dilema tradisi mudik, jatah asisten rumah tangga vs
wibawa kepala keluarga
Justru dengan ada tradisi mudik, lebaran syawal maupun tahun baru, menjadi
faktor penentu kebijakan pemerintah. Program dan kegiatan stabilisasi jalan
raya maupun peningkatan jasa layanan moda angkutan.
Arus balik mudik membuat daerah asal sibuk dengan kaum pendatang. Mau diapakan.
Yang sudah ada saja masih menjadi beban. Poltas sibuk hitung cepat korban laka
lintas. Merasa kinerja naik jika korban lebih kecil dibanding tahun kemarin.
Geliat ekonomi sepanjang jalan darat, perputaran uang di daerah tujuan
mudik sampai dunia otomotif menjadi sorotan berbagai pihak. Faktor keamanan,
kenyamanan, keselamatan masih menjadi tolok ukur utama.
Soal dan pasal bagaimana nasib takwa umat Islam 11 bulan ke depan. Menjadi tanggung
jawab dan urusan ybs. Dikarenakan, nyaris rutin, pekan atau 10 hari terakhir
Ramadhan, disibuki aneka proyek mudik abadi.
Harga tiket pesawat terbang komersial, kian menunjang semangat pola mudik
bareng, mudik gratis. Konvoi motor menjadi pilihan praktis. Mudik antar pulau
membawa kisah panjang. Ironis jika ada suatu kota yang nyaris senyap tanpa denyut,
ditinggal penduduknya mudik.
Mudik 2019 atau 1440H menjadi momentum saling melupakan konflik horizontal,
efek domino pemilu serentak 17 April 2019. Revolusi mental belum selesai. Terbukti
masih ada OTT-KPK atau kasus hukum. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar