Halaman

Jumat, 07 Juni 2019

adab sosial nusantara, media sosial vs konflik sosial


adab sosial nusantara, media sosial vs konflik sosial

Mau memperpanjang masalah apa saja itu yang dimaksud dengan konflik sosial. Simak UU, PP sampai ada permendagri tentang konflik sosial. Apakah sudah mengakomodir pasal atau ikhwal ‘media sosial’, nanti menjadi PR fungsi legislasi DPR periode lanjutan.

Wajar jika generasi pribumi alergi dengan paham dan makna ‘sosial’. Masih ingat dengan asas ‘social oriented’ yang diwaspadai sebagai lawan politik ‘profit oriented’.

Maka daripada itu, gerakan sosial merupakan bagian utama, utuh dari kegiatan amaliah. Bakti sosial, bukti ringan bentuk aksi berbasis rasa peka, peduli, tanggap. Pelaku sosial tentu tak berharap imbalan atau uang lelah. Bayangkan, begitu ada bencana alam. Pemerintah, swasta atau partai politik mengadakan lelang pengadaan jasa P3K. Keburu tak keburu.

Sumber etika sosial, sejauh ini penulis belum tak sengaja menemukan rumusannya. Penggunaan lema ‘sosial’ sedemikan dinamis, mistis, berlapis. Berhal penelitian yang fokus  memformulasikan aneka wacana, fenomena, fakta peristiwa, gerakan sosial secara massal. Malah seolah bangsa ini tanpa sadar sudah terjebak paham anti-sosial.

Pengguna aktif gadget, khususnya produk TIK dalam genggaman. Menggunakan waktu luang untuk uber status. Mulai dari anak yang buta calistung sampai anak usia non-produktif.

“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” merupakan sila kelima Pancasila. Jawaban atau solusi atas ketimpangan sosial. Tanggung jawab sosial perusahaan, upaya promosi dan pendekatan ke masyarakat serta maksud terbuka lainnya.

Praktik yang terjadi, status dan kedudukan sosial rakyat menjadi penentu nasib diri selama periode pemerintah. Kemungkinan akan berulang tiap periode. Diharapkan dengan terwujudnya keadilan sosial maka kesejahteraan sosial tercapai.

Apapun asupan gizi, ingat rumus keseimbangan antara hak individual dengan kewajiban sosial. Sebagai makhluk individual yang bermasyarakat, otomatis mempraktikkan diri sebagai makhluk sosial.

Jika setiap anak bangsa pribumi nusantara, sadar diri mempraktikkan sikap adil terhadap sesama dalam menjalankan kehidupan sosial atau bermasyarakat.  Mau tak mau, penguasa tinggal melanjutkan ke tahap berbangsa dan bernegara. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar