Halaman

Rabu, 21 Agustus 2019

berdaya saing mbokdé mukiyo, dudu sumber daya asing


berdaya saing mbokdé mukiyo, dudu sumber daya asing

Dikisahkan tentang adanya pembangunan manusia dan masyarakat.  Membangun manusia secara utuh, total, jiwa-raga. Sebagai insan dan sebagai sumber daya baik dari kualitas individu maupun masyarakat.

       §   Individu: pendidikan, kesehatan, kependudukan dan KB, karakter
       §   Masyarakat: kebhinekaan, restorasi sosial, jaminan sosial

Peringkat daya saing Indonesia menurut IMD World Competitiveness Ranking 2019 membaik. Indonesia melejit ke posisi 32 dunia atau naik 11 peringkat dibandingkan 2018 yang berada di posisi ke-43 dunia. IMD menggunakan empat indikator utama dalam penilaiannya, yakni kinerja ekonomi, efisiensi pemerintahan, efisiensi bisnis, dan infrastruktur.

Indonesia menunjukkan perbaikan daya saing yang paling menggembirakan di kawasan Asia Pasifik. Hal ini berkat perbaikan efisiensi di sektor pemerintahan, pembangunan infrastruktur, dan iklim bisnis.

 IMD juga menyebut salah satu keunggulan Indonesia adalah upah buruh yang rendah dibandingkan 63 negara lainnya di Asia Pasifik.Dalam daftar tersebut, Indonesia berada berada di bawah Jepang dan Prancis yang berada di posisi ke-30 dan ke-31. Adapun Republik Ceko dan Kazakhstan berada di bawah Indonesia, masing-masing di posisi ke-33 dan ke-34.

Peningkatan infrastruktur seperti pembangkit listrik, jalan tol, pelabuhan dan bandara, selanjutnya dapat menekan biaya produksi dan distribusi dan berdampak positif pada peningkatan daya saing dan kapasitas perekonomian.

Rata-rata lama sekolah tenaga kerja diperkirakan terus meningkat secara gradual dari 8,7 tahun pada 2018 hingga mencapai 9,2 tahun pada 2024. Hal tersebut tidak terlepas dari upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, antara lain melalui pengembangan pendidikan vokasi dan peningkatan kualitas guru, didukung alokasi anggaran yang makin memadai untuk pendidikan dan riset.

Data dari 25 negara selama lebih dari dua dekade menunjukkan bahwa pendapatan per kapita meningkat seiring dengan kenaikan tenaga kerja yang bekerja di sektor industri pengolahan.

Di satu sisi, kebutuhan tenaga kerja di sektor tertentu kemungkinan berkurang dengan adanya otomasi. Namun, di sisi lain akan mendorong peluang perpindahan tenaga kerja menuju pekerjaan yang membutuhkan kreativitas dan interaksi sosial tinggi.

Studi ILO (2015) menunjukkan bahwa ketidakcocokan keterampilan untuk jenis pekerjaan buruh tani dan perikanan dialami oleh 88,9% tenaga kerja. Sedangkan di sektor industri dan perdagangan khusus mencapai 72,4%  tenaga kerja. Situasi ini memperburuk kinerja ekonomi kendati Indonesia tengah memasuki siklus bonus demografi.

Pesan utama Presiden Joko Widodo dalam Rapat Kabinet Terbatas tentang Reforma Agraria pada 24 Agustus 2016 adalah bahwa di pedesaan, masalah kemiskinan, ketimpangan dan sulitnya lapangan pekerjaan adalah problem pokok dan mendasar yang dihadapi masyarakat. Untuk itu, Presiden menyatakan bahwa reforma agraria yang digulirkan Pemerintah kali ini berupaya untuk mengatasi ketiga masalah tersebut.

Selama ini, kepemilikan tanah di kalangan petani gurem dan buruh tani menjadi akar persoalan yang melahirkan lingkaran kemiskinan baru. Kelompok masyarakat ini, lantaran ketiadaan lahan, dipaksa oleh keadaan untuk lari ke kota, sementara keterampilan yang mereka miliki tidak cukup sebagai bekal mencari penghidupan di perkotaan.

Presiden Jokowi memerintahkan untuk segera mempercepat program reforma agraria ini, dengan fokus redistribusi lahan pada buruh tani yang tidak memiliki lahan dan petani gurem yang memiliki lahan kurang dari 0,3 hektar.

Semangat reforma agraria adalah terwujudnya keadilan dalam penguasan tanah, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah wilayah dan sumber daya alam,” demikian arahan Presiden.

Demikian yamg bisa saya tayangkan. Bahan didapat dari berbagai sumber resmi. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar