Halaman

Kamis, 08 Agustus 2019

ashar ke masjid, dua kali menyalip orang yang sama


ashar ke masjid, dua kali menyalip orang yang sama

Alunan lantunan pratanda jelang azan, saling bersahutan. Pelantang suara, masjid yang jauh malah sampai kuping. Dimanfaatkan sebagai tanda sholat 5 (lima) waktu. Khususnya manula atau karena usia masuk kategori purna bakti. Pekerja bangunan tahu kapan matahari di atas kepala, tanda istirahat dan santap siang. Mengurangi kecepatan kerja jelang dzuhur.

Pegawai malah tancap gas ketika tahu waktu dzuhur menanti. Agar tampak sibuk, giat diri. Menuntaskan pekerjaan harian. Peserta rapat gelisah, kata sepakat belum bulat. Waktu ishoma sebagai pereda tensi adu kata.

Kompleks KPR-BTN kami dilengkapi masjid dan beberapa mushola. Lokasi masjid sesuai site plan. Mengalami perombakan untuk dijadikan dua lantai. Semula lantai dua untuk tempat sholat. Patokan jamaah karena usia susah meniti tangga beberapa terap. Akhirnya, jamaah pindah ke lantai pertama. Lantai dua bagian depan, digempur, jadi void atau terbuka.

Nikmat subuh ketika mau sampai masjid, dari berbagai arah jamaah datang. Didominasi jamaah bonus umur. Sholat jumat, jamaah membludak sampat halaman. Lantai dua sesak jamaah anak-anak atau anak didik. Ada santap siang. Selalu saja diingatkan, agar anak-anak ikuti doa bareng usai sholat jumat. Jangan begitu salam, langsung berebut jatah.

Acap setiap ke masjid subuhan menyalip sesama jamaah. Atau disalip jamaah bermotor. Liwat rumah warga yang buka pintu pagar, sigap ke masjid yang sama. Rute berangkat beda denga rute pulang. Terkadang lanjut jalan pagi isi ulang energi. Menyalip orang yang sama, hal biasa. Pola jalan kaki cepat yang kuterapkan. Sambil menunduk bak setengah lari.

Tetangga blok, bapak dan anak yang jamaah lima waktu. Sang bapak sesekali kusalip waktu subuh. Atau pulangnya kusalip.

Tanda jelang ashar terasa. Diri ini menangkap sinyal alam. Sambil cek jam di HP. Rapikan busana, tak lupa kunci pintu rumah. Maklum sebagai penunggu rumah, isteri masih aktif. Doa mengiringi langkah kaki. Tampak tetangga sudah bergegas. Lebih tua delapan tahun. Beliau jalan tafakur sambil dzikir, tasbih di tangan kanan. Tak mau tahu sapaan orang yang basa-basi basi. Sapaan hafalan, “mau kemana pak?”. Tahu beliau pakai busana dan atribut muslim.

“Assalamu’alaikum . . .”, sapaku sambil menyalip sambil dua tapak tanganku kurapatkan. Walau langkah beliau bukan langkah jalan santai. Menjawab salam, beliu tetap melaju senyum.

Masjid di depan mata, tampak beliau melintas mbonceng sepeda motor jamaah. Buka pintu majid, langsung kumelangkah pasti ke baris terdepan, sayap kanan mihrab. Tak terduga, menyalip lagi sesama kakek yang tadi. Beliau lebih pilih lokasi dekat kolom depan kanan.

Kalau mau lengkap. Usai liwat pintu halaman masjid, belok kiri. Saya menyalip beliau lagi. Yang ketiga kalinya. Tetap kuucapkan salam, sambil bilang “sudah tiga kali bapak saya salip”. Beliau hanya senyum tanpa komen. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar