komunitas adat lokal memandang penguasa sebagai
Akankah, sinyal alam, isyarat alam, pratanda alam. Maupun pesan dan tanda budaya sebagai
peringatan dini. Kearifan membaca alam yang seolah menyembunyikan murkanya.
Kegelisahan tanaman dan binatang yang lebih peka terhadap gaya diplomasi maupun
emosi alam.
Indonesia akrab, ramah, solider, tenggang rasa dengan aneka
bencana alam maupun bencana akibat watak manusia membuat kerusakan di muka
bumi. Kebencanaan dalam kebudayaan nusantara dijadikan kamus bencana. Menjadi
pedoman praktis, sumber hukum main aman,
acuan resmi untuk menetapkan kebijakan penanggulangan.
Olok-olok politik sejatinya sebagai sinyal awal akan melandanya bencana
politik. Pihak yang kebal, hanya menganggap sebagai dinamika politik lokal.
Diyakini, jika kursi sudah terbagi, kondisi negara akan aman.
Alam sebagai sumber kehidupan dan penghidupan. Adat sebagai sistem
filsafat, bukti sahabat alam. Politik sebagai organisasi bebas pergaulan.
Aturan kehidupan yang didrop dari atas, kebijakan atau peraturan pemerintah
lokal, bisa menjadi sumber, sistem bencana kehidupan.
Masyarakat beradab pribumi nusantara, konsisten mengakar dan menjunjung
tinggi martabat Ibu Pertiwi. Sejatinya sebagai bagian lapisan alam yang
melindungi bumi NKRI dari keserakahan manusia politik. Elit politik lokal
sampai kasta nasional. Terlebih perpanjangan tangan politik global. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar