ashar ke
masjid, dua kali menyalip orang yang sama
Alunan
lantunan pratanda jelang azan, saling bersahutan. Pelantang suara, masjid yang
jauh malah sampai kuping. Dimanfaatkan sebagai tanda sholat 5 (lima) waktu. Khususnya
manula atau karena usia masuk kategori purna bakti. Pekerja bangunan tahu kapan
matahari di atas kepala, tanda istirahat dan santap siang. Mengurangi kecepatan
kerja jelang dzuhur.
Pegawai
malah tancap gas ketika tahu waktu dzuhur menanti. Agar tampak sibuk, giat
diri. Menuntaskan pekerjaan harian. Peserta rapat gelisah, kata sepakat belum
bulat. Waktu ishoma sebagai pereda tensi adu kata.
Kompleks
KPR-BTN kami dilengkapi masjid dan beberapa mushola. Lokasi masjid sesuai site
plan. Mengalami perombakan untuk dijadikan dua lantai. Semula lantai dua untuk
tempat sholat. Patokan jamaah karena usia susah meniti tangga beberapa terap. Akhirnya,
jamaah pindah ke lantai pertama. Lantai dua bagian depan, digempur, jadi void
atau terbuka.
Nikmat
subuh ketika mau sampai masjid, dari berbagai arah jamaah datang. Didominasi jamaah
bonus umur. Sholat jumat, jamaah membludak sampat halaman. Lantai dua sesak
jamaah anak-anak atau anak didik. Ada santap siang. Selalu saja diingatkan,
agar anak-anak ikuti doa bareng usai sholat jumat. Jangan begitu salam,
langsung berebut jatah.
Acap
setiap ke masjid subuhan menyalip sesama jamaah. Atau disalip jamaah bermotor. Liwat
rumah warga yang buka pintu pagar, sigap ke masjid yang sama. Rute berangkat
beda denga rute pulang. Terkadang lanjut jalan pagi isi ulang energi. Menyalip orang
yang sama, hal biasa. Pola jalan kaki cepat yang kuterapkan. Sambil menunduk
bak setengah lari.
Tetangga
blok, bapak dan anak yang jamaah lima waktu. Sang bapak sesekali kusalip waktu
subuh. Atau pulangnya kusalip.
Tanda
jelang ashar terasa. Diri ini menangkap sinyal alam. Sambil cek jam di HP. Rapikan
busana, tak lupa kunci pintu rumah. Maklum sebagai penunggu rumah, isteri masih
aktif. Doa mengiringi langkah kaki. Tampak tetangga sudah bergegas. Lebih tua
delapan tahun. Beliau jalan tafakur sambil dzikir, tasbih di tangan kanan. Tak mau
tahu sapaan orang yang basa-basi basi. Sapaan hafalan, “mau kemana pak?”. Tahu beliau
pakai busana dan atribut muslim.
“Assalamu’alaikum
. . .”, sapaku sambil menyalip sambil dua tapak tanganku kurapatkan. Walau langkah
beliau bukan langkah jalan santai. Menjawab salam, beliu tetap melaju senyum.
Masjid
di depan mata, tampak beliau melintas mbonceng sepeda motor jamaah. Buka
pintu majid, langsung kumelangkah pasti ke baris terdepan, sayap kanan mihrab. Tak
terduga, menyalip lagi sesama kakek yang tadi. Beliau lebih pilih lokasi dekat
kolom depan kanan.
Kalau
mau lengkap. Usai liwat pintu halaman masjid, belok kiri. Saya menyalip beliau
lagi. Yang ketiga kalinya. Tetap kuucapkan salam, sambil bilang “sudah tiga
kali bapak saya salip”. Beliau hanya senyum tanpa komen. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar