Halaman

Minggu, 02 Juni 2019

komunitas adat lokal memandang penguasa sebagai


komunitas adat lokal memandang penguasa sebagai

Akankah, sinyal alam, isyarat alam, pratanda alam.  Maupun pesan dan tanda budaya sebagai peringatan dini. Kearifan membaca alam yang seolah menyembunyikan murkanya. Kegelisahan tanaman dan binatang yang lebih peka terhadap gaya diplomasi maupun emosi alam.

 Indonesia akrab,  ramah, solider, tenggang rasa dengan aneka bencana alam maupun bencana akibat watak manusia membuat kerusakan di muka bumi. Kebencanaan dalam kebudayaan nusantara dijadikan kamus bencana. Menjadi pedoman praktis,  sumber hukum main aman, acuan resmi untuk menetapkan kebijakan penanggulangan.

Olok-olok politik sejatinya sebagai sinyal awal akan melandanya bencana politik. Pihak yang kebal, hanya menganggap sebagai dinamika politik lokal. Diyakini, jika kursi sudah terbagi, kondisi negara akan aman.

Alam sebagai sumber kehidupan dan penghidupan. Adat sebagai sistem filsafat, bukti sahabat alam. Politik sebagai organisasi bebas pergaulan. Aturan kehidupan yang didrop dari atas, kebijakan atau peraturan pemerintah lokal, bisa menjadi sumber, sistem bencana kehidupan.

Masyarakat beradab pribumi nusantara, konsisten mengakar dan menjunjung tinggi martabat Ibu Pertiwi. Sejatinya sebagai bagian lapisan alam yang melindungi bumi NKRI dari keserakahan manusia politik. Elit politik lokal sampai kasta nasional. Terlebih perpanjangan tangan politik global. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar