Halaman

Senin, 21 Juni 2021

keteladanan mbokdé mukiyo, dudu ketalibanan

 keteladanan mbokdé mukiyo, dudu ketalibanan

 Pakai gaya gaul gengsi global. Sebut istilah yang tidak tahu maknanya. Pokoknya pas di kuping yang tahu dolanan bocah. Meningkat, tembang anak-anak sambil bermain ramai-ramai.  Tidak perlu di bawah sinar rembulan purnama.  Tidak perlu tanah lapang, bukan lapangan. Jalan di depan rumah bisa menjadi ajang adu nyali antar kelompok umur.

 Badan besar, bongsor otomatis didaulat menjadi komandan kompeni. Namanya bocah, mudah terjadi gesekan, mudah juga untuk baikan balik main. Tidak kebal pecah kongsi atau cari pasangan main yang lebih hoki. Terbentuk membentuk tim yang solid. Sudah saling kenal watak aseli. Paham bagi-bagi tugas demi tujuan yang tidak diketahui pastinya. Pokoknya main sampai berkeringat. Sampai lapar.

 Beda pasal dengan pemain binaan partai politik berkebutuhan khusus. Tinggal main, babak demi babak. Salah langkah langsung didepak. Ketahuan ada main uang negara, diamankan demi wibawa oknum ketua umum. Masih ada permainan khusus anak dewasa. Jangan coba-coba sibak, kuak, singkap trik, intrik politik penguasa. Kalau tidak mau diblusukan sampai cium tanah. Pilah pilih disungkurkan, disingkirkan, disangkarkan (dikandangkan, dikotakkan).

 Tak pakai heran, muncul generasi lintas usia gemar, relawan cium pantat penguasa. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar