Halaman

Kamis, 06 Juni 2019

krisis tokoh nasional vs surplus tokoh bayaran


krisis tokoh nasional vs surplus tokoh bayaran

Mengapa ééé mengapa, pengusaha multinasional, pemodal semi global, kapitalis sempalan penjajah bangsa barat, mendirikan sebuah partai politik. Apa kurang kerjaan.

Karena ééé karena, lebih dari setengah dari pimpinan parpol di daerah adalah pengusaha. Juga bukan. Sudah mendirikan parpol boneka, malah pilih jalur lambat. Oknum ketua umum di tanah kelahirannya, kadar tenar kalah dengan ‘nama cemar’-nya. Ketahuan modalnya, hanya mengandalkan nama besar petugas partai. Tampang garang dengan suara berhiba-hiba.

Kader parpol di tingkat nasional pun, terbatas hanya itu-itu saja. Apalagi sampai tingkat daerah, khususnya kabupaten/kota. Elite lokal yang menentukan siapa akan jadi apa di pilkada serentak. Kian menunjukkan taring dan cengkeraman.

Bicara soal daya cengkeram. 2019-2024 puncak, klimaks daya cengkeram sang naga merah.

Indonesia kian siaga 24 jam. Tak ada rotan, akar pun jadi. Tak dapat jabatan, makar pun jadi. Siapa punya gelar pasukan, kuasai kunci gudang senjata dan mobilitas tinggi sampai pucuk gunung. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar