tindak
tanduk setan nusantara bertanduk
Umbul berupa selembar kertas agak tebal, satu sisi berisi
gambar tokoh wayang sampai makhluk halus. Salah bentuk sarana pembelajaran,
pengenalan yang mungkin agak beda dengan tujuan pendidikan nasional berencana. Sebagai
alat permainan anak-anak yang harga terjangkau. Belum banyak pilihan saat itu.
Namun sebagai bahan edukasi yang sederhana cukup
berdampak. Anak-anak sadar dengan aneka watak manusia. Atau ada makhluk lain
selain manusia yang huni di alam lain yang berjimpitan dengan alam manusia.
artinya, mahkluk halus tadi bisa bersarang di tubuh manusia.
Tidak ada batas gender, warna bulu jenis kelamin dan
sejenisnya. Laku atau pelaku LGBT belum
dikenal. Kendati ada tokoh wayang lelaki gemulai, tulang lunak. Sebaliknya,
tokoh wayang perempuan yang berangasan. Doyan apa saja. Disebut raksesi,
lumrah. Tapi bak ksatria namun angkara murka.
Sepertinya malah menyimpang dari judul. Kebanyakan pembuka,
alenia pengantar.
Dari sekian perwujudan makhluk halus, tanpa ada
pembanding dengan umbul versi lain. Sejalan dengan adat Jawa yang berasal,
berbasis animisme, dinamisme, ternyata banyak jenis setan. Tak terkecuali ada
ilustrasi setan perempuan. Lupa, simbol, lambang, atribut kewanitaan apa yang dipakai. Rasanya, mereka
digambarkan bertanduk, ujung ekor seperti ujung panah, membawa tombak mata tiga
dan sebagainya. Agak rancu dengan setan dari negara maju ynag bermarkas di
tanah. Beda jauh dengan alat yang dibawa. Malah pakai tutup kepala.
Kata mbah-mbah, setiap zaman sesuai dengan setan-nya. Artinya,
setiap zaman akan ada setan yang sesuai dengan watak penguasa. Bahkan seorang
penguasa bisa menguasai lebih dari satu watak setan.
Jadi kalau membuat umbul gambar setan, bisa berepisode. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar