Halaman

Jumat, 07 Juni 2019

“semakin banyak mulut, semakin nyenyak perut”

“semakin banyak mulut, semakin nyenyak perut”

Judul jauh dari peribahasa, walau kaya makna. Untuk menjelaskan suasana kebatinan pasca pemilu serentak 17 April 2019. Refeleksi, kilas balik maupun mewakili kondisi faktual dalam realitas bermasyarakat, berbangsa, bernegara di bumi Pancasila.

Aspek martabat sebagai makhluk sosial, judul bertolak belakang dengan aneka jenis olok-olok politik. Tak memenuhi syarat adminstrasi untuk berpartipasi pada acara, agenda, atraksi media ganda propaganda, aksi provokasi dan sensasi promosi penguasa.

Padahal, syahwat politik nusantara termasuk mengurus urusan bawah perut. Tambah runyam. Bersyukur, sebagai pengolah kata, tak berada di jalur dimaksud. Apalagi punya ilmu urai fakta pesanan.

Oplosan semboyan “jas merah”, menjadi  jangan sekali-kali memanipulasi sejarah”. Demi wibawa negara, nama baik petugas partai 2014-2019 maka penguasa akan mengkanibal, mengoplos aksi “teror kontra teror”. Ditunjang kalangan yang memang disiapkan untuk operasi dimaksud.

Isu sensitif di Indonesia, karena kelamaan digoreng, malah membikin alergi si pengganda isu atau si penebar dan atau si penabur berita bohong, kabar fasik yang ditayangkan berulang. Satu fakta dengan aneka isu. Tiap tayangan selalu berubah tanpa konfirmasi.

Selain berinvestasi dalam olok-olok politik  dan kemitraan operasi senyap  olok-olok politik di Indonesia. Media asing berbayar atau pihak ketiga, sigap memerahkan sang Merah-Putih. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar