tanggung rantang vs rantang tanggung
Jauh abad sebelum ramuan ajaib revolusi mental
digulirkan. Sudah berlaku “karena nila setitik, rusak susu sebelanga”. Jadi,
efek domino revolusi mental, perilaku tadi menjadi peribahasa. Tepatnya gaya
hidup bernegara. Zaman now, menyesuaikan diri menjadi “akibat nila sebelanga,
rusak susu senegara”.
Masalahnya, kalau sudah urusan negara, rakyat lebih baik nyingkir. Daripada daripada.
Kirim doa dan jaga diri agar tak terkontaminasi. Perkuat barisan akar rumput,
sigap menjadi obyek pijakan, injakan pihak kawal nusa.
Perubahan drastis terasa pada bahan baku rantang. Urutan susunan
sesuai isinya. Paling bawah sebagai wadah nasi. Di atasnya sayur. Paling atas –
biasanya 3 (tiga) susun – berisi lauk kering. Ada maksud dan manfaat. Saat cek
dan recek atau sidak oleh petugas partai, langsung comot jatah. Sesuai jatah
mental tempe.
Saudara dekat rantang. Satu wadah dengan sekat atau
pembagian kursi. Bagian tengah, inti, berisi nasi. Dikelilingi kamar berisi
lauk pauk. Praktis. Habis pakai bisa dicuci.
Kehidupan bernegara, identik dengan rantang. Paling bawah
rakyat petani. Soal jumlah petani menyusut, bukan tanggung jawab negara. Pemerintah
malah kian punya dalih impor beras. Bilamana memungkinkan. Lupa, pasal politik semua
serba mungkin. Kalau bisa impor, mengapa pula langganan rantang.
Jadi . . . . [HaéN]