adab
nusantara terjebak lorong waktu tak berujung
Kendati
budaya nusantara tak sebegitunya mempercayai hukum sebab akibat. Ternyata malah
lebih. Percaya dengan proses alam. Kejadian yang akan datang merupakan efek
dari fakta sekarang. Masalahnya,
bagaimana menjayikan kondisi terkini yang secara aklamasi masuk
zona hijau.
Dalam
hitungan detik, watak manusia rawan perubahan. Sentuhan dunia menjadikan anak
bangsa pribumi nusantara kian serbatéga. Tolok ukur manusia kuat adalah mampu
tangan kanan menunjuk tangan kiri sebagai penyebab lambat kerja. Tangan kiri sigap
membalas dengan acungan ibu jari ke bawah.
Saat
harus bertepuk tangan, menjadi ajang adu kuat antar telapak. Unjuk diri siapa
pailing kuat mengeluarkan suara tepukan. Tolok ukurnya tampak pada wajah girang
siempunya tangan.
Akhirnya,
peradaban bernegara menjadi persaingan bebas antara kaki kanan dengan kaki
kiri. Saling mendahului menuju kursi yang sama. Sulit dikisahkan betapa kinerja
koalisi anggota tubuh membentuk persekutuan kaki-tangan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar