kebiasaan nama orang tua dibawa-bawa
Peolok-olok
politik berupa ujaran bebas menyebut saudaranya di kebun binatang, menjadi
tabiat wajar. Tak bisa disengketakan dengan dalih pencemaran nama baik dan
wibawa negara. Sesama kawanan satu partai politik, bak persaingan bebas. Siapa
lengah siap punah sebelum sempat mikir. Jauh dari fakta perolehan suara.
“Sing waras ngalah”,
menjadi cara bijak juru damai, wasit, pengingat. Mengingatkan citra diri pihak
yang bertikai tanpa sebab. Atau sebab sepele berakibat kasus bertélé-télé kian
kemari. Kian ditekan kian menjadi-jadi. Hobi cari musuh. Didatangi lawan
politik, langsung keluar sungut-nya. Memaki, mencaci maki, mengumpat, mengatai-ngatai,
menista pihak lain menjadi pasal terhormat.
Akibat
kawan gaul dari segala aliran politik. Moral politik kian tampak memang tak
ada. Merasa pewaris kuasa negara, lupa daratan, mabuk lautan, mual udara dan tèlèr
bhayangkara.
Hanya orang
kaya yang ingus yang sudah dibuang, malah dikantongi. Dibawa kemana-mana. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar