Halaman

Selasa, 25 Juni 2019

ketahanan pangan tanpa sistem pertahanan, rawan intervensi


ketahanan pangan tanpa sistem pertahanan, rawan intervensi

Sah-sah saja mengandalkan kemurahan dan keramahan alam nusantara. Julukan negara agraris, maritim, kepulauan sebagai nilai jual atau potensi diri. Panjang garis pantai landai bukan jaminan produk garam mencukupi. Tol laut mengimbangi jalur bebas pasar terapung 24 jam. Sistem barter atau pola pagar doyan daun muda.

Perkumpulan, paguyuban tani sampai partai politik pro-petani menambah beban politik. Hukum politik berlaku yang mana daripada akibatnya kebutuhan dasar akan pangan menjadi agenda gelap. Sentimen pasar menentukan ketersediaan, kecukupan dan pasokan. Tata niaga, mata rantai, hulu ke hilir merupakan kebijakan dinamis.

Kesepakatan dicapai dengan patokan siapa untung besar, untung duluan, selalu untung. Asumsi rakyat sejahtera santap nasi 3x sehari. Mengikuti anjuran gaya konsumsi 4 sehat 5 sempurna. Suplemen pangan lebih berklas dengan gizi global. Tidak hanya itu, bumbu dapur keluarga siap tampung produk tani asing.

Tanah-air memberi jaminan mutu air layak minum tanpa rebus. Kemasan air mineral siaga isi ulang. Ini yang masih kita punya. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar