Halaman

Rabu, 30 Juni 2021

nabrak tukulan klungsu, malah nyalahké liyan

 nabrak tukulan klungsu, malah nyalahké liyan

 Pohon perindang di pinggir jalan kota Yogyakarta, bernama pohon asam. Tiap pagi petugas pesapu jalan sibuk menyapu. Musim buah, banyak yang panen atau tinggal pungut. Sebesar itu batangnya, bak rambu lalu lintas. Salah-salah pengguna jalan bisa “mencium” batang pohon asam. Sudah diwarnai warna putih dengan garis atas dan bwah, warna hitam.

 Puluhan tahun setelah saya berkelurga. Mendapatkan lingkungan perumahan alami. Penduduk aseli suku Banten. Sesuai namanya, Kebantenan. Masih bisa dijumpai pohon asam, lingkar batang lebih dari sepemeluk. Salah satu lapangan di RW, masih tersisa pohon asam.

 Cerita per-asam-an bisa kemana-mana. Kota Yogyakarta tidak bisa lepas dari berita kunjungan agresi pandemi covid-19. Merambah ke kabupaten terdekat, semuanya dekat. Pesona dan daya tatik tidak pudar oleh varian delta dan sebangsanya. Tersedia paket jam-jaman hingga sampai pada paket terusan.

 Demam capres 2024 tidak berlaku dan laku. Tidak mengusik adem ayem, tata tenterem. Alon-alon waton kelakon. Sigap vaksinasi segala merk pabrikan. Bagaimana nasib si penabrak. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar