelan siapa. Alam akan mengeroyok kita dari penjuru yang tak terduga.

Ketiga, "bom" Bank BNI berbasis keserakahan politik melibatkan capres dari partai yang sudah bertabiat menghalalkan segala upaya dan cara mengeruk dana untuk keluar sebagai pemenang dalam Pemilu 2004. Tim Penyidik jelas akan mengalami kesulitan sebelum bertindak. Tinggal pasal mana yang bisa dibunyikan. Apa perlu campur tangan asing dari yang biasanya membawa pesan. (hn)


1 TAHUN BOM LEGIAN

Beranda » Berita » Opini
Senin, 13/10/2003 07:39

1 TAHUN BOM LEGIAN

Setiap penjahat yang berhasil melakukan aksinya, dipastikan akan mengulangi dengan sasaran korban yang sama. Bahkan setelah melakukan aksinya akan segera kembali memastikan kondisi korbannya dan kondisi keberhasilannya. Jangan heran jika sebuah rumah tinggal didatangi "tamu tak diundang" lebih dari sekali, dengan pelaku yang sama atau dari kelompok yang sama.

Analog dengan bom Legian, munculnya perdana menteri Australia dalam peringatan satu tahun tragedi rekayasa tingkat tinggi sebenarnya hanya untuk memastikan bagaimana nasib "korban" rekayasa bomnya. Ingin memastikan apakah hasil rekayasanya mencapai target dan sasaran sesuai skenarionya. Hanya lebih elegan, dengan menaburkan bantuan. Perkara mengorbankan warganya sebanyak 80 orang hanya soal kecil. Tak lebih tak kurang.

Memang, dalam menghadapi mental bangsa buangan kita harus tegas dan waspada. Sekali maling tetap maling ! (hn)


PANGGILAN TUGAS vs TUGAS PANGGILAN

PANGGILAN TUGAS vs TUGAS PANGGILAN

Sisi lain dari bentuk dasar kasih sayang adalah sidah patut disayangkan dan sudah latak dikasihani, itulah bang bung AT. Celaka, ybs merasa telah berbuat banyak, minimal banyak merasa telah berbuat. Melaksanakan tugas karena kewajiban, beda karena kebajikan. Orang besar bukan karena pamer jasa atau melakukan sesuatu sekedar menggugurkan kewajiban.

Pejuang karena bekerja melebihi panggilan tugas, bukan sekedar melaksanakan amanah tugas pangilan. kalau tidak dipangil, atau tepatnya memanfaatkan momentum untuk berbuat karena mengandung nilai promosi. Jadi, orang yang merugi adalah orang yang mengandalkan hari kemarin. Hidup dalam bayang-bayangannya sendiri.


Jangan-jangan, antara yang ditakutkan dan diharapkan sama besarnya. Berkutat dalam angan-angan memang memabukkan. Karena sudah mabuk kepalang tangung, jangan surut larut dalam kemelut. Pilkada Jabar-1 dan Jabar-2 bisa disimpulkan (hn). 14 April 2008

KOBARKAN SEMANGAT AA GYM (Asal Aku atau Gue Yang Menang) !!!

Beranda » Berita » Opini
Selasa, 28/01/2003 07:14

KOBARKAN SEMANGAT AA GYM !!!

Rasa nasionalisme bangsa dan rakyat Indonesia sudah mulai berkarat maka perlu diupayakan daya untuk mengerem proses tersebut. Bukan hal yang mudah. Mengingat proses berkarat ini dipercepat dengan kiat para penguasa negara - atau partai politik yang sedang berkuasa - yang dengan jelas, ikhlas dan tanpa was-was lebih mengedepankan kepentingan kroni-kroninya daripada kepentingan tanah air.

Sedangkan hati nurani rakyat semangkin mengendap dalam kegelapan mata dan pikir para penguasa negara. Dengan dalih dan alasan untuk menyemarakan Pemilu 2004 mereka berlomba saling curi start untuk melaju. Segala cara dan upaya dihalalkan luar dalam, yang penting Asal Aku atau Gue Yang Menang (Aa Gym).

Dengan semangat Aa Gym ini banyak orang berminat dan bersemangat jadi RI-1. Entah apa modalnya. Ketika mereka mencermati perkembangan Iptek dan Imtaq bahwa IQ bukan jaminan mutu dan andalan baku untuk maju, maka banyak orang "tak berilmu" tetapi yakin "berakal" merasa wajib tampil ke muka.

Toh selama ini gelar kesarjanaan bisa dibarter dengan uang, tinggal pilih sesuai selera dan dompet. Gelar bisa berderet di depan atau di belakang nama ybs. Atau bisa dibaptis untuk menyandang gelar Prof. DR utawa Profesi Dunia Rokhani, yang bebas melakukan pemurtadan politis secara sistematis. Bersambung. (hn)


IRAK PASCA INVASI AS DAN NKRI PASCA PEMILU 2004

Beranda » Berita » Opini
Selasa, 15/04/2003 07:46

KOBARKAN SEMANGAT "AA GYM" :
IRAK PASCA INVASI AS DAN NKRI PASCA PEMILU 2004

20 Maret 2003 sampai dengan 9 April 2003 telah terjadi sejarah pemusnahan peradaban bangsa dan manusia di Irak oleh pasukan koalisi di bawah pimpinan AS. Peristiwa ini babak awal dari skenario menguasai dunia oleh bangsa atau kelompok manusia yang merasa paling unggul. Unggul dalam pemikiran, unggul dalam teknologi ruang angkasa dan senjata pemusnah massal, unggul dalam teologi, dan yang tak kalah serunya adalah unggul dalam melobi iblis.

Penjarahan daripada atau sebelum dijajah berlaku di Irak. Mengingatkan kita pada hari-hari menjelang lengser keprabonnya Soeharto. Masalahnya, selama ini pemerintah kita tidak merasa trenyuh atau tergerak hatinya untuk "siapa membela siapa". Selama pemerintahan Orde Baru kita merasakan :

Adanya rasa alergi terhadap gerakan yang berlatar belakang agama;
Adanya rasa antipati terhadap kegiatan yang bernafaskan agama;
Adanya rasa sinisme terhadap usaha yang berlandaskan agama;
Adanya rasa waswas terhadap upaya yang mengacu pada agama;
Adanya rasa curiga terhadap persatuan yang mengatasnamakan agama;
Adanya rasa sentimen terhadap aksi sosial yang berpangkal tolak dari agama;
Adanya rasa apriori terhadap pemikiran yang mengetengahkan masalah agama - khususnya agama Islam.

Sehingga yang namanya Islam, agama islam dan ummat Islam sering terpojokkan. Kondisi ini yang berlanjut di era Reformasi klimaksnya dengan terjadinya Tragedi Rekayasa Bom Bali, 12 Oktober 2002, yang semakin menyudutkan eksistensi Islam di negara yang mayoritas Islam ini.

Jadi dengan pengalaman tanding dalam negerinya atau di kandang sendiri ini maka pemerintah kita dipastikan tak akan terusik nuraninya, karena pernah mengalami hal yang mirip tapi tak serupa. Terlebih Menlu RI mengatakan bahwa RI tetap mengakui Saddam Hussein sebagai presiden Irak. Apa hubungannya dengan pasa Pemilu 2004? Apakah akan ada rebutan balung !!! Bukannya "mengumpulkan balung pisah". (hn)


Gagap Politik

Beranda » Berita » Opini
Jumat, 19/09/2003 06:56
GAGAP POLITIK


Menghadapi Pemilu 2004 banyak politisi kambuhan maupun politikus tiban menjadi gagap politik. Jurus-jurus yang diceploskan menunjukkan isi perut , menggambarkan kadar otak dan menyiratkan kantong bolong. Bahasa yang dipakai adalah bahasa orang sekarat, tinggal menunggu tanggal main untuk kegusur dan kegeser. Bukan bahasa hati nurani, apalagi hati nurani rakyat. (hn)

Sabtu, 29 November 2014

MAIN KAYU vs MAIN MATA

Beranda » Berita » Opini
Senin, 16/07/2007 03:52

MAIN KAYU vs MAIN MATA

Kata anak kemarin sore utawa anak bau kencur, rajin pangkal pandai. Kalau sudah pandai orang harus pandai-pandai. Pandai-pandai artinya harus bisa membedakan mana sekutu, mana seteru. Bisa memilah antara kawan dan lawan. Belum cukup. Siang jadi kawan, malam jadi lawan. Belum juga cukup. Harus meilih di antara dua pilihan bak memakan buah simalakama.

Akhirnya, kata orang bijak, kita harus bisa main kayu dan atau main mata. Tergantung situasi dan kondisinya. Istilah pariwara, ambil yang paling murah dan menguntungkan utawa tolak yang mahal dan merugikan. Ikhwal ini merupakan cikal bakal untuk berpolitik. Manusia NKRI mendirikan partai politik, plarformnya sangat sederhana, main kayu dan atau main mata. (hn)


riwayat mudari

Beranda » Berita » Opini
Senin, 06/08/2007 08:31
riwayat mudari

entah siapa yang memulai dan merilis lagu berisikan riwayat muin, riwayat mukini, riwayat mudulu, atau riwayat mudari. ojo-ojo naskah, sekali lagi baca naskah, naskah super semar 1966 tersimpan rapi di museum beijing. utawa pelaku sejarahnya mengantongi dengan aman dan damai sampai akhir riwayat (hn).

Jumat, 28 November 2014

Golkar vs Partai Golkar

Beranda » Berita » Opini
Jumat, 20/08/2004 08:34

Golkar vs Partai Golkar

Ketika Korpri “menyatakan sikap” untuk dikotakkan dalam kubu Golkar maka untuk menyatakan kesetiaannya hari pencoblosan pada setiap pemilu di era Orba bukan hari libur. Mereka digiring ke TPS sekitar kantor. Bagi yang coba-coba tidak merangkul Pohon Beringin – jauh hari – sudah ketahuan. Dukungan birokrasi cukup meyakinkan. Walhasil, selain menjadi single mayority Golkar menjadi mesin politik penguasa Orba.

Artinya produk unggul Golkar hanya mentok di level pembantu presiden. Tidak ada yang bisa menembus level RI-1. Falsafahnya cukup sederhana, walau tak bisa jadi RI-1 yang penting bisa jadi dalang atau biang dalang yang bisa main di sembarang tempat, di segala waktu, di setiap urusan. Karakter Golkar tadi berlanjut di era Reformasi. Hanya ganti baju menjadi Partai Golongan Karya (PKG). Pada pemilu 1999 PKG termasuk yang bisa banting stir. Jelang Pemilu 2004, khususnya menghadapai Pilpres 5 Juli 2004 konvensi PKG digelar. Hasilnya cukup manusaiwi, Wiranto terpilih.

Orang boleh bertanya mana kader PKG yang sudah karatan koq tidak bisa muncul. Celakanya, capres dari Partai Demokrat adalah wong PKG. Lengkaplah kecelakaan PKG ketika Wiranto + Gus Solah tidak bisa menembus dan masuk ke putaran kedua. Ingat-ingat, memang sebegitu produk unggulan PKG. Disinyalir terdapat kesenjangan kader setelah Bung AT. Bisa dikatakan Bung AT sebagai pemain tunggal di tubuh PKG. Level belakangnya masih belum all out. Masih menimbang untung rugi, masih mengkalkulasi “angka keberuntungan”, masih pilah-pilih. Bahkan kader Golkar selain jadi kutu loncat tak iba untuk menyempalkan diri.


Daripada antri lebih baik buat barisan sendiri. 48 parpol memeriahkan Pemilu 1999 dan menyusut setengahnya di Pemilu 1999. Kondisi ini malah memperpanjang barisan sakit hati. Banyak mantan capres, caleg dan calon apa saja gentayangan di rimba tak bertuan. Koalisi Kebangsaan menunjukkan bahwa PKG mempunyai skenario bawah tanah. Perhitungan di atas kertas yang dipakai adalah asal bankai borok tak diobok-obok atau masih merasa ada senjata andalan berdasarkan KKN yang siap diledakkan jika situasi tak menguntungkan. Begitulah politik. Apa boleh buat. Bahkan bisa lebih ganas dibanding judi. Nasib bangsa dipertaruhkan, masa depan bangsa digadaikan. Akhirnya kita diperbudak oleh politik. (hn)

PARTAI POLITIK ISLAM DAN ....

Senin, 21/04/2003 09:52
KOBARKAN SEMANGAT "AA GYM" : PARTAI POLITIK ISLAM DAN ....

PARTAI POLITIK ISLAM DAN TEORI BELAH DIRI

Jika Irak diibaratkan bangkai raksasa yang diperebutkan para burung pemakan bangkai sebagai hal yang wajar. "Dapat diperkirakan bahwa kamu akan diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang yang berebut melahap isi mangkok," kata Rasulullah SAW. Para Sahabat bertanya,"Apakah saat itu jumlah kami sedikit, ya Rasulullah?" beliau menjawab,"Tidak, bahkan saat itu jumlah kalian banyak sekali, tetapi seperti buih dan kalian ditimpa penyakit wahn." Mereka bertanya lagi,"Apa itu penyakit wahn, ya Rasulullah?" Beliau menjawab ,"Kecintaan yang sangat kepada dunia dan takut mati." (HR Abu Dawud). (dikutip dari Hikmah, Republika - Rabu, 16 April 2003).

Kondisi di atas disadari betul oleh para politikus Islam. Mengacu pada ajaran ADAB MAKAN yang disebutkan bahwa "berhentilah makan sebelum kenyang" yang kemudian dijadikan pegangan politikus berbasis Islam. Jangankan kenyang, makan pun belum pernah!!! Di zaman Orde Baru, hanya sedikit partai politik Islam yang berkesempatan makan. Beberapa dekade terakhir Orde Baru partai politik tinggal satu yaitu Partai Persatuan Pembangunan utawa PPP. Bayangkan, dalam tubuh PPP banyak orang antri untuk "makan"!!! Barisan orang antri ini mungkin sampai tingkat RT. Setiap menjelang pesta demokrasi semakin banyak orang yang jantungan tidak karuan. Selangkah demi selangkah, antrian semakin panjang. Barisan depat merapatkan antrian, bisik-bisik mikirkan untung rugi. Barisan belakang saling sodok-menyodok dalam lingkaran, saling sikut-menyikut dalam rangkulan, saling jegal-menjegal dalam himpitan, saling cakar-mencakar dalam ikatan.

Memasuki era Reformasi, banyak orang keluar dari barisan. Daripada antri tetapi kapiran lebih baik membuat barisan sendiri. Merasa punya pengikut, merasa punya akal maka banyak oknum yang mendirikan partai politik Islam. Sampai teganya oknum untuk menyempalkan diri dari partai politiknya, untuk mendirikan tandingan. Nama dan lambang parpol boleh mirip, tapi urusan dunia jelas sekali tak ada bedanya. Sama-sama bernafsu jadi orang nomer satu. Dalil dan faham yang dianut cukup sederhana , yaitu : Tampuk kekuasaan Tumpuk kekayaan Tampik kebenaran

Akhirnya penyakit wahn - yang jelas lebih dahsyat daripada penyakit SARS, ternyata tidak bikin merinding para tokoh Islam untuk tetap berparpol ria. Terlebih untuk memenangkan Pemilu 2004 segala upaya pasti akan dicoba. Demi duniawi, membelah diri dari partainya agar tak dicap sebagai parasit atau lebih mulia kalau membuat tandingan. Membelah diri agar jumlah bertambah secara biologis sah-sah saja, tetapi kalau dalam jumlah tetap berarti sebagai bunuh diri. Membunuh ukhuwah, merenggangkan persaudaraan, menganaktirikan persatuan, mengesampingkan kebersamaan, membelah pertemanan. Susah juga untuk sadar diri, karena tolok ukur dan kriterianya adalah kekuasaan. Memangnya kalau tidak kaya dan kenyang tidak bisa beribadah. Memangnya kaya dan kenyang dengan urusan duniawi akan memperlancar urusan akhirat. (hn)


Makan Singkong Sambil Mikir Negara

Makan Singkong Sambil Mikir Negara
oleh : Herwin Nur

Ketika uang recehan seratus rupiah bisa ditukar sebuah gorengan, maka saat rapat birokrasi yang mengundang unsur bukan plat merah, di piring tersaji aneka ragam gorengan. Singkong goreng menjadi favorit, karena lunak, tanpa lemak,  dan mengenyangkan. Jika rapat berakhir siang hari, menu makan siang adalah pesan dari rumah makan Padang. Peserta rapat bisa pesan sesuai selera, lauk bisa dua. Kondisi zaman tersebut masih kondusif untuk hidup sederhana. Ruang rapat, peralatan rapat masih tergolong sederhana atau apa adanya. Jangan dikira peserta rapat berkeringat karena peras otak, adu pendapat, silat lidah, berpeluh karena ruangan melebihi kapisitas.

Ketika gorengan tergerus revolusi mental, abang tukang jual gorengan menyiasati dengan menyajikan singkong goreng dalam bentuk potongan kecil memanjang. Roti sumbu tersaji dengan kemasan berbeda, atraktif dan harga terjangkau, dijual tidak per butir. Mulut peserta rapat sibuk, antara sibuk sumbang suara dengan sibuk kunyah singkong goreng. Piring penuh onggokan singkong goreng ludes sebelum rapat menghasilkan kesimpulan. Asupan gizi singkong menjadkan daya pikir peserta rapat mengalami penghematan. Semula diharapkan memberikan masukan yang fungsional, dapat dilaksanakan, tepat guna, tepat saran, serta sesuai asas manfaat. Walhasil, memang rapat berlangsung sesuai agenda. Namun risalah rapat membuat PR baru. Jangan-jangan, rapat diulang 2-3 kali baru berhasil sesuai rencana dan harapan.

Ketika pengawet, perasa, pewarna menjadi campuran jajanan pasar yang menimbulkan korban atau berdampak secara sistemik, masif dan berkelanjutan, abang tukang jual gorengan tak kehilangan akal. Rasa renyah gorengan didapat dengan metode sederhana. Saat menuang minyak goreng curah ke wajan yang sedang dipakai menggoreng, plastik kemasan ikut digoreng. Trik ini menjadikan gorengan renyah dikunyah dan kriuk digigit. Jangan disalahkan kalau wong cilik meniru kelakukan wong gede. Jangan sampai peserta rapat membawa bekal sendiri atau titip dibelikan makanan pakai uang sendiri.

Ketika rapat membahas laporan jasa konsultasi, dibutuhkan enerji yang ekstra. Sajian setiap tahapan pelaporan sudah ada pakemnya, sudah ada rukunnya, sudah ada aturan main substansi apa saja yang ditulis. Konsultan selama melaksanakan tugas, wajib melakukan konsultasi dengan Tim Teknis yang dibentuk pengguna jasa. Pihak yang berkepentingan dengan hasil Konsultan, saat rapat bahas laporan, akan membantai habis-habisan kandungan laporan. Rapat tidak sekedar formalitas sesuai jadwal atau untuk mencairkan anggaran. Semangat rapat terjaga karena amunisi yang disajikan berklas, nyaris bermartabat. Panitia tinggal pesan, amunsi diantar. Peserta rapat bisa ‘isi ulang’ minuman, sesuai selera. Jadi, kalau sekedar sumbang suara, peserta rapat malu. Bahkan jadwal rapat molor, asupan gizi mengalir terus. Jangan membayangkan kalau rapat diadakan di luar kantor. Memakai ruang rapat kelas VIP, harus antri dan dibatasi waktunya. Jangan-jangan mengurus negara dengan modal singkong hasilnya kentut.

Ketika singkong menjadi hidangan wajib rapat pegawai negeri, jangan-jangan hasil rapat sudah bisa dibacakan di awal rapat. Penghematan anggaran berdampak pada penghematan kontribusi pegawai, berdampak pada penghematan kinerja institusi. Pegawai negeri mengalami revolusi mental secara total, mentalnya menjadi mental singkong !!! [HaeN]





Senin, 24 November 2014

Minimalisasi Efek Dan Dampak Mudharat Dari Ibadah Kita

Minimalisasi Efek Dan Dampak Mudharat Dari Ibadah Kita


Manusia wajib berusaha, perkara hasil menjadi hak prerogratif Allah. Manusia merencanakan masa depan dan perjalanan hidupnya sesuai perjalanan waktu. Sasaran yang ingin diraih, target yang ingin dicapai, harapan yang ingin diperoleh, kondisi yang ingin  diwujudkan, ada yang terukur (biasanya di bidang pendidikan, bekerja, berkeluarga) atau sesuai perkembangan, tuntutan dan tantangan zaman. Kata-kata bijak Bung Karno :  "Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.", artinya, betapa proses hidup adalah fungsi cita-cita.

Saat melakoni hidup, untuk urusan dunia maupun urusan akhirat, di atas kertas kita sudah mempertimbangkan berbagai kemungkinan. Teori yang akan kita pakai dan terapkan sudah teruji oleh orang lain. Bahkan ilmu yang mendasari tindakan kita, masuk bilangan ilmu mutakhir. Namun, kita sebagai manusia tempatnya lupa, lalai, alpa, bahkan khilaf. Kita tak punya ilmu mengevaluasi diri sejak dini. Bahkan deretan gelar akademis, di depan/di belakang nama, bisa lebih panjang dari nama kita, tidak ada jaminan kita bisa melakukan “ngilo githoke dhewe” (bahasa Jawa, arti harafiah : bercermin pada tengkuk sendiri). Ungkapan ini mengajarkan agar setiap orang mau mawas diri, tepatnya mau mengevaluasi diri sejak dini.

Secara matematis manusia tidak bisa mengkalkulasi apa saja perolehan hari ini, apakah raihan sesuai rencana, apakah kualitas hidup hari ini lebih baik daripada hari kemarin. Secara manusiawi, bahkan tidak menyadari apakah segala tindakan dan ucapannya malah menambah argo dosa atau di sisi keyakinan apakah gerakan ritualnya bisa-bisa bisa menggerogoti saldo amal.

Kita sebagai hamba Allah, saat-saat sibuk urusan dunia, sesekali tentu dalam hati ingin melihat ke belakang, khususnya pada apa saja yang telah kita lakukan. Rasulullah SAW bersabda :
“Orang yang beruntung adalah orang yang menghisab dirinya serta beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsu serta berangan-angan terhadap Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR Turmudzi).

Hadits di atas menyiratkan urgensi muhasabah (evaluasi diri) dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Hidup di dunia merupakan rangkaian dari sebuah skenario besar seorang hamba, dalam menggapai Ridho dan Rahmat-Nya. Dalam menjalankan skenario besar tersebut, seseorang tentunya harus memiliki visi (ghayah), perencanaan (ahdaf), strategi (takhtith), pelaksanaan (tatbiq) dan evaluasi (muhasabah). Hal terakhir sebagai fokus utama yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadits ini. Bahkan dengan jelas, Rasulullah mengaitkan evaluasi dengan kesuksesan, sedangkan kegagalan dengan mengikuti hawa nafsu dan banyak angan.

Diperlukan ilmu, metoda dan adab dalam menghisab diri. Kita tidak perlu menunggu waktu baik, bulan baik untuk evaluasi diri, atau setelah ada kejadian yang tidak sesuai harapan, mengalami peristiwa yang tidak diinginkan, kenyataan hidup berkata lain, baru sadar. Hubungan kerja, interaksi sosial, reaksi lingkungan, sampai tahapan persaingan bebas bisa menjadi sarana untuk evaluasi diri.

Untuk urusan dunia, fiman Allah yang berlaku sepanjang zaman,  diabadikan dalam Al-Qur’an [QS Huud (11) : 15] :  Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.”

Jadi, bukan salah bunda mengandung, jika sampai sekarang masih ada manusia bekerja untuk meraih kenikmatan duniawi, merasakan surga dunia. Banyak jalan dan cara untuk mewujudkan cita-cita dan ambisi pribadi. Keberhasilan hidup diukur dari perolehan duniawi. Sukses dunia didaulat sebagai hasil kerja kerasnya.

Uraian di atas, bukan berarti kita punya cita-cita relijius. Ibadah rutin harian sampai ibadah sekali selama seumur hidup, kita lakukan secara total. Menghadapi puasa Ramadhan, kita sibuk mempersiapkan diri. Terlebih untuk menyambut akhir Ramadahan atau 1 Syawal. Sebagai mustahik, menabung setahun, saatnya untuk berqurban seekor kambing. Menabung, seumur-umur agar bisa memenuhi panggilan Allah dan sebagai tamu-Nya. Sebagai orang tua menyiapkan anaknya sebagai ahli masjid. Menjadikan rumah tinggal sebagai sekolah dan madrasah pertama dan utama.

Sejauh yang kita lakukan, yang kita kerjakan, sejauh langkah kita, nampaknya situasi aman-aman saja, jalan lurus-lurus saja, suasana adem-ayem, tidak ada masalah yang timbul. Kita terjebak, terkecoh oleh lingkungan. Kita tak merasa telah memasuki daerah abu-abu atau memasuki perkara syubhat. Atau kita tak sadar telah menyalahgunakan, telah memplesetkan makna  hadits, sabda Rasulullah : ”wa antum a’lamu bi amri dunyakum,“ (“dan kamu sekalian lebih mengetahui urusan-urusan duniamu” (HR Muslim). Untuk urusan dunia kita berlakukan pasal bebas aktif, pasal hantam kromo, pasal babat habis, pasal kuras tuntas.

Kisah Fir’aun (Fir'aun adalah gelar bagi raja-raja Mesir purbakala. Menurut sejarah, Fir'aun di masa Nabi Musa a.s. ialah Menephthah (1232-1224 S.M.) anak dari Ramses) yang diabadikan dalam Al-Qur’an, menyuratkan sekaligus menyiratkan bahwa Fir’aun sebagai raja bukannya tanpa prestasi bagi bangsanya saat itu. Bahkan kinerja Fir’aun masuk bursa sejarah peradaban dunia.

Kisah Fir’aun menambah wawasan kita bahwa iman dan perbuatan baik atau buruk seseorang tidak tergantung kepada iman dan perbuatan orang lain, walaupun dalam ikatan suami-isteri, seperti isteri Fir’aun. Di kondisi lain, Allah berjanji kepada orang mukmin, tersurat di [QS At Taubah (9) : 71] : “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.” Artinya, dalam urusan akhirat, lelaki dan perempuan mempunyai kedudukan, peran, wewenang dan tanggung jawab yang setara.

Ibadah yang kita tegakkan, tanpa ilmu agama, setelah sekian tahun, sekian periode, atau setelah kita tiada, bisa-bisa meninggalkan efek dan dampak mudharat (mudharat sekecil apa pun). Mudharat bagi diri sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan atau bahkan bisa bagi sistem. [HaeN]



Super semar 1966 - 2007

Beranda » Berita » Opini
Senin, 12/03/2007 10:45
super semar 1966 - 2007


super semar 1966 - 2007 memang namanya Semar, tidak hanya sekedar kesengsem ing kamar utawa mesam-mesem ing kamar. tepatnya, semua jadi kemaruk. sebelumnya memang super = suka perempuan. entahlah? apa itu kemaruk, cari di primbon edisi terkini.(hn)

Sabtu, 22 November 2014

BUNG !!!

Beranda » Berita » Opini
Senin, 13/12/2004 11:47

BUNG !!!

Waktu semalam Bung, aku bermimpi
Jadi wakil rakyat Bung, enak sekali
Kursi kupegang erat-erat Bung, penuh ambisi

Aku terpidana Bung, karena korupsi (hn)

Zaman Atau Masyarakat Yang Berubah, Tulang Rusuk Menjadi Tulang Punggung

Zaman Atau Masyarakat  Yang Berubah, Tulang Rusuk Menjadi Tulang Punggung


Tantangan Zaman
Karena mampu mengerjakan pekerjaan lelaki yang notebene mengandalkan tenaga, fisik dan otot -  menjadi tukang becak, sopir bis, juru parkir - maka perempuan/wanita bukan makhluk yang lemah. Bahkan didaulat sebagai makhluk perkasa, seolah bisa melampaui  batas kodratinya.

Menjadi ibu rumah tangga atau memilih jalur sebagai wanita karier adalah pilihan, bukan hal yang dikotomis. Bisa menuntut ilmu dan pendidikan sampai strata tertinggi pun bukan hal yang mustahil. Kedua contoh ini bukan sekedar berlakunya emansipasi ataupun persamaan hak antar gender.

Islam telah menempatkan perempuan sebagai makhluk yang mulia dan mempunyai tugas, fungsi dan peranan menurut kodratnya. Diberikan kelebihan perempuan dari lelaki dalam perasaannya, yaitu rasa kasih sayangnya untuk menunaikan risalah keibuan.

Tugas perempuan yang pertama dan utama dan tidak ada pertentangan di dalamnya adalah mendidik generasi yang telah dipersiapkan oleh Allah swt. Bukan berati profesi dan kiprah di luar rumah diharamkan oleh Islam, karena masyarakat mengharapkan bahkan menuntut campur tangan perempuan dalam rangkaian memajukan ummat.

Kedudukan Lelaki-Perempuan
Kontribusi perempuan mulai dari urusan rumah tangga sampai urusan negara, tercatat dalam sejarah. Secara historis, perempuan Indonesia tidak masuk kategori pepatah Jawa : "swarga nunut, neroko katut" atau terjemahan bebasnya : "surga menumpang, neraka terbawa". Kiasan tentang istri yang hanya mengikuti langkah suami kemana saja, sampai ke surga dan neraka.

Allah berjanji kepada orang mukmin, tersurat dalam bagian depan [QS At Taubah (9) : 71] : “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.” Artinya, dalam urusan akhirat, lelaki dan perempuan mempunyai kedudukan yang setara.

Tulang Rusuk
Ibu Hawa sebagai perempuan pertama, diciptakan Allah bukan dari tanah, karena kodrat perempuan tidak sama dengan kodrat lelaki. Perempuan juga tidak diciptakan dari kepala lelaki (Adam), supaya tidak melebihi atau mengungguli kodrat lelaki. Perempuan juga tidak diciptakan dari kaki, supaya perempuan tidak dihinakan oleh lelaki atau dinjak-injak lelaki.

Ibu Hawa diciptakan dengan bahan baku dari tulang rusuk kiri  Adam, karena memang diciptakan berpasangan. Islam mempunyai tuntunan dalam menyikapi kodrat perempuan, sesuai sunnah Rasulullah saw : “Berwasiatlah untuk para wanita karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk dan yang paling bengkok dari bagian tulang rusuk adalah bagian atasnya. Jika engkau ingin meluruskan tulang rusuk tersebut maka engkau akan mematahkannya, dan jika engkau membiarkannya maka ia akan tetap bengkok, maka berwasiatlah untuk para wanita” (HR Al-Bukhari).

Peran sebagai ‘tulang rusuk’ bersifat dinamis, memasuki domain sebagai isteri, ibu dan anak, terlihat betapa posisi strategis perempuan sebagai isteri. Dari 19 keutamaan perempuan menurut hadits, hadits ke 14 : “Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah swt memasukkan dia ke dalam surga terlebih dahulu daripada suaminya (10.000 tahun).”

Banting tulang, peras keringat, putar otak kaum hawa untuk mencari nafkah, dari mulai sekedar membantu ekonomi keluarga sampai pada tingkatan sebagai tulang punggung, harus kita sikapi dengan arif. Ibu menjadi idola dan panutan anak, bukan hal yang tabu dan bukan seolah menyisihkan peran ayah.

Perempuan dengan kadar agama dan ilmunya, jangan sampai merasa super, atau terjebak oleh kehidupan dunia. “Wanita itu tiang negara, bila dia (wanita) baik, maka baiklah negara itu. Tetapi bila wanita itu rusak maka rusaklah negara itu.”(ahli hikmah).



-----------------------

anjing menggonggong, kafilah berlalu

ANJING MENGGONGGONG, KAFILAH BERLALU

Semakin tinggi panjat pohon, angin semakin kuat menerpa dan lihat ke bawah mudah gamang serta kalau jatuh berbahaya. Kalau akar tidak kuat, kita bisa tumbang bersama pohon. Begitu juga dengan pengemban amanah : jabatan. Semakin tinggi kursi yang diduduki, semakin banyak angin fitnah menerpa, banyak pihak lebih berambisi, merasa lebih bisa dan tidak sabar antri, berbagai kepentingan menggerogoti secara sistematis, masif dan selalu mengatasnamakan rakyat atau elemen masyarakat.

Memang, orang tergelincir karena kerikil, bukan karena batu besar. Kerikil dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau diketapelkan dengan kuat, bisa berakibat fatal. Segenggam salju menggelinding dari puncak gunung, bisa menjadi bola salju yang mengakibatkan bencana alam. Atau mengatakan sesuatu yang tidak dia lihat, ketahui, lakukan, maupun fahami. Bencana lidah lebih biadab dari fitnah.

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai kepala negara atau presiden RI memang wajib mempunyai kepekaan, kepedulian, kehirauan, dan daya tanggap terhadap aspirasi rakyat. Walau satu orang rakyat bersuara, wajib didengar. Terlebih suara yang konstruktif. Satu suara bisa menentukan keseimbangan bahkan bilangan. Gema suara bisa menimbulkan kepanikan dan daya rusak yang luar biasa. Pesan suara, dari telinga ke telinga, sampai ke pendengar terakhir atau yang dituju bisa 100% berubah. Kemajuan teknologi, menyebabkan pesan berantai liwat layanan pesan singkat (SMS), sesuai pengirim awalnya. Niatnya seperti orang yang meludah ke atas.

jika SBY tersentuh nuraninya dengan SMS fitnah, anggap saja anjing menggonggong. Semakin dilayani, malah akan menggigit (karena berhasil).   Sebagai kalifah, ajak terus kafilah berjalan, utamakan kepentingan nasional! [HaeN]. 5 Juni 2011
SIAPA MERADANG SIAP BERDENDANG



Status hukum mantan Bendaharawan Umum Partai Demokrat (PD), Muhammad Nazaruddin (MD), belum jelas. Yang jelas menjadi beban moral bagi PD, beban psikologis bagi keluarga MD, beban mental bagi yang tersangkut kasus MD.  Di pihak lain, selain ada parpol atau koalisi parpol yang diuntungkan, ternyata malah menjadi tambang emas bagi media masa. Acara siaran langsung dialog, diskusi dan debat dengan fokus bahasan sama tapi tak serupa, antar stasiun TV swasta berlomba adu pintar, silat lidah, baku kata, membangkitkan opini, bahkan nyaris melebihi sidang pengadilan (nantinya). Ahli cuap dan ucap atau host, pamer keahliannya bedah kasus MD. Banyak pakar, nara sumber isu, pemerhati dan pengamat sejarah unjuk data angka, fakta realita, informasi tanpa basa-basi diperkuat dengan analisanya. Media cetak, juga tak kehilangan akal mengekspos menjadi headline. Website lebih gesit dalam mengolah dan menayangkan kasus MD dari berbagai aspek.

Kasus MD menyebabkan PD meradang, meriang, tegang; tetapi media masa malah bebas berdendang dan tertawa riang sehingga kasus berbangsa, bernegara dan bermasyarakat seolah terlupakan. Kasus yang merugikan negara terabaikan. Berita peringatan hari besar menjadi hambar. Berbagai peristiwa luput dari liputan awak juru rekam. Prestasi anak bangsa kalah dengan siaran pariwara. Kemajuan pembangunan berbasis semangat otonomi daerah tinggal renungan. Derita orang menjadi bahan berita penyedot Rp. Parpol berlaga rakyat siaga, jangan sampai kejatuhan tangga.


Bahkan ada hadiah bagi siapa saja yang bisa memulangkan MD ke tanah air. Paranormal, cenayang, orang pintar, dukun sejauh ini belum diminta jasanya. Kalau mereka memang bisa menerawang masa depan, mestinya gampang “melihat” keberadaan MD di masa kini. [HaeN] 26 Juli 2011