lima waktu berharap jumpa Tuan Rumah
Ketika khalwat Muhammad di gua Hira yang sebagai titik
awal kerasulan. Sebagai pasal atau ikhwal bagaimana umat Islam membawakan diri
di hadapan-Nya. Kini, masjid menjadi ‘gua Hira’ yang multimanfaat. Di mana pun
bumi kita pijak, kita injak, disitulah kita tetap ingat Allah swt.
Mendatangi rumah-Nya jauh waktu sebelum panggilan-Nya.
Ambil posisi shaf pertama. Sibukkan diri dengan sibuk menghadirkan diri. Tak perlu
ngapa-ngapain. Cukup duduk manis. Mengkerdilkan diri. Menatap diri
sendiri yang secara sadar penuh rasa rendah diri.
Berharap dengan penuh harap. Hubungan religi antara
aku sebagai makhluk ciptaan-Nya dengan Dia Yang Maha Pencipta. Tak mungkin
Allah swt menyia-nyiakan hasil cipataan-Nya. Sebaliknya, justru manusia yang. Ketika
manusia menghadapi kondisi yang tak diharapkan, terbelit keadaan yang tak
mengenakkan, terlibat fakta yang menjengkelkan, bukan menjadi sarana ingat
Allah swt.
Jangan berharap muncul jamuan sambil menunggu
keluarnya Tuan Rumah. Apalagi yang menyajikan hidangan adalah bidadari bagi
kamu adam. Pasti masjid atau Rumah Allah selalu membludak. Daftar antrian mampu
mengalahkan calon haji.
Kian ‘masyuk’ jelang detik terakir panggilan-Nya,
azan. Sigap posisikan diri sebagai mahluk sosial dalam ikatan ukhuwah. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar