Halaman

Rabu, 30 Juni 2021

600 judul semester I 2021

 600 judul semester I 2021

 Lebih daripada judul, masuk urutan ke 5700 sejak 2011. Perlu info agak rinci. Juga menjadi urutan ke 106 Juni 2021. Batas minimal ideal 2@3 judul per 24 jam. Tidak tiap bulan tembus angka 100. Benang merah antar judul atau olah katanya. Sesuai tema formal atau pas ada bisikan yang tertangkap radar hati.

 Dukungan doa sangat terasa, terutama bakda subuh di masjid. Sejak pemantapan, penetapan judul hingga kemungkinan alinea penutup berisi bahan baku judul berikut. Dua arah doa. “Ya Allah, gerakkan jiwaku untuk merangkai olah kata bermanfaat”, plus “Ya Allah, gerakkan hati pemirsa, calon pemirsa agar butuh bacaan bermutu”. Aamiin YRA.

 Kategori “kisahku” jangan sampai masuk sebutan takabur. Sekedar tendensius untuk meramu kata yang sesuai maksudan kalimat, diksi kata tata bahasa. Susun kalimat tersurat plus agenda tersirat. Berlapis dan sarat tafsir. Ini tantangan terukur. Bobot kalimat ada di kalimat lapis bawahnya, berikutnya. [HaéN]

nabrak tukulan klungsu, malah nyalahké liyan

 nabrak tukulan klungsu, malah nyalahké liyan

 Pohon perindang di pinggir jalan kota Yogyakarta, bernama pohon asam. Tiap pagi petugas pesapu jalan sibuk menyapu. Musim buah, banyak yang panen atau tinggal pungut. Sebesar itu batangnya, bak rambu lalu lintas. Salah-salah pengguna jalan bisa “mencium” batang pohon asam. Sudah diwarnai warna putih dengan garis atas dan bwah, warna hitam.

 Puluhan tahun setelah saya berkelurga. Mendapatkan lingkungan perumahan alami. Penduduk aseli suku Banten. Sesuai namanya, Kebantenan. Masih bisa dijumpai pohon asam, lingkar batang lebih dari sepemeluk. Salah satu lapangan di RW, masih tersisa pohon asam.

 Cerita per-asam-an bisa kemana-mana. Kota Yogyakarta tidak bisa lepas dari berita kunjungan agresi pandemi covid-19. Merambah ke kabupaten terdekat, semuanya dekat. Pesona dan daya tatik tidak pudar oleh varian delta dan sebangsanya. Tersedia paket jam-jaman hingga sampai pada paket terusan.

 Demam capres 2024 tidak berlaku dan laku. Tidak mengusik adem ayem, tata tenterem. Alon-alon waton kelakon. Sigap vaksinasi segala merk pabrikan. Bagaimana nasib si penabrak. [HaéN]

capres 2024 vs covid-19

capres 2024 vs covid-19

 Krisis moral politik bangsa nusantara ditengarai sudah merasuk jauh sebelum partai politik dikenal atau dideklarasikan. Pasca krisis moneter 1997-1998, nusantara langsung menggelar krisis segala krisis lewat multipartai. Sejarah mencatat antara 21 Mei 1998 hingga sampai pada 23 Juli 2001, terdapat 3 (tiga) presiden. Bukan jadi dasar dan bahan survei tanpa survei, jajak pendapat popularitas capres 2024.

 Bayang-bayang agresi pandemi covid-19 sejak maret 2020, terus membayangi jiwa cinta tanah air, bela bangsa, jaga kuasa negara. Kambuhan libido politik sesaat sesat bak penenabar penabur fitnah dunia. Bermain di semua lini untuk semua kepentingan, asal sesuai tarif progresif revolusioner. Merasa patut diri nyapres, blusukan di media massa arus pendek. Pamer bégo berketurunan.

 Kurva statistik adu nyali antara terduga covid-19 dengan “nama baik” cikal bakal capres 2024. Aneka vaksin berlomba dengan laju jelajah varian covid-19. Nama layak capres, duet capres 2024 model bongkar pasang. Dosa politik menjadi faktor penentu. Lebih daripada itu, lonjakan angka korban covid-19 berbanding lurus atau berbanding terbalik dengan “nama baik” capres 2024. Rakyat tetap sigap. 

Generasi pewaris masa depan <18 tahun masih punya peluang, dendangkan tembang “katak hai katak loncat . . . “. [HaéN]

rumput liar nusantara merasa tanpa tanding

 rumput liar nusantara merasa tanpa tanding

 Betapa petani tanah padi di sawah(nya). Ada saja faktor ATHG, cegatan, razia maupun faktor tak terduga. Bagian sentral kemandirian, kedaulatan, ketahanan pangan membuka peluang kran impor beras pangan. Pabrikan pupuk non-organik, obat anti hama pestisida – bukan “pasti séda” – plus rekayasa atau teror genetika ikut berkontribusi.

 Ramuan ajaib mental ora éntuk siji, ora éntuk kabeh. Terasa filosofis, filsafati, falsafah. Kondisi ini merasuki generasi “rumput liar” lintas umur. Mendapat fasilitas melaju di jalur khusus, lurus. Di bawah kendali penguasa republik. Bebas kontrak dengan multipihak. Sehari bebas mainkan 2@3 peran, beda tarif. Asal jika dibutuhkan bisa langsung bertindak.

 Jauh dari kesan tak terurus. Tugas mulia politik adalah tim perumus penjerumus bangsa negara. Tidak perlu pilah pilih lawan. Siapa saja, pihak mansa saja bisa dikorbankan. Modus tanpa tatap muka kian mendongkrak nyali. [HaéN]

Selasa, 29 Juni 2021

wa-wi-wu-wé-wo 2024, siapa makan siapa

wa-wi-wu-wé-wo 2024, siapa makan siapa

Berkebutuhan khusus, pendekatan medis maupun politis, sama-sama saling menjerumuskan. Sudah top-nya ngetop, tidak ada yang lebih margin bawah lagi. Minus, dibilang untung. Mulai dari nol, masih bergerak ke arah positif. Pihak lain nyaris berkemiripan adalah tunalaras. Bukan laras senapan.

 Judul memang tendensius untuk imbangan, menyelaras dengan pihak ambisius aktif maupun pasif mirip ahli hisap. Multipartai identik kekuatan politik yang tendensius, ambisius condong ketergantungan kepada negara. Bahasa politiknya, kepala negara adalah negara. Bukan person, manusianya.

 Adalah anak bangsa pribumi nusantara pemegang hak pilih (memilih dan atau dipilih), konstituen yang berdaya belanja  berkemandirian secara ekonomi. Sesuai pasal konteks politik mereka selaku pihak “tidak dapat dibeli” oleh kuat plus kuasa ekonomi yang bertendensi politik sesaat dan sesat.

 Sistem ijon politik beririsan dengan sowan politik jauh tahun. Wajar bin nalar, membiaknya libido kawanan perumus penjerumus negara sudah pasang tarif kebangsaan. Teror politik bebas sanksi hukum apapun. [HaéN]

1x24 jam kuku jari tangan tumbuh, pratanda

1x24 jam kuku jari tangan tumbuh, pratanda

Efektivitas, efek domino, efek karambol, dampak getok tular di rumah saja bagi non-pensiunan. Menyengat sampai ubun-ubun. Kaki acap kesemutan, jarang dipakai jalan kaki. Ke warung terdekat, naik motor atau kayuh sepeda. Mau teguk air katimbang rebus sendiri, pesan minuman apa saja dalam jaringan. Berbagi Rp.

 Energi tangan tersalurkan lewat saluran resmi atau memanfaatkan peluang yang tidak pernah mau luang. Sekolah non-tatap muka menambah kisah juang anak didik maupun ortu dan keluarga. Kuota guna gawai sesuai aplikasi. Untung penulis tidak paham. Tidak perlu disajikan. 

Lain pasal dengan literasi politik digital. Tanpa tatap muka menambah nyali pihak anti persatuan nusantara. Siapa makan siapa, sesuai skenario 3 periode. Tepatnya duet wi-wo 2024 usulan nyata. Cemaran nama baik penguasa beririsan dengan hujat-jilat martabat pantat penguasa. Keprigelan ujung jari tangan, membuat tangan gesit dan lebih hidup. Kontraproduktif dengan sinyal kuku. Tahu diri untuk unjuk diri. Sekedar mengingatkan. [HaéN]

judul ke 100 juni 2021

 judul ke 100 juni 2021

 Tepatnya, 29 Juni 2021, status judul tembus masuk angka 100. Target biasa-biasa saja per hari cetak 2 judul, sudah sangat bersyukur. Mengandalkan radar hati plus bantuan kuping, menangkap sinyal alam. Apalagi bisa tayang 3 judul antara 07:00 hari ini – 07:00 esok hari. Rasa apa saja muncul. Kerja otak tidak bisa dipacu untuk bersegera setelah muncul tema, judul maupun alinea pemanasan.

 Begitu dirasa kondisi seimbang, langsung buka laptop. Terutama pasca subuh di masjid. Doa akhir subuh, serahkan semua urusan kepada-Nya. Mohon kekuatan hari ini untuk mampu menjalankan perintah-Nya dengan total dan menjauhi segal larangannya dengan kuat.

 Semakin otak terasah untuk berolah kata, tidak jarang masuk gang buntu. Tindak plagiat olah kata sendiri. terutama tayang >1 tahun. Tinggal memoles kata dan kalimat sesuai karakter. Bongkar muat satu alinea atau susun ulang gabungan 2@3 paragraf. Mencari padanan kalimat agar tidak kentara susah mikir.

 Alinea penutup memuat muatan kalimat cikal bakal tema, judul berikutnya. [HaéN]

keluarga, ujung tombak plus benteng terakhir persatuan nusantara

 keluarga, ujung tombak plus benteng terakhir persatuan nusantara

 Pihak manapun yang mendefinisikan, membunyikan apa itu keluarga. Olah kata pakai rujukan yang mudah dicerna oleh etnis yang masih eksis maupun suku bangsa yang sudah kembang-kempis Tiap teritorial keadatan, punya rumusan, ramuan khas lokal sesuai cikal bakal babad leluhur.

 Jalinan benang merah skala lokal merajut menjadi benang merah besar. Bencana alam tak kenal batas wilayah admisnistrasi. Lebih daripada itu jika manusia luhur membiarkan laku zalim ke sesama umat maupun ke alam ibu Pertiwi, tanah air. Dilematis memang. Urun omong ringan malah layak diduga niatan merongrong martabat pantat penguasa.

 Adab bertetangga menunjang perwujudan daulat masyarakat.Eksistensi RT/RW di zona merah menjadi penerima plus penyalur paket bansos. Penggalangan suara di pesta demokrasi, tergantung kualitas lingkungan. Hunian melebihi daya dukung dan daya tampung lingkungan, mudah ditawar. Lentur, luwes untuk dibengkak-bengkokkan.

 Kawanan pedengung berbayar, pengujar ujaran nista diri, penebar penabur fitnah dunia, mahir memanfaatkan media massa arus pendek. Bukan pembiaran oleh pihak berwajib. Ujung tombak alias herder menghadapi fakta alami. [HaéN]

Senin, 28 Juni 2021

ritual mistis politik nusantara, téga larané luwih téga sangsarané

ritual mistis politik nusantara, téga larané luwih téga sangsarané

 Mirip keterpaduan antara protokol waras dengan protokol kebangsaan. Aneka peristiwa kejadian yang sudah terjadi, tidak perlu diratapi Tatap simak kejadian yang sigap 24 jam sehari semalam di depan mata sendiri. Jangan terlalu risau sekaligus jangan amat abai nan lalai sikapi faktor peubah nasib diri. Semboyan bijak “seperti kemarin saja” jauh dari kendali mutu diri. Bukti penggemar tunggu bola muntah, bola liar.

 Rumusan kehidupan yang hanya sekali-kalinya hidup di dunia. Menu hidup harian nyaris tipikal, monoton, berulang tanpa ada ikhtiar berperubahan. Babak akhir malam menjadi penentu hidup harian. Hidup hari ini bisa menjadi kelanjutan yang kemarin. Tapi hidup esok hari, bukan hak milik kita.

 Rumus hidup berkualitas, ternyata amat simpel, sederhana, bersahaja. Cukup ingat dari tanah kembali ke tanah. Tidak bertélé-télé dan berlika-liku. Lakoni kehidupan “hari ini lebih baik sedikit katimbang hari kemarin”. Jangan ditafsirkan, hari ini porsi sarapan tambah satu sendok makan. Atau jam tidur ditambah 5 (lima) menit. 

Selain narasi di atas, masih terdapat fakta bangsa ini sedang sakit, darurat gawat amat. Berkat gemblengan, tekanan multipartai, Ungkapan “borok ilang rasané” menjadi wawasan diri, pegangan hidup berkepribadian. Maksud benderang, orang terbiasa sengsara segala urusan. Faktor gawan bayen atau salah binaan. Akhirnya kebal dan berketahanan. Alah bisa karena biasa. [HaéN]

ora rumangsa, diuja, digelari klasa gumelar

 ora rumangsa, diuja, digelari klasa gumelar

 Kilas balik ke judul jadul “nglungguhi klasa gumelar vs gumelaring karpet abang”. Kisah lawas yang selalu berulang. Date modified 2/5/2020 2:17 PM. Peribahasa, kiasan bahasa Jawa bergaya satire, sindiran. Tanpa keringat diri, tinggal mancik kursi dhuwur. Langsung nangkring. Tan saya dipatetèti tan saya nggrogoh rempela. Ngéthoké aseliné. Doyan ngentèk-entèké. Khazanah politik feodal bebas haluan vs haluan bebas.

 Peringatan sejarah masa lalu yang seolah tidak pernah berlalu. Mempersiapkan. sejarah masa depan. Pelanggaran kode etik,  kode perilaku, tata moral oleh pelaku sejarah, atas nama negara acap diperhalus jika menyangkut hak kuasa penguasa. Ingat jargon politik “rakyat punya keringat, pejabat punya martabat”.

 Terlebih bagi anak bangsa putra-putri pribumi asli daerah nusantara yang nilai jual komersial di atas rata-rata kawanan anggota partai. Langsung dapat nomor kursi jadi. Tak perlu ikut sertifikasi dan atau pengkaderan pola jam-jaman. Zaman serba berkemajuan, tak perlu pakai keringat sendiri untuk cetak gol.

 Mengatasanamakan derita dan keringat rakyat. Keseringan duka rakyat menjadikan hidup terasa ringan. Kedalaman nestapa rakyat kian mendalami makna kehidupan berbangsa dan bernegara. Seolah rakyat sudah tak berhak setetes pun untuk meneteskan air mata. Wajib peras keringat demi tanah air. [HaéN]