Halaman

Senin, 03 Juni 2019

dilema tradisi mudik, jatah asisten rumah tangga vs wibawa kepala keluarga


dilema tradisi mudik, jatah asisten rumah tangga vs wibawa kepala keluarga

Justru dengan ada tradisi mudik, lebaran syawal maupun tahun baru, menjadi faktor penentu kebijakan pemerintah. Program dan kegiatan stabilisasi jalan raya maupun peningkatan jasa layanan moda angkutan.

Arus balik mudik membuat daerah asal sibuk dengan kaum pendatang. Mau diapakan. Yang sudah ada saja masih menjadi beban. Poltas sibuk hitung cepat korban laka lintas. Merasa kinerja naik jika korban lebih kecil dibanding tahun kemarin.

Geliat ekonomi sepanjang jalan darat, perputaran uang di daerah tujuan mudik sampai dunia otomotif menjadi sorotan berbagai pihak. Faktor keamanan, kenyamanan, keselamatan masih menjadi tolok ukur utama.

Soal dan pasal bagaimana nasib takwa umat Islam 11 bulan ke depan. Menjadi tanggung jawab dan urusan ybs. Dikarenakan, nyaris rutin, pekan atau 10 hari terakhir Ramadhan, disibuki aneka proyek mudik abadi.

Harga tiket pesawat terbang komersial, kian menunjang semangat pola mudik bareng, mudik gratis. Konvoi motor menjadi pilihan praktis. Mudik antar pulau membawa kisah panjang. Ironis jika ada suatu kota yang nyaris senyap tanpa denyut, ditinggal penduduknya mudik.

Mudik 2019 atau 1440H menjadi momentum saling melupakan konflik horizontal, efek domino pemilu serentak 17 April 2019. Revolusi mental belum selesai. Terbukti masih ada OTT-KPK atau kasus hukum. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar