kisi-kisi demokrasi
nusantara, masuk kotak duluan vs muncul belakangan
Wujud nyata dari kejadian demokrasi, bukan diukur dari
kaca mata penguasa. Sila-sila Pancasila yang diangkat dari peri kehidupan
bermasyarakat, ketika diformalkan menjadi landasan adab berbangsa dan adan
bernegara. Diluar dugaan Bapak Bangsa, membuat ada pihak yang alergi, antipati.
Kebebasan untuk berideologi tersaring oleh norma berbasis
Pancasila. Artinya, mau praktik politik lokal yang mengutamakan, mengedepankan
asas pokoknya menang. Sampai berkolaborasi dengan ilmu tenaga dalam yang lebih
mantap. Memakai ilmu tenaga luar.
Kebutuhan akan demokrasi hanya bisa dirasakan oleh pihak
yang tidak mau masuk total.
Pihak atau manusia yang memanfaatkan karakter demokrasi
nusantara. Tahu belang tiga atau merah bibir manusia politik. Paham celah-celah
demokrasi yang rawan sentuhan tingan. Hafal bahasa tubuh penguasa, khususnya
yang bersemangat lanjut periode.
Arah angin demokrasi terasa jelang pilpres atau
pergantian nama pemimpin besar revolusi mental. Maka daripada itu, perputaran
kedaulatan rakyat terjadi di permukaan ambang bawah. Sila Pancasila masih
menjadi sandaran dan acuan bersama.
Arus bebas melalui peradaban generasi bebas ber-TIK,
ber-ITE. Siapa pegang kendali utuh. Harkat dan martabat bangsa bukan sesuatu
yang diagungkan., apalagi dimuliakan. Semisal jabatan presiden identik petugas
partai. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar