komoditas
politik ulama nusantara, tahan lama vs habis pakai
Kutak tahu saja atau kutak tahu banget. Nyatanya
demikianlah faktamorgana atau isu nasional. Julukan ulama nusantara menunjukkan
skala daya juang, daya siap tanding, sigap banting, siaga sanding. Skenario
daya saing ujung-ujungnya malah menjadi daya kesiangan.
MUI, NU atau parpol berbasis ulama, sudah sedemikan jeli
membaca sejarah adab masa depan. Teliti meneliti siapa saja yang berhak melaju
masuk pentas politik lokal. Ikatan moral nusantara cukup mengenyangkan.
Dibingkai wadah tunggal, difomat asas tunggal. Semua dalam genggaman.
Rekam jejak sejak pra-proklamasi sampai ibukota NKRI
pindah ke pulau Kalimantan hingga Indonesia Emas 2045. Merasa diri layak,
pantas berdiri paling depan. Maksudnya, juga duduk paling tinggi. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar