Halaman

Sabtu, 29 Juni 2019

yèn krasa enak uwisana, yèn krasa ora enak terusna


yèn krasa enak uwisana, yèn krasa ora enak terusna

Peribahasa dalam bahasa Jawa. Dalam bentuk buku yang tidak diperdagangkan untuk umum. Karya Depdikbud 1988. Menyuratkan antara lain Menurut para ahli bahasa dan susastra Jawa, (Dirdjosiswojo, Padmosoekotjo. Subalidinata, Hadiwidjana, dan Dalil Prawirohardjo) peribahasa dalam bahasa Jawa dapat dikelompokkan atas enam kelompok, yaitu: paribasan, bebasan, saloka, pepindhan, sanepa, dan isbat. Setiap kelompok itu tentunya didukung oleh ciri tertentu sehin'gga dapat dibedakan dengan kelompok lainnya. Untuk memperjelas uraian.

Isbat adalah bagian peribahasa yang isinya menyangut "ilmu tua atau kebatinan" yang sering dijumai dalam suluk. Subalidinata (1968 :34) mendefinisikan sebagai berikut.

Isbat iku ukara pepindhan, memper saloka, nanging isine piwulang ngelmu, ngelmu gaib, filsafat, utawa ngelmu kasampuman.

lsbat itu satuan lingual perumpamaan, semacam saloka, tetapi isinya ajaran ilmu, ilmu gaib, filsafat , atau i!mu kesempurnaan.

Maka yang perlu diperhatikan adalah susunan kata dan isi. Kata-katanya terpilih sekali sehingga untuk menangkap arti isbat harus memerlukan perenungan berulang-ulang.

Selanjutnya. Hadiwidjana (1967:58-59) menambahkan bahwa isbat adalah bahasa kiasan (rengga basa) yang pelik-pelik (dakik-dakik), dan biasanya terdapat dalam kitab suluk (layang suluk).

Misal atau contoh isbat yang berupa kalirnat perintah, utamanya: “yèn krasa enak uwisana, yèn krasa ora enak terusna”. Kalau merasa enak sudahilah kalau merasa tidak enak teruskan 'Hendaknya kita dapat berprihatin, mengendalikan hawa nafsu.•

Pasti, isbat dimaksud atau pada umumnya bisa hanya sebagai kesimpulan ringan atas fakta sejarah. Zaman penjajah, banyak suku bangsa asing yang ikut andil mebentuk karakter anak bangsa pribumi. Bisa juga sebagai sinyelemen, pratanda memang akan terajdi dan selalu terjadi. Mengacu tabiat bangsa Jawa pada umumnya. Sesuai paribasan jalma mati murka. Manusia meninggal serakah. 'Orang tertimpa musibah karena keserakahannya.

Tak ada sangkut paut dengan periode kedua penguasa petugas partai, dengan pasal daya serakahnya. Karena hanya berlaku untuk wong Jawa. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar