Halaman

Minggu, 30 Juni 2019

makar tanah vs daya rusak air

makar tanah vs daya rusak air

“Daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan kehidupan.”, demikian pemaksudannya sesuai bunyi Pasal 1 butir 18, PP 42/2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air. Menambah wawasan bela tanh-air. Simak dengan seksama PP 42/2008 karena terdapat 54 frasa “daya rusak air” dipakai untuk menyusun alinea, kalimat pasal. Beberapa dikenai penjelasan.

Kalau mauh tahu apa yang dimaksud frasa “makar tanah”. Apa yang dimaksud adalah “makelar tanah”. Daripada bingung binti linglung. Walau sedekat itu penulis belum menemukan dengan sengaja. Tapi dengan pendekatan sederhana dan merakyat. Pendekatan dengan tidak cara frontal, adu muka. Pakai pola putaran sesuai arah putaran jarum jam sambil perlahan tapi pasti mendekat ke poros, sumbu.

Maksud benderangnya, dengan gaya analog. Simak PP RI 60 2017 tentang Tata Cara Perizinan dan Pengawasan Kegiatan Keramaian Umum, Kegiatan Masyarakat Lainnya, dan Pemberitahuan Kegiatan Politik. Fokus pada penjelasan Pasal Demi Pasal. Temukan penjelasan Pasal 13, yang dimaksud dengan “tindakan kepolisian" adalah upaya paksa dan/atau tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab guna mewujudkan tertib dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman masyarakat.

Karena sama-sama didukung atau berbasis PP. tapi apakah makna “makar tanah” bisa dipahami oleh aparat penegak hukum. Menyoal pasal “bau tanah”, agar bebas dari polusi politik penguasa. Bijak simak lain perkara, masuk ke pasal konflik agraria. Negara akan selalu hadir jika setiap jengkal tanah ranyat bersengketa.  [HaéN]

kebiasaan nama orang tua dibawa-bawa Peolok-olok politik berupa ujaran bebas menyebut saudaranya di kebun binatang, menjadi tabiat wajar. Tak bisa disengketakan dengan dalih pencemaran nama baik dan wibawa negara. Sesama kawanan satu partai politik, bak persaingan bebas. Siapa lengah siap punah sebelum sempat mikir. Jauh dari fakta perolehan suara. “Sing waras ngalah”, menjadi cara bijak juru damai, wasit, pengingat. Mengingatkan citra diri pihak yang bertikai tanpa sebab. Atau sebab sepele berakibat kasus bertélé-télé kian kemari. Kian ditekan kian menjadi-jadi. Hobi cari musuh. Didatangi lawan politik, langsung keluar sungut-nya. Memaki, mencaci maki, mengumpat, mengatai-ngatai, menista pihak lain menjadi pasal terhormat. Akibat kawan gaul dari segala aliran politik. Moral politik kian tampak memang tak ada. Merasa pewaris kuasa negara, lupa daratan, mabuk lautan, mual udara dan tèlèr bhayangkara. Hanya orang kaya yang ingus yang sudah dibuang, malah dikantongi. Dibawa kemana-mana. [HaéN]


kebiasaan nama orang tua dibawa-bawa

Peolok-olok politik berupa ujaran bebas menyebut saudaranya di kebun binatang, menjadi tabiat wajar. Tak bisa disengketakan dengan dalih pencemaran nama baik dan wibawa negara. Sesama kawanan satu partai politik, bak persaingan bebas. Siapa lengah siap punah sebelum sempat mikir. Jauh dari fakta perolehan suara.

Sing waras ngalah”, menjadi cara bijak juru damai, wasit, pengingat. Mengingatkan citra diri pihak yang bertikai tanpa sebab. Atau sebab sepele berakibat kasus bertélé-télé kian kemari. Kian ditekan kian menjadi-jadi. Hobi cari musuh. Didatangi lawan politik, langsung keluar sungut-nya. Memaki, mencaci maki, mengumpat, mengatai-ngatai, menista pihak lain menjadi pasal terhormat.
 
Akibat kawan gaul dari segala aliran politik. Moral politik kian tampak memang tak ada. Merasa pewaris kuasa negara, lupa daratan, mabuk lautan, mual udara dan tèlèr bhayangkara.

Hanya orang kaya yang ingus yang sudah dibuang, malah dikantongi. Dibawa kemana-mana. [HaéN]

olah nalar politiké pribumi nusantara landep dengkulé


olah nalar politiké pribumi nusantara landep dengkulé

Éééé kepribén mbokdé mukiyo, tiwas dandan. Pancén nyata lan ceta wela-wela.

Modal dengkul reputasi, prestasi politisi sipil sebagai orang pribumi pesohor daerah khusus kelahiran,  membuat akal oknum ketum sebuah parpol klas lokal yakin ambis politik mulus tanpa hambatan. Apalagi dengan menempel nama beken petugas partai. Sambil pandai-pandai membawa diri dengan aksi blusukan. Tak lupa bagi-bagi bingkisan dan bungkusan.

Modus pencitraan yang seolah agar tampak merakyat, merasa dekat dengan rakyat. Merasa bagian utama rakyat. Akhirnya pribumi nusantara mengabaikan visi misi sang bakal calon. Citra Rp lebih berdaya tarik. Tebar pesona diiringi wajah garang garing.

Status sosial sebagai perpanjangan tangan pengusaha multinasional, kian menambah nyali diri. Dukungan modal dan biaya politik dari investor politik global, merupakan modal pokok, utama dalam politik lokal pasca reformasi

Disadari atau tidak bahwa daya pengaruh paternalistik berpengaruh. Banyak kemudahan yang didapat dari nama besar keluarga karena ada investasi sosial yang dilakukan orang tua mereka yang mereka tidak tahu tetapi mereka turut menikmatinya.

Tanpa disadari kekuatan paternalistik berpengaruh dan mengakar bak kanker politik dan benalu pilitik. Modal awal, modal dasar sebagai pondasi penompang. Ada kemudahan dari nama besar keluarga. Pewaris hanya berperan sebagai penumpang gratis, tanpa keringat.  Ada investasi sosial politik yang dirintis, diwariskan orang tua yang kita tidak pahami.

Kandungan nilai tradisional, emosional dan paternalistik membuat keluarga politik, dinasti politik kian membara. Dinamika berkeyakinan pribumi nusantara, bak tata niaga, hulu-hilir. Mulai yang fanatik dengan anismisme, dinamisme, kursiine sampai berlanjut pola agama langit KTP, abangan, abal-abal, maupun tradisonal.

Wis kedadèn bola-bali. . .  [HaéN]

Sabtu, 29 Juni 2019

yèn krasa enak uwisana, yèn krasa ora enak terusna


yèn krasa enak uwisana, yèn krasa ora enak terusna

Peribahasa dalam bahasa Jawa. Dalam bentuk buku yang tidak diperdagangkan untuk umum. Karya Depdikbud 1988. Menyuratkan antara lain Menurut para ahli bahasa dan susastra Jawa, (Dirdjosiswojo, Padmosoekotjo. Subalidinata, Hadiwidjana, dan Dalil Prawirohardjo) peribahasa dalam bahasa Jawa dapat dikelompokkan atas enam kelompok, yaitu: paribasan, bebasan, saloka, pepindhan, sanepa, dan isbat. Setiap kelompok itu tentunya didukung oleh ciri tertentu sehin'gga dapat dibedakan dengan kelompok lainnya. Untuk memperjelas uraian.

Isbat adalah bagian peribahasa yang isinya menyangut "ilmu tua atau kebatinan" yang sering dijumai dalam suluk. Subalidinata (1968 :34) mendefinisikan sebagai berikut.

Isbat iku ukara pepindhan, memper saloka, nanging isine piwulang ngelmu, ngelmu gaib, filsafat, utawa ngelmu kasampuman.

lsbat itu satuan lingual perumpamaan, semacam saloka, tetapi isinya ajaran ilmu, ilmu gaib, filsafat , atau i!mu kesempurnaan.

Maka yang perlu diperhatikan adalah susunan kata dan isi. Kata-katanya terpilih sekali sehingga untuk menangkap arti isbat harus memerlukan perenungan berulang-ulang.

Selanjutnya. Hadiwidjana (1967:58-59) menambahkan bahwa isbat adalah bahasa kiasan (rengga basa) yang pelik-pelik (dakik-dakik), dan biasanya terdapat dalam kitab suluk (layang suluk).

Misal atau contoh isbat yang berupa kalirnat perintah, utamanya: “yèn krasa enak uwisana, yèn krasa ora enak terusna”. Kalau merasa enak sudahilah kalau merasa tidak enak teruskan 'Hendaknya kita dapat berprihatin, mengendalikan hawa nafsu.•

Pasti, isbat dimaksud atau pada umumnya bisa hanya sebagai kesimpulan ringan atas fakta sejarah. Zaman penjajah, banyak suku bangsa asing yang ikut andil mebentuk karakter anak bangsa pribumi. Bisa juga sebagai sinyelemen, pratanda memang akan terajdi dan selalu terjadi. Mengacu tabiat bangsa Jawa pada umumnya. Sesuai paribasan jalma mati murka. Manusia meninggal serakah. 'Orang tertimpa musibah karena keserakahannya.

Tak ada sangkut paut dengan periode kedua penguasa petugas partai, dengan pasal daya serakahnya. Karena hanya berlaku untuk wong Jawa. [HaéN]

Jumat, 28 Juni 2019

10 menit dari gerbang jalan tol vs jalan kaki ke sekolah menengah


10 menit dari gerbang jalan tol vs jalan kaki ke sekolah menengah

Bangku sekolah bukan hanya membingungkan orang tua murid. Itu zaman dulu. Sekarang, berkat kepedulian pemerintah. Untuk mendaftar sekolah menengah pakai asas taat teritorial tempat tinggal sesuai lokasi sekolah. Disebut sistem zonasi penerimaan peserta didik baru.

Soal ketersediaan sekolah menengah di setiap kelurahan, cek wewenang, kewajiban siapa. Sejalan dengan kampanye politik pilkada, “sekolah gratis”. Tapi tidak melihat standar kebutuhan sekolah di daerahnya.

Akankah akibat rentang pendidikan kian panjang. Mulai PAUD sampai strata 3 atau setingkat. Mau tak mau, peserta didik memang harus siap sejak dini. Kegiatan les yang seolah wajib, menjadi beban tersendiri.

Sistem zonasi menumbuhkan ikatan teritorial. Tak akan mengurangi peserta didik ke sekolah bawa motor sendiri. Atau di antar, satu motor berpenumpang >2 anak sekolah. Tradisi tawuran antar sekolah bertetangga dan pola lainnya, akan tereduksi.

Bisa-bisa daya tarik pengusaha, pembangun, pengembang kawasan perumahan dan permukiman dengan memanfaatkan lokasi sekolah menengah negeri yang ada. Atau karena faktor jumlah penduduk, mendorong pemerintah daerah untuk menyediakan fasilitas pendidikan. [HaéN]

anak wayang nusantara, Semar mendem vs serdadu mendem


anak wayang nusantara, Semar mendem vs serdadu mendem

Betul Lepas dari makna, apa yang dimaksud dengan lema ‘mendem’ menurut lidah wong Jawa. Silahkan buka kamus dimaksud. Cuplikan, cuwilan uyon-uyon Jawa, “Peto-peto petak, peto-peto jemblem. Semar mikul kotak, serdadu mikul meriem”.

Zaman sekarang. Perang sudah jarang pakai meriam, kata pengamat karhutla. Dimodifikasi menjadi meriam air, kanon air. Manfaat utama sebagai alat pembasmi kawanan pendemo, pengusir barisan unjuk raga dan unjuk rasa. Jadi keblusuk ke kapling tetangga.

Peribahasa bahasa Jawa, diujarkan menjadi “mikul dhuwur mendem jero”. Niat peribahasa untuk menyiratkan bahwa seorang anak harus memuliakan orang tua, yaitu menjunjung kehormatannya dan merahasiakan kejelekannya. Oleh karena itu, nama baik keluarga bagaimana pun juga harus dijaga sehingga tidak perlu mengungkit-ungkit kelemahan orang tua.

Makanya, jika ada anak bangsa pribumi nusantara yang merasa sebagai anak cucu ideologis. Merasa sebagai pewaris tunggal penguasa negara. Wajar binti masuk nalar.

Agar pemirsa tambah satu porsi. Ada menu “mendem pari jero”. Tak lain tak salah sangka, memang maksudnya orang yang mengamalkan kebaikan tanpa mengharapkan imbaian. Mengamalkan kebaikan tanpa mengharapkan imbalan adalah perilaku yang baik karena sepi ing pamrih ramé ing gawé.

Masalah gender bukan sekedar beda jenis kelamin. Yang mana daripada itu, kaum adam dan kaum hawa, berbeda kalau memahami  sapikul sagendhongan”. Lazim kalau postur dan tenaga pria untuk memikul, memanggul dan lentur tubuh wanita menggendong, mengemban. Dalil banding  ini deskripsi beda menjadi terurai. Kembali ke alam kodratnya sebagai pria dan wanita.

Jangan salah ingat, Mengangguknya wong Jawa, mantuk-mantuk, bukan karena dong atau setuju.  Sudah ada niat cita-cita lain yang rasanya lebih ampuh, manjur, lebih mulia. Jadi, bebasan, paribasan “sapikul sagéndhongan” berarti, diartikan mengacu kepada situasi pembagian warisan yang tidak sama, pembagian barang yang tidak sama,  karena mengikuti hukum adat. Anak laki-laki mendapat bagian satu pikul dan anak perempuan memperoleh bagian satu géndhongan.

Isbat peribahasa yang isinya menyangkut "ilmu tua atau kebatinan" yang berupa kalirnat perintah, misalnya: “yen krasa enak uwisana, yen krasa ora enak terusna”. Kalau merasa enak sudahilah kalau merasa tidak enak teruskan 'Hendaknya kita dapat berprihatin, mengendalikan hawa nafsu.•Tak ada sangkut paut dengan periode kedua penguasa petugas partai. Karena hanya berlaku untuk wong Jawa. [HaéN]